Dark
Light

E-Commerce dan Metode Pembayaran yang Pas di Indonesia

1 min read
February 14, 2013

Visa beberapa hari yang lalu menerbitkan Global Payment Tracker (GPT) 2012 yang memberikan laporan tentang metode pembayaran di dunia termasuk di Indonesia. Menurut laporan tersebut, di berbagai titik tempat transaksi (point of sales) terdapat 57% transaksi yang menggunakan kartu debit dan 83% yang menggunakan kartu kredit. Di sisi lain, pembayaran transaksi e-commerce masih banyak menggunakan metode manual, termasuk cash on delivery (COD). Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Lazada Asia Tenggara Maximillian Bittner dalam ajang Google Think 2013.

Kesan pertama yang saya tangkap adalah ini masih berhubungan dengan masalah kepercayaan. Ketika melakukan transaksi secara offline, konsumen melihat langsung barang yang ingin dimiliki dan penjual memiliki reputasi yang dipercaya. Di sisi lain, transaksi secara online masih diliputi rasa kekhawatiran, baik di sisi keamanan transaksi maupun di kepastian perolehan barang yang sesuai harapan. Di sini berarti PR yang berat masih harus dilakukan oleh penggiat e-commerce dan penyedia layanan marketplace untuk mendapatkan kepercayaan penuh dari konsumennya.

Saya pribadi menganggap kartu kredit adalah metode pembayaran yang pas untuk transaksi e-commerce. Kenapa? Karena kartu kredit melakukan transaksi di depan dan pembayaran di belakang. Artinya konsumen bisa melakukan review terhadap transaksi yang dilakukan sebelum melakukan pembayaran. Jika ada transaksi yang tidak sesuai, konsumen bisa menghubungi bank untuk melakukan klarifikasi sebelum ada uang yang perlu berpindah.

Berbeda dengan kartu kredit, pembayaran dengan kartu debit (atau transfer antar bank) lebih jamak dilakukan di Indonesia. Faktanya orang yang punya tabungan di Indonesia memang jauh lebih banyak ketimbang pemilik kartu kredit. Meski demikian, risiko pembayaran transaksi e-commerce dengan kartu debit tentu jelas. Semua pembayaran dilakukan di depan, sehingga pengembalian uang — seandainya terjadi fraud — memerlukan verifikasi yang lebih rumit. Risiko lainnya ada kemungkinan informasi-informasi sensitif (nomor kartu dan data pribadi lainnya) untuk bocor di dunia maya.

Pembayaran dengan uang tunai memang cenderung lebih aman, tapi di jaman cashless seperti saat ini kepraktisan penggunaan uang plastik sudah seharusnya menjadi prioritas.

Solusi untuk masalah pembayaran ini jelas adalah masking dengan identitas lain, misalnya akun PayPal yang memanfaatkan akun email. Mengingat PayPal di Indonesia masih belum bisa menggunakan kartu debit (atau akun tabungan) sebagai alat pembayarannya, solusi lokal seperti IPAYMU — yang juga telah menjadi partner PayPal — menjadi salah satu metode pembayaran yang paling ideal bagi transaksi e-commerce di Indonesia. Solusi lain adalah e-wallet yang sedang digalakkan oleh operator telekomunikasi (yang jumlah total pelanggannya lebih banyak dari total nasabah bank).

Tahun 2013 menjadi tonggak penting bagi perkembangan bisnis e-commerce di tanah air. Semakin banyak penjual yang bisa dipercaya, semakin mudah (dan banyak) metode pembayaran yang diakomodasi dan semakin reliable metode pengirimannya membuat e-commerce semakin menjadi tumpuan untuk mendorong konsumsi produktif bagi negara kepulauan ini.

This e-commerce channel is brought to you by Veritrans Indonesia. Veritrans makes online transactions easier, faster and more secure. No setup fee, no monthly fee and no hidden fee. To know more about Veritrans Indonesia, please visit their website http://veritrans.co.id

Previous Story

LINE Rilis Iklan TV

Next Story

Line Mulai Dorong Promosi Marketing di Indonesia Melalui Iklan TV

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli rayakan ulang tahun ke-12

Ulang Tahun ke-12, Blibli Hadirkan Program “Blibli Annive12sary”

Dengan persaingan yang semakin ketat, eksistensi sebuah e-commerce di Indonesia
TikTok Shop

TikTok Shop Tingkatkan Fitur dan Fasilitas Menjelang Tahun Ketiganya di Indonesia

TikTok merupakan salah satu media sosial yang paling digandrungi saat