Bagaimana Ekosistem Dota 2 Indonesia di Tahun 2020?

Apa yang akan terjadi di ranah kompetitif Dota 2 di Indonesia tahun 2020?

Tahun 2019 merupakan tahun yang tidak menyenangkan tapi tidak menyedihkan juga bagi komunitas Dota 2 di Indonesia. Beberapa tim esports memutuskan untuk melepas tim Dota 2 nya di tahun 2019 ini, seperti EVOS Esports dan Rex Regum Qeon. Dua tim Dota 2 legendaris yang selama ini menjadi daya tarik para penikmat Dota 2 di Indonesia. Kita tidak bisa lagi melihat el-clasico Dota 2 Indonesia yang sudah ada sejak tahun 2015. Tetapi kita juga mendapatkan kabar menggembirakan dari Kenny "Xepher" Deo yang berhasil ke turnamen Minor dan Andrew "Drew" Halim yang berhasil melaju ke turnamen Major dengan tim barunya yaitu Reality Rift.

Sebelum kita masuk ke prediksi saya di 2020, mari sejenak kita melihat apa yang terjadi di event-event tahun 2019.

Turnamen Dota 2 di Indonesia yang berskala besar di tahun 2019 kemarin bisa dibilang masih ramai. ESL yang datang ke Indonesia bekerjasama dengan Indofood berhasil menghidupkan ranah kompetitif Dota 2 di Indonesia untuk sementara waktu. ESL membawa National Championship selama dua musim dan Clash of Nations untuk para penggemar Dota 2 di Indonesia. ESL National Championship juga menjadi turnamen Dota 2 pertama di Indonesia yang diselenggarakan di tempat bergengsi yaitu Tennis Indoor Senayan Jakarta.

ESL Clash of Nations juga berhasil menghidupkan suasana nasionalisme Dota 2 Indonesia, dengan adanya BOOM Esports sebagai perwakilan Indonesia. BOOM Esports yang bertarung keras melawan perwakilan negara-negara di Asia Tenggara seperti Adroit berhasil memberikan tontonan yang luar biasa menarik. Pertandingan mereka berhasil memadukan serunya menonton turnamen esports dan rasa nasionalisme.

Sumber: UP Station

Masih belum redup adalah kata yang tepat untuk menggambarkan semangat komunitas Dota 2 di Indonesia. Walaupun sudah kalah pamor dengan titel esports yang lain seperti Mobile Legends atau PUBGM, komunitas Dota 2 di Indonesia masih lapar akan acara-acara internasional yang tidak kunjung datang ke Indonesia.

Melihat ke tahun 2018, antusiasme komunitas Dota 2 Indonesia di acara GESC sangatlah luar biasa. Tiket terjual habis, bahkan saya saja harus rela membeli dari para calo yang ada di sana. Venue acara pun penuh terisi oleh para penggemar Dota 2 yang bersemangat untuk melihat Danil "Dendi" Ishutin secara langsung atau berusaha untuk berfoto bersama Syed "Sumail" Hassan di sela-sela jumpa fans. Selain fans Dota 2 dari Indonesia, tidak sedikit juga fans Dota 2 mancanegara yang juga datang untuk menonton gelaran GESC Jakarta. Acara bertaraf internasional seperti ini juga memiliki potensi untuk menyumbang wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.

Kian banyaknya para pemain Dota 2 Indonesia ke luar negeri

Sumber: Kincir

Menghilangnya nama-nama besar di Dota 2 Indonesia menjadi salah satu penyebab berkurangnya turnamen bertaraf nasional. Sangat sulit bagi penggelar acara untuk menarik penonton yang banyak apabila mereka tidak tertarik untuk menonton tim yang bermain di turnamen tersebut.

Pasalnya, para pemain Dota 2 Indonesia mulai bermain di tim luar negeri sebagai sebuah jalan keluar dari kebuntuan yang mereka alami. Pemain-pemain ini sudah harus meninggalkan ranah kompetitif nasional karena melanjutkan ke scene internasional adalah pilihan yang lebih masuk akal. Kita sudah melihat Xepher (Geek Fam), Drew (Reality Rift), bahkan Ramzi "Ramz" Bayhaki (MSCerberus) yang bermain untuk tim-tim luar.

Seharusnya, di tahun 2020 kita akan melihat lebih banyak lagi pemain Dota 2 Indonesia yang pergi ke luar negeri. Bergabung dengan tim luar negeri dan meniti karir di ranah kompetitif internasional adalah jalan terbaik. Muasalnya, hal ini semakin memperbesar kemungkinan untuk bertemu pemain yang lebih berkualitas di luar sana karena kapasitas player pool yang jauh lebih besar. Para pemain Indonesia yang bergabung dengan tim luar negeri tadi bisa mengasah dirinya lebih baik lagi di kancah internasional.

Saya sempat bertanya ke beberapa pemain Dota 2 Indonesia juga. Bermain di luar negeri tidak semudah yang dikira. Keterbatasan bahasa menjadi penghalang utama bagi mereka. Menurut salah satu sumber, penduduk Indonesia memang punya kemampuan berbahasa inggris yang lebih rendah dibanding negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Pemain-pemain tersebut juga memang harus memiliki kemampuan berbahasa inggris untuk berkomunikasi dengan rekan timnya. Menurut saya, hal tersebut memang harus dilalui untuk membawa karir mereka sendiri ke tahap yang lebih baik lagi.

Turnamen Dota 2 di Indonesia pada tahun 2020

Sumber: Gamebrott

Sudah ada satu turnamen internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia, yaitu ONE Esports Dota 2 World Pro Invitational Jakarta (April 2020). Menurut sumber yang ada, venue dari acara tersebut juga sudah ditentukan yakni di Indonesia Convention Exhibition BSD Tangerang. Venue yang sama dengan gelaran GESC tahun 2018 kemarin. Menurut sumber yang menolak disebutkan namanya akan ada juga turnamen Dota 2 berskala internasional lain yang akan diadakan di Indonesia. Pihaknya masih merahasiakan tanggal dan nama acaranya. Maka, kemungkinan ada dua acara turnamen Dota 2 berskala internasional yang akan diadakan di tahun 2020 mendatang. Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi saya dan juga komunitas Dota 2 di Indonesia.

Untuk turnamen lain, di tahun 2019 kita melihat beberapa turnamen besar seperti SEACA, Predator League, dan Blibli Esports Championship. Predator League 2020 sudah diumumkan sejak bulan Oktober 2019 lalu, maka ia sudah dipastikan kehadirannya. Sementara SEACA dan Blibli Esports Championship baru saja berakhir dan belum ada pengumuman untuk agenda di tahun depan. Namun SEACA merupakan acara internasional tahunan yang selalu diselenggarakan oleh UniPin dari 2018 dan, besar kemungkinannya, akan ada lagi di 2020.

Sayangnya, di 2020 ini, tidak akan ada turnamen DPC di Indonesia. Pasalnya, Valve sudah mengumumkan daftar lengkap gelaran DPC musim 2019/2020. Meski begitu, menurut saya, di tahun 2020 ini bisa menjadi tahun yang lebih menarik bagi para penggemar Dota 2 di Indonesia. Bagaimana menurut Anda?