Dark
Light

East Ventures Luncurkan Program Entrepreneur In Residence

1 min read
September 6, 2016
Program Entrepreneur In Residence East Ventures diharapkan bisa membantu membimbing penggiat startup yang masih "bingung" ingin fokus ke mana / Pixabay

Setelah menjadi investor dan membuka co-working space, dalam usahanya mendorong semangat kewirausahaan di Asia Tenggara, East Ventures mengumumkan program Entrepreneur In Residence (EIR) untuk membantu penggiat startup yang ingin menemukan “the next big thing“. Co-Founder Loyalbox Steven Suliawan dan mantan Associate Director of Investment Temasek Holdings Zing Yang menjadi dua peserta perdana program ini.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam rilisnya mengatakan, “Seringkali kami bertemu dengan orang-orang yang kami senang sekali berinteraksi, tetapi masih belum menemukan hal apa yang ingin dilakukan berikutnya atau vertikal/kategori apa yang menarik untuk mereka. Program EIR ini dibuat untuk mengutilisasi kemampuan mereka di dalam perusahaan dan membantu mereka memahami lebih jauh soal East Ventures. Peserta EIR juga bisa memberikan kontribusi di dalam lingkup internal East Ventures.

Pihak East Ventures mengkonfirmasi kepada DailySocial bahwa pada prinsipnya tidak ada limitasi soal kewarganegaraan, durasi, atau kebutuhan tertentu soal bagaimana seseorang bergabung di dalam program EIR ini. Pun tidak ada output khusus yang diharapkan. Program EIR didesain untuk memberikan peluang bagi peserta memanfaatkan jaringan yang dimiliki East Ventures sebagai salah satu perusahaan modal ventura paling aktif di Asia Tenggara. Tidak ada jaminan pendanaan bagi startup yang dibentuk oleh peserta EIR.

Program EIR memang cukup lazim didirikan oleh sebuah venture capital. Bedanya soal ekspektasi hasil yang diharapkan. Ada program EIR yang diharapkan bisa mendorong peserta untuk berhasl mendirikan sebuah startup yang sudah teruji dan didanai oleh VC tersebut, sementara program East Ventures ini lebih leluasa memberikan bantuan jaringan bagi pesertanya tanpa embel-embel harapan tertentu.

Steven, yang startupnya akhirnya bubar karena tidak mampu memenuhi product-market fit, bergabung dalam program EIR selama 4 bulan dan belajar mengenal sejumlah startup di luar vertikal yang dipahaminya. Untuk memahami hal baru tersebut, Steven banyak berkomunikasi dengan pengguna dan bahkan orang-orang lain secara acak. Hal ini menambah insight untuk memahami vertikal tersebut.

Sementara Zang, yang memiliki latar belakang bisnis investasi dan korporasi, mencoba memberikan perspektif bagi pendiri startup tentang hal apa yang diharapkan oleh investor dan bagaimana para pendiri startup ini mencoba berbagi ide baru.

Previous Story

GDP Venture Terlibat Pendanaan Baru untuk Garena (Updated)

Next Story

4 Tips Membangun Startup Niche

Latest from Blog

Don't Miss

Platform Web3 Singapura, AWST, Dapatkan Pendanaan Awal 26,4 Miliar Rupiah

AWST merupakan salah satu start-up Web3 yang berbasis di Singapura.
Startup energi terbarukan Xurya mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $21,5 juta yang dipimpin oleh East Ventures (Growth Fund) dan Saratoga

Xurya Konfirmasi Pendanaan Seri A 308 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures dan Saratoga

Startup energi terbarukan Xurya mengumumkan perolehan pendanaan seri A sebesar