5 February 2021

by Glenn Kaonang

Disney+ Kuasai Pasar Layanan Streaming Video di Indonesia

Market share-nya paling besar di kuartal ke-4 tahun 2020 kemarin

Dibandingkan seabrek layanan streaming video yang tersedia di Indonesia, Disney+ boleh dibilang adalah yang paling muda usianya. Di pasar global, layanan tersebut memang sudah tersedia sejak November 2019, akan tetapi ia baru masuk ke Indonesia secara resmi setahun setelahnya, tepatnya pada tanggal 5 September 2020.

Datang terlambat rupanya tidak mencegah Disney+ mendulang popularitas di tengah sengitnya persaingan layanan streaming video di tanah air. Berdasarkan data yang dihimpun oleh JustWatch mengenai market share layanan streaming video di Indonesia, Disney+ rupanya berhasil merebut peringkat pertama dengan pangsa pasar sebesar 22% di kuartal ke-4 tahun 2020 kemarin.

Persis di belakangnya, ada Netflix dengan pangsa pasar sebesar 21%. Melengkapi peringkat lima besar adalah iflix (11%), Viu (9%), dan Vidio (9%). Amazon Prime Video duduk di peringkat ke-6 dengan pangsa pasar sebesar 8%, diikuti oleh CatchPlay dengan 5%, dan menyisakan 15% untuk layanan-layanan lainnya.

Proporsinya memang tidak berbanding lurus dengan laporan jumlah pelanggan versi Media Partners Asia (MPA) yang dipublikasikan pada pertengahan Januari lalu. Di situ disebutkan bahwa Disney+ punya sekitar 2,5 juta pelanggan di Indonesia, disusul oleh Viu dengan 1,5 juta, Vidio dengan 1,1 juta, dan Netflix dengan 850 ribu pelanggan. Kendati demikian, kedua studi sama-sama menempatkan Disney+ sebagai penguasa pasar streaming video di tanah air.

Data dari JustWatch juga menunjukkan bahwa kehadiran Disney+ berdampak langsung pada penurunan pangsa pasar layanan lainnya. Yang paling drastis adalah iflix, yang mengalami penurunan hingga sebesar 25%. 2020 kemarin memang terbukti bukan tahun yang baik bagi iflix.

Kalau ditanya apa rahasia Disney+, jawabannya bisa beberapa. Yang pertama dan paling utama tentu saja adalah tarif berlangganannya yang begitu bersahabat: Rp39.000 per bulan, atau Rp199.000 per tahun. Bandingkan dengan Netflix, yang tarif termurahnya dipatok Rp54.000, dan itu pun khusus untuk konsumsi di smartphone saja. Disney+ juga menawarkan metode pembayaran yang sangat bervariasi, tidak melulu via kartu kredit saja.

Dari segi konten, katalog Disney+ mungkin bisa dibilang belum begitu besar, tapi setidaknya mereka berusaha keras menyediakan koleksi konten yang sesuai dengan selera lokal. Bahkan film-film populer pun juga banyak yang bisa ditonton dengan dialog dalam bahasa Indonesia, termasuk IP orisinal macam The Mandalorian atau WandaVision. Namanya Disney, sudah pasti juga ada banyak konten yang dikhususkan untuk anak-anak.

Gambar header: Depositphotos.com.