Ekonomi Digital Indonesia Dekati US$100 Miliar, Dipimpin Ledakan Video Commerce dan Dominasi Adopsi AI

2 mins read
November 14, 2025
Ekonomi-Digital-Indonesia-Dekati-US$100-Miliar

Laporan terbaru e-Conomy SEA 2025 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia diperkirakan hampir mencapai US$100 miliar dalam Gross Merchandise Value (GMV) pada tahun 2025. Artinya, tumbuh 14% dari tahun sebelumnya dan mempertahankan posisinya sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Seluruh sektor utama ekonomi digital Indonesia menunjukkan pertumbuhan dua digit, e-commerce tetap menjadi kontributor terbesar terhadap GMV nasional. Nilai sektor ini diperkirakan melonjak lebih dari 14% mencapai US$71 miliar.

Kenaikan pesat ini tak lepas dari peran video commerce yang meledak. Tercatat lonjakan volume transaksi sebesar 90% (YoY), mencapai 2,6 miliar transaksi, dan peningkatan 75% (YoY) pada jumlah penjual dan toko online yang totalnya mencapai 800 ribu.

Tren Pertumbuhan Kuat di Sektor-sektor Utama Lain

Ekonomi-Digital-Indonesia-Dekati-US$100-Miliar,-Dipimpin-Ledakan-Video-Commerce-dan-Dominasi-Adopsi-AI

Momentum pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tidak hanya terpusat pada e-commerce, tetapi juga meluas ke sektor-sektor lain. Media online muncul sebagai sektor dengan pertumbuhan GMV tercepat di Indonesia, diproyeksikan meningkat 16% menjadi US$9 miliar pada 2025.

Sektor ini mencakup periklanan digital, gaming, VOD (video-on-demand), dan music-on-demand. Gaming adalah pendorong utama, Indonesia memimpin Asia Tenggara dengan menyumbang sekitar 40% dari total unduhan mobile game dan 35% dari pendapatan aplikasi game di kawasan.

Transportasi online dan layanan pesan-antar makanan tetap menjadi kontributor stabil, diproyeksikan naik 13% (YoY) mencapai US$10 miliar pada 2025. Platform terus memperluas penawaran melalui berbagai cara seperti paket berlangganan, peningkatan frekuensi perjalanan, dan iklan dalam aplikasi guna memperkuat profitabilitas.

Sektor perjalanan online (online travel) diproyeksikan tumbuh 11% mencapai US$9 miliar dalam GMV. Didorong oleh kembalinya volume perjalanan ke tingkat pra-pandemi dan dukungan kebijakan pemerintah, termasuk perluasan skema visa untuk menarik wisatawan dari negara seperti Tiongkok dan India.

Jasa Keuangan Digital Memiliki Potensi Besar

Sektor jasa keuangan digital kini muncul sebagai salah satu pilar utama. Meskipun menghadapi tantangan makro ekonomi, sektor ini menunjukkan pertumbuhan dua digit. Indonesia bahkan menjadi sektor pembayaran digital terbesar dan tercepat di Asia Tenggara, diproyeksikan melonjak hingga US$538 miliar dalam Gross Transaction Value (GTV) pada 2025.

Perluasan sistem pembayaran nasional berbasis QR (QRIS) menjadi kunci pesatnya pertumbuhan ini. Di sisi lain, pembiayaan digital juga mencatat laju pertumbuhan tercepat di kawasan (+29% CAGR) dan diperkirakan mencapai US$13 miliar pada 2025.

Momentum ini membuka peluang strategis yang jelas. Meskipun Indonesia memimpin dari sisi kecepatan pertumbuhan, nilai buku pinjaman secara absolut masih di bawah negara tetangga seperti Malaysia (US$14 miliar) dan Thailand (US$17 miliar).

Untuk menutup kesenjangan, platform dapat mengarahkan strategi pada pembiayaan modal kerja bagi usaha mikro dan kecil (micro-SME). Caranya adalah dengan menghadirkan akses keuangan langsung bagi mitra pedagang dan pengemudi di titik kebutuhan, fokus yang juga mulai diadopsi oleh bank virtual baru di Thailand dan Malaysia.

Namun, keberhasilan skala besar sangat bergantung pada faktor kepercayaan. Hampir separuh konsumen Indonesia (46%) masih menaruh kepercayaan yang lebih rendah pada pemain keuangan digital dibandingkan bank tradisional.

Indonesia Memimpin Masa Depan Asia Tenggara yang Digerakkan oleh AI

Indonesia-Memimpin-Masa-Depan-Asia-Tenggara-yang-Digerakkan-oleh-AI

Asia Tenggara bergerak cepat menuju transformasi global berbasis Kecerdasan Buatan (AI). Indonesia muncul sebagai pemimpin regional dalam adopsi pengguna dan momentum komersial.

Kepemimpinan ini ditopang oleh kesiapan pengguna, 80% pengguna di Indonesia berinteraksi dengan alat berbasis AI setiap hari, tertinggi kedua di kawasan. Antusiasme pasar tercermin dari pertumbuhan pendapatan aplikasi berbasis AI yang melonjak hingga 127% antara paruh pertama 2024 dan paruh pertama 2025.

Di dunia kerja, 79% pengguna aktif mempelajari dan meningkatkan keterampilan terkait AI. Motivasi utama mereka adalah untuk meningkatkan efisiensi dan menghemat waktu riset/perbandingan (51%), diikuti oleh rekomendasi yang lebih personal (35%) dan keamanan yang lebih baik (32%).

Namun, di tengah tingginya permintaan ini, investasi modal yang masuk ke sektor AI Indonesia masih belum sebanding dengan potensinya. Jumlah startup AI di Indonesia (45+) dan porsi pendanaan (4% dari total ASEAN-10) masih jauh di bawah pusat regional seperti Singapura (495+) dan Malaysia (60+).

Previous Story

Galaxy A56 5G Dapatkan Pembaruan One UI 8, Fokus pada Personalisasi dan Fitur AI

Next Story

Lima Tips Pakai vivo V60, Maksimalkan Kamera 50MP ZEISS Telephoto dan Fitur AI

Latest from Blog

Don't Miss

OpenAI-Hadirkan-GPT-5.1,-Lebih-Hangat-dan-Memiliki-Lebih-Banyak-Kepribadian

OpenAI Hadirkan GPT-5.1, Lebih Hangat dan Memiliki Lebih Banyak Kepribadian

Kemampuan ChatGPT terus berkembang, meski setiap pembaruan tidak selalu mampu

Hyundai Motor Group Bangun Pabrik AI Berbasis NVIDIA Blackwell untuk Percepat Inovasi Mobilitas

Industri otomotif kini bertransformasi menjadi industri Artificial Intelligence (AI) fisik,