Sebuah fenomena baru di industri e-commerce lokal kini makin sering saya temui. Sebagai konsumen yang cukup rutin berbelanja online, belakangan ini saya lebih sering kecewa terhadap jasa layanan pengiriman barang ketimbang situs e-commercenya sendiri. Hal ini mungkin sangat bertolak belakang dibandingkan 2 tahun lalu dimana situs e-commerce masih baru bertumbuh dibarengi industri logistik yang sudah cukup mapan. Kini, situs e-commerce sudah berkembang sangat pesat, namun gagal diikuti oleh penyedia layanan logistik yang tidak mampu mengimbangi pertumbuhan tersebut.
Masalah-masalah terutama keterlambatan pengiriman, kesalahan pengiriman, kerusakan saat pengiriman makin menjadi hal yang kerap terjadi belakangan ini. Sebuah isu yang saya pikir sangat mendasar dalam proses e-commerce terutama di Indonesia. Salah satu premis awal dari layanan e-commerce adalah karena keterbatasan geografis dari Indonesia, dan juga keterbatasan infrastruktur yang menyulitkan konsumen untuk berpindah dari titik satu ke titik lainnya. E-commerce masuk menjadi penyelamat bagi konsumen yang kini tidak harus macet-macetan untuk membeli kebutuhan.
Namun dengan adanya isu logistik, premis e-commerce tersebut menjadi hilang maknanya.
Isu skalabilitas sepertinya menjadi penyebab utama mengapa layanan logistik di Indonesia tidak bisa mengimbangi penambahan volume pengiriman barang yang datang dari situs-situs e-commerce. Jika ditanya, hampir semua pemain industri logistik sadar betul pertumbuhan bisnis e-commerce memiliki dampak serius terhadap bisnis logistik di Indonesia, namun uniknya hampir tidak ada satupun dari perusahaan tersebut yang memiliki layanan yang dikhususkan untuk layanan e-commerce.
Seperti apa layanan khusus e-commerce yang saya maksud? Tengok saja layanan-layanan logistik luar negeri yang juga ada di Indonesia, hampir semua memiliki produk atau layanan khusus e-commerce. Sebenarnya layanan-layanan ini tidak jauh beda dengan layanan logistik biasa, namun ini menunjukkan bahwa pemain-pemain besar ini serius membantu bisnis e-commerce mulai dari skala rumahan hingga yang memiliki gudang raksasa, yang secara langsung mempengaruhi bisnis logistik mereka.
Di Indonesia sendiri, para pemain e-commerce lebih memilih jasa logistik lokal karena faktor harga yang lebih murah dibandingkan kompetitor dari luar negeri yang juga ada di Indonesia. Akhirnya, konsumen-lah yang dikecewakan dalam proses ini. Tentu saja kesalahan tidak sepenuhnya ada di empunya toko online, namun akan sangat sulit bagi pemilik toko online untuk meningkatkan mutu layanan logistik tanpa membayar lebih mahal yang bisa berarti makin menipisnya margin.
Idealnya, tentu saja, adalah para pemain logistik bisa mengimbangi skalabilitas industri e-commerce yang kian lama makin dewasa. Bagaimanapun juga logistik adalah bagian yang luar biasa penting di siklus proses e-commerce, dan merupakan bisnis dengan potensi yang luar biasa besar. Beberapa layanan e-commerce seperti Lazada bahkan sudah mulai menggantikan layanan logistik luar dengan layanan in-house milik mereka sendiri dimana mereka juga jadi bisa mengendalikan sisi ekonomis dari bisnis logistik sembari menjaga user experience secara keseluruhan. Jangan sampai pemain logistik lokal kehilangan momentum dan potensi revenue yang terus menunjukkan pergerakan positif.