Dark
Light

Mantan COO RedDoorz Dirikan DishServe, Fasilitasi Dapur Rumahan Kembangkan Bisnis

2 mins read
May 4, 2021
DishServe Ghost Kitchen
DishServe turut memudahkan pemilik brand untuk berkembang tanpa biaya tetap melalui infrastruktur yang disediakan / DishServe

Pandemi telah menciptakan perubahan dalam cara pelanggan berperilaku dalam pemesanan online — termasuk dari sisi peningkatan intensitasnya, yang diharapkan akan tetap ada bahkan setelah pandemi berakhir. Dengan demikian, menciptakan peluang besar bagi para pemain yang bersinggungan dengan pengiriman makanan atau ruang F&B untuk berkembang dan tumbuh lebih cepat. Peluang ini yang coba digarap oleh DishServe.

Kepada DailySocial, Founder & CEO DishServe Rishabh Singhi mengungkapkan DishServe merupakan jaringan aset ghost kitchen yang hadir saat pandemi. Dengan harga terjangkau dan pilihan menu yang beragam, mereka menawarkan pilihan makanan kepada pelanggan secara online.

“Awalnya ide tersebut muncul setelah melihat banyak teman yang mem-posting di media sosial tentang kegiatan memasak di rumah dan menjual makanannya. Namun dalam banyak kasus, mereka tidak dapat menjual di luar dari teman dan keluarga karena masalah operasional, biaya pemasaran dan lainnya. Dengan menjadi enabler untuk menjembatani dapur rumahan agar menjadi bisnis yang bertahan, kami membantu mereka dalam hal standardisasi operasi, peralatan, dan lainnya untuk menjadi bagian dari jaringan ghost kitchen DishServe” kata Rishabh.

Setelah sebelumnya menjabat sebagai COO di RedDoorz selama hampir 5 tahun, Rishhabh kemudian memutuskan untuk membangun bisnis baru yang menyasar industri kuliner. Disinggung soal alasannya, dirinya menegaskan saat itu merupakan waktu yang tepat untuk meninggalkan RedDoorz. Rishabh juga menyebutkan dirinya menyukai untuk membangun sesuatu yang baru.

Bantu brand buat titik distribusi

DishServe menggunakan fasilitas dapur rumah atau aset dapur yang kurang dimanfaatkan sebagai bagian dari jaringan untuk bertindak sebagai titik distribusi jarak jauh untuk brand F&B. Sebagai marketplace, DishServe memudahkan pemilik brand untuk berkembang tanpa biaya tetap melalui infrastruktur yang dimiliki DishServe.

Selain itu dapur rumahan juga bisa memperoleh penghasilan tambahan dengan bertindak sebagai titik distribusi jarak jauh. Dengan demikian membantu para pelanggan yang menyukai brand yang tergabung dalam DishServe, dengan mudah bisa mendapatkan makanan mereka dikirim kurang dari 10 menit dari 100 lebih lokasi tingkat dapur DishServe. Secara khusus dapur-dapur tersebut juga bisa diakses melalui aplikasi pesan makanan yang ada di aplikasi Gojek, Grab, Shopee, dan Traveloka.

Saat ini DishServe memiliki brand white label (juga disebut DishServe), yang memungkinkan mereka untuk menjaga infrastruktur tetap berjalan dan memonetisasinya lebih awal dari penjualan makanan. Namun, value proposition inti DishServe adalah membantu brand F&B berkembang dengan mengakses lebih dari 100 lokasi ghost kitchen di seluruh Jakarta tanpa set-up cost atau fixed cost.

“Dengan menempatkan brand kepada demand dan pemasaran yang baik, DishServe dapat memastikan bahwa infrastruktur yang digunakan dapat dimanfaatkan. DishServe mendapatkan komisi dari F&B yang disiapkan melalui jaringan ghost kitchen kami,” kata Rishabh.

Rencana penggalangan dana

DishServe saat ini telah menjalin kolaborasi dengan beberapa cloud kitchen. Meskipun tidak menempatkan DishServe sebagai pesaing dari para cloud kitchen, namun lebih kepada segmen yang berbeda dibandingkan dengan pilihan yang kemudian diterapkan oleh kebanyakan cloud kithen.

“Dan kami sebenarnya bisa menjadi layanan nilai tambah yang baik untuk brand yang sudah menjadi pelanggan cloud kitchen dengan memperluas jangkauan mereka untuk pilihan item menu mereka, seolah-olah kami adalah ‘konter ekspres/lite’ untuk brand tersebut,” kata Rishabh.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, DishServe terus membuka kesempatan bagi para investor yang tertarik dan memiliki visi yang sama dengan untuk memberikan masukan dan berbagai dukungan. Saat ini DishServe mengklaim sadang berada dalam proses penggalangan dana yang diharapkan bisa mengakselerasi pertumbuhan bisnis dan menambah lebih banyak brand untuk bergabung. Tidak disebutkan lebih lanjut siapa saja investor yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana tersebut.

Yenny Wahid, Bambang Brodjonegoro, dan Rachmad Kaimuddin setelah acara RUPS dan penunjukan komisaris Bukalapak / Bukalapak
Previous Story

Tren Mantan Pejabat Publik yang Bergabung ke Startup Terus Berlanjut

Next Story

Memulai Virtual Racing Bagian 2: Konsol dan Perangkat Keras untuk PC

Latest from Blog

Don't Miss

Atur Toko E-commerce Enabler

Atur Toko Bantu UMKM Kelola Usaha di Marketplace, Sediakan Teknologi dan Layanan Menyeluruh

Bertujuan untuk meminimalisir biaya saat memasarkan dan menjual produk mereka,

JaPang Provides Grocery Supply Chain Innovation to Focus on Outside Java

The huge opportunity to disrupt the system of providing rice,