Dark
Light

Dian Siswarini: Memanjat BTS, Memantapkan Karir

2 mins read
April 2, 2015

Dian Siswarini dan Karir Kepemimpinannya / Blog Dian Sisawrini

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa resmi mengangkat Dian Siswarini menjadi Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata menggantikan Hasnul Suhaimi. Hasnul sendiri sudah mengatakan sejak Januari lalu bahwa Dian menjadi calon pilihannya untuk memegang kepemimpinan XL.

Selama masa kepemimpinan Hasnul sembilan tahun di XL, Dian kerap kali dilibatkan untuk mengurusi berbagai jenis layanan digital XL, seperti meluncurkan  iklan digital, pembayaran mobile XL Tunai, hingga toko online Elevenia yang merupakan perusahaan patungan XL dengan SK Planet asal Korea Selatan.

Dian Sempat Mengundurkan Diri

Sebelumnya Dian Siswarini juga pernah melepaskan jabatannya sebagai Chief Digital Services Officer, tepatnya pada bulan Juni 2014. Namun akhirnya Dian kembali bersinggah lagi di perusahaan telekomunikasi biru tersebut dan diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur, sebuah posisi baru yang diciptakan untuk mengakomodasi tren pergeseran bisnis telekomunikasi.

Dian Siswarini dan Industri Telekomunikasi

Wanita yang pernah menimba ilmu di jurusan Teknik Elektro ITB tersebut memang sudah memiliki pengalaman yang cukup mendalang di industri telekomunikasi. Ia mengawali karirnya sebagai Engineering Supervisor di sebuah perusahaan multi-nasional, semenjak itu ia mulai fokus menekuni karir di bidang telekomunikasi. Pernah juga selama dua tahun Dian menjadi bagian Indosat (dulu bernama PT Satelindo) sebagai supervisor.

XL menjadi singgasana yang membuat karir Dian cuku melesat dan naik ke permukaan. Di XL sendiri Dian juga pernah menjabat sebagai Manager Network Design dan Enginerring hingga Vice President Network. Prestasinya cukup gemilang di XL, sehingga ia menjadi sosok yang cukup diprioritaskan oleh XL.

Memanjat Menara BTS

Dian pernah menuliskan dalam blog pribadinya, bahwa dia seperti tidak peduli kerjaan yang ia lakukan adalah kerjaan yang biasa dilakukan laki-laki. Menurutnya bidang pekerjaan apapun bukanlah milik salah satu gender. Tak main-main, tower BTS (Base Transceiver Station) pun sudah sering ia panjat untuk melakukan perbaikan dan pekerjaan lapangan. Berbicara terkait dengan pengetahuan terkait kepemimpinan, secara akademik tahun 2013 Dian mengambil Executive Program di Harvard Advance Management Program, Harvard Business School, Amerika Serikat.

Hasnul bisa dikatakan sebagai salah satu yang mencetak benih-benih jiwa kepemimpinan kepada Dian. Dian selalu didorong untuk dapat mempelajari tentang lanskap industri telekomunikasi. Selama beberapa waktu Dian juga pernah ditugaskan untuk mempelajari pasar telekomunikasi di negara-negara sahabat seperti Malaysia, Kamboja, Sri Langka, Bangladesh, dan Singapura.

Perempuan Pun Bisa Memimpin

Menurut Dian, spatial ability adalah salah satu kelebihan perempuan yang menguatkan kemampuannya menjadi seorang pemimpin. Spatial ability ini yang membuat seorang perempuan bisa melakukan mulitasking menyelesaikan masalah berbeda dalam waktu bersamaan meskipun di tempat berbeda. Dian cukup optimis, di masa mendatang akan banyak pemimpin-pemimpin wanita yang akan memberikan sumbangsih bagi berbagai jenis sektor industri.

“Seandainya CEO perempuan adalah seorang dirigen (conductor) dalam sebuah orkestra, maka partitur musik adalah bidang bisnis dan leveling adalah proses bisnis sebuah perusahaan. Seorang CEO perempuan akan sanggup mendengarkan dengan baik irama yang keluar dari alat musik di depannya tanpa sedikit pun kehilangan konsentrasi untuk mendengarkan irama dari alat musik di ujung orkestra yang dia pimpin,” tulis Dian dalam blog pribadinya.

Tantangan Pasar Yang Makin Kuat Menyambut Dian

Ada misi besar yang harus mulai fokus dipikirkan oleh CEO baru. Yaitu mempertebal margin keuntungan XL. Tercatat liabilitas XL hingga September 2014 sebesar Rp 43,91 triliun dan total ekuitas Rp 13,96 triliun. Sementara kondisi pasar masih terus mengalami transformasi dan terlihat dinamis, strategi jitu pemasaran produk digital yang dimiliki XL harus terus digenjot dan dihadirkan.

Persaingan antar produk telekomunikasi juga menjadi tantangan yang harus dipikirkan secara matang. Era 4G sudah mulai menyebar di Indonesia, ini juga menjadi sebuah tantangan sekaligus kesempatan untuk menanggarkan XL pada puncak kejayaan.

Tahun lalu XL juga telah menjual 3.500 menara telekomunikasi senilai Rp5,6 triliun kepada PT Solusi Tunas Pratama Tbk. Upaya tersebut dikabarkan sebagai langkah untuk mengurangi beban hutang yang dimiliki XL. Dengan kepemimpinan yang tepat, seharusnya XL tidak akan mengalami masa-masa seperti itu lagi. Mau tak mau, Dian harus sigap menjalankan roda kendali XL untuk tetap bisa terus menampakkan diri di puncak industri telekomunikasi tanah air.

Salah satu pekerjaan rumah Dian setelah menduduki posisi tertinggi di XL Axiata adalah tentu saja bagaimana telco tersebut bisa menghasilkan revenue ditengah-tengah tertindasnya bisnis infrastruktur oleh layanan-layanan OTT. Di masa dimana pemasukan dari telepon dan SMS menurun drastis, dan layanan OTT yang makin menggerus akses data, telko dipaksa untuk melihat kesempatan lain di luar dump pipe yang disediakan telko.

Tentu saja hal ini bukan hanya menjadi tantangan bagi telko di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Apakah Dian mampu mempertahankan pertumbuhan pemasukan XL Axiata di tengah-tengah situasi menantang seperti ini? Hanya waktu yang bisa membuktikan.

Previous Story

[Ask the Expert] Cara Mengubah Tampilan Smartphone Android Menjadi Seperti Samsung Galaxy S5

Next Story

Teko Pintar Ini Bisa Dikontrol via Smartphone Secara Real-Time

Latest from Blog

Don't Miss

XL Axiata Gandeng Ericsson untuk Implementasikan Dual-Mode 5G Core

XL Axiata bekerja sama dengan Ericsson untuk mengimplementasikan solusi Dual-Mode

LinkNet dan Hypernet Berkolaborasi Lahirkan Lyft

Transformasi digital untuk para enterprise yang sudah merupakan sebuah kebutuhan saat