Dark
Light

Dua Aplikasi Indonesia Menjadi Favorit di London

1 min read
June 2, 2014

Bank Dunia bekerja sama dengan Departemen Ilmu, Teknologi, Rekayasa, dan Kebijakan Publik University College, London menggelar sebuah forum dua tahunan dengan nama Understanding Risk Forum. Forum ini ditujukan untuk penanggulangan dan pemulihan bencana alam di seluruh dunia. Tahun ini, forum tersebut kembali menggelar tantangan inovasi online bagi para developer untuk membuat sebuah aplikasi yang mempersiapkan warga lokal dari bencana alam. Dari 10 finalis yang diumumkan, dua di antaranya berasal dari Indonesia.

Salah satu acara Understanding Risk Forum adalah Code for Resilience, sebuah ajang yang mewadahi para penggiat teknologi lokal dari setiap negara untuk dibimbing oleh Disaster Risk Management (DRM) guna mencegah dan menanggulangi bencana alam melalui mobile apps, software tools, web platforms, dan hardware solutions.

Menjadi perwakilan dari Indonesia, Jakarta Flood Alert adalah salah satu dari 10 finalis yang berhak terbang ke London untuk mengikuti perhelatan akhir dari rangkaian acara tersebut. Awalnya, Jakarta Flood Alert diciptakan menggunakan Bahasa Indonesia dengan nama “Siaga Banjir”, namun untuk tantangan online ini, mereka menerjemahkannya menggunakan Bahasa Inggris, sedangkan seluruh fungsinya tetap sama.

Aplikasi ini mampu memonitori 14 pintu air yang aktif di kota Jakarta. Ketika musim penghujan datang, debit air akan meningkat dan ini tentu saja membahayakan warga Jakarta. Para pengguna akan mendapatkan informasi terbaru dari pintu air dan tempat-tempat yang akan terkena efek banjir sehingga tindakan evakuasi dapat segera dilaksanakan. Berkat kesederhanaan dan fungsinya yang efektif, Jakarta Flood Alert dinobatkan penghargaan People’s Choice pada acara tersebut.

“Smartphone dan teknologi lainnya dapat membantu para masyarakat dan instansi pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam melalui data-data dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan oleh sistem. Para finalis ini merepresentasikan potensi yang paling kreatif dan menjanjikan” ucap Francis Ghesquire, manajer penanggulangan dan pemulihan bencana alam dunia dari Bank Dunia.

Aplikasi lainnya yang berasal dari Indonesia adalah Quick Disaster. Quick Disaster memberikan solusi sebelum, selama, dan setelah bencana alam terjadi. Dengan informasi tersebut, para pengguna dapat mengantisipasi jika akan terjadi bencana susulan, apa yang harus dilakukan, dan mampu mengintegrasikan status pengguna ke sosial media, sehingga bantuan dapat mudah dilaksanakan. Quick Disaster hanya tersedia untuk Google Glass.

Delapan aplikasi lainnya adalah Anytime!, Disaster Resilience, Ehon, Flood AR, iLigtas, Nigechizu, Save The Baby, dan We Are Ready. Di London, tim developer dari  10 finalis lainnya akan pitch ide-ide brilian mereka kepada para praktisi yang terlibat sebelum pada akhirnya menentukan pemenang di puncak acara pada akhir Juni nanti.

 

[ilustrasi foto: Shutterstock]

 

Previous Story

Segmen Iklan Digital di Indonesia Diperkirakan Capai 8,8% Total Market Share Tahun 2017

Next Story

Siap-Siap Pre-order Moto G di Lazada

Latest from Blog

Don't Miss

Aplikasi Realive untuk Google Glass Tidak untuk Tujuan Komersial

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki gugusan gunung aktif memang

Aplikasi Quick Disaster Menangkan Penghargaan “Global Winner” Dalam ajang Code for Resilience

Upaya sekumpulan mahasiswa UGM dalam mengembangkan aplikasi mitigasi bencana Quick