Di tengah menjamurnya layanan online grocery yang hadir selama pandemi, masih memiliki celah yang luput dari perhatian. Salah satunya adalah ketidaknyamanan saat konsumen harus memesan produk dengan ketentuan minimum yang telah ditentukan.
Dropezy memainkan kesempatan tersebut dengan fokus pengantaran dalam jumlah mikro, sehingga memungkinkan konsumen untuk memesan mulai dari satu produk saja dengan ongkos kirim terjangkau. Mengutip dari berbagai temuan, misalnya yang dilakukan BPS, menemukan transaksi belanja untuk bahan-bahan makanan meningkat tajam hingga 51%.
Namun, karena masyarakat diimbau untuk menghindari tempat-tempat umum yang ramai – seperti pasar dan supermarket – mereka beralih ke platform digital. Karena itulah, sekitar 46% responden BPS mengaku membeli kebutuhan pokok melalui aplikasi belanja online.
Konsep mikro sengaja dipilih untuk menyesuaikan dengan preferensi belanja konsumen di Indonesia yang gemar dengan sistem langganan. Berdasarkan hasil riset Nielsen selama pandemi, sebanyak 71% masyarakat Indonesia berbelanja makanan segar secara harian.
Nitesh Chellaram dan Chandni Chainani memutuskan untuk menyeriusi Dropezy berbekal pengalaman dari berbagai pekerjaan sebelumnya. Nitesh sebelumnya pernah memimpin startup online rekrutmen Talent Search Recruitment yang membantu perusahaan seperti Oyo Rooms, Gojek, dan Tokopedia dalam merekrut talenta terbaiknya. Ia juga turut membantu bisnis keluarga di bidang FMCG yang sudah berjalan puluhan tahun.
Sementara itu, Chandni kuat di bidang sales setelah bekerja untuk berbagai startup, seperti Zomato, Matahari Mall, dan Zilingo Indonesia. Menggabukan kekuatan dari keduanya, akhirnya Dropezy dirintis pada akhir 2019.
Kepada DailySocial, Nitesh menuturkan meski ada banyak platform online tetapi faktor ketidaknyamanan masih belum optimal karena konsumen tetap harus membeli kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang lebih sedikit. Aplikasi yang ada saat ini menetapkan batas minimum pemesanan yang tinggi, belum lagi ongkos kirimnya yang mahal.
“Selain itu, belum ada satu platform pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Padahal saat memesan secara online, namun ada barang tidak terpenuhi, akhirnya konsumen harus pergi ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kami memulai Dropezy untuk memperbaiki masalah ini,” terangnya.
Model bisnis Dropezy
Perusahaan menempatkan dirinya sebagai platform kebutuhan sehari-hari (daily needs platform), bukan grocery platform. Dengan konsep itu, konsumen dapat membeli dalam kuantitas lebih kecil secara beberapa kali dalam sebulan. “Kami percaya pada konsep ‘Buy small, eat fresh’ dan ‘Top up, don’t stock up’. Kami yakin bahwa orang Indonesia tidak suka melakukan pembelian massal di awal bulan, tetapi memilih membeli dalam jumlah kecil setiap hari atau pada hari yang berbeda.”
Ia melanjutkan, “Juga orang Indonesia lebih suka membeli segar dan tidak menyimpan di rumah mereka. Orang Indonesia juga suka pergi ke pasar dan membeli dari Langganan mereka setiap saat. Inilah yang coba kami tiru. Dengan menjadikan Dropezy sebagai langganan, di mana mereka bisa datang dan berbelanja setiap beberapa hari dalam jumlah yang lebih sedikit, fresh dan hanya membayar sedikit ongkos kirim tanpa minimum order.”
Perusahaan membeli produk sehari-hari dari brand prinsipal, distributor, agen, grosir, dan partner B2B untuk dijual kembali ke konsumen Dropezy. Alhasil seluruh produk yang dibeli dari Dropezy datang langsung dari gudang perusahaan dengan logistik sendiri. “Karena sumbernya langsung dari prinsipal, kami bisa membuat margin yang layak.”
Seluruh pemesanan akan dikirim pada hari berikutnya, tidak diberlakukan minimum order, ongkos kirim mulai dari Rp5 ribu (gratis jika belanja di atas Rp150 ribu), dan terdapat fitur baru, yakni pemesanan berulang (recurring) untuk mengakomodasi konsumen dapat memilih item sebelumnya dan merencanakan untuk terus memesannya secara rutin.
Sementara ini Dropezy baru melayani pengiriman khusus area Jakarta. Para penggunanya adalah para ibu-ibu dari generasi milenial dan belakangan ini semenjak pandemi, mulai bermunculan laki-laki yang malas atau takut berbelanja di luar rumah.
“Covid-19 telah menjadi berkah tersembunyi bagi kami. Sebelumnya sulit untuk meyakinkan seseorang untuk berbelanja bahan makanan secara online, tetapi Covid-19 telah melakukan pekerjaan itu untuk kami. Dan kami percaya bahkan ketika Covid-19 berakhir, orang-orang yang terbiasa berbelanja online akan tetap melanjutkan. Perilaku telah diubah.”
Dengan prospek yang cerah tersebut, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan pra-awal dengan nilai dirahasiakan dari Taurus Ventures dan Kopi Kenangan Fund. Dana segar ini akan digunakan untuk meningkatkan platform, merekrut talenta baru, menambah fitur baru, menyiapkan hub distribusi mikro untuk memastikan pengiriman yang cepat dan efisien.
Lalu, mengembangkan private-label untuk lebih banyak unit penyimpanan stok (SKU) dan memperkenalkan metode pembayaran “paylater”. “Kami akan luncurkan aplikasi Dropezy bulan depan (baca: April 2021), memperluas gudang & fokus pada pemasaran untuk menjangkau pelanggan baru,” tutupnya.