Prestasi, itulah jawaban yang terdengar berkali – kali dari Fajar Rofianto, coach dan manajer sekaligus seseorang ‘palugada’ dari tim Method2Madness “M2” APEX Legend. Sebuah kejutan lahir dari esport APEX Legends Indonesia. Team yang beranggotakan Muhammad ‘Bastiaan’ Arie Rafly, Muhammad ‘DoomMVP’ Hafiz, Muamar ‘EzFlash’ Fahri Abrar, dan Fajar ‘Salvatorez’ Rofianto Sebagai Coach.
Apex Legends Indonesia sebelumnya sudah membuat kejutan di tahun 2021 dengan kemenangan mereka di kejuaraan APAC South yang berlangsung online karena pandemi. Kejuaraan tersebut yang dimenangi tim Wolfpack yang sekarang bergabung dengan Team NXL. Tahun ini kejuaraan kompetisi Apex Legends Championship Global Series akan diadakan LAN pada April 2022 untuk Playoff dan Juni 2022 sebagai Final League.
Awal Mula Tim Terbentuk
Tim yang digawangi oleh Fajar sebagai manajer telah melalui kesulitan pertama yaitu spesifikasi komputer yang kurang memadai. APEX Legends bukanlah game yang tergolong ringan. Game tersebut menuntut spesifikasi ‘medium to high’ yang memadai. Ketiga pemain di tim ini sebelumnya adalah para pemain di warnet. Hafiz yang berasal dari Palembang dan Arie Rafly yang berasal dari Pekanbaru sempat kesulitan mencari warnet yang mempunyai spek memadai. Sikap berkorban dan komitmen menjadi jalan mereka untuk terus bertarung di kompetisi walaupun dengan spek komputer warnet yang kurang memadai.
Fajar bercerita dirinya sebagai coach mendapat posisi yang lebih mudah di Blitar. Pasalnya, di Blitar terdapat warnet dengan spek memadai sekaligus owner yang mendukung aktivitas Fajar untuk bermain APEX Legends. Terlepas dari APEX Legends yang tidak terlalu populer di Indonesia, seiring berjalan waktu game ini telah menjadi magnet di warnet selain VALORANT dan DOTA 2.
Diceritakan oleh Fajar bagaimana mereka bersatu padu untuk bisa membangun PC. Setiap hadiah dari kemenangan turnamen mereka tabung untuk merakit komputer supaya mendapatkan spesifikasi yang lebih memadai. Sesama anggota mereka juga saling support ketika harga-harga kartu grafis sedang mengalami kenaikan karena kelangkaan barang di tahun 2021. Momentum ini menjadi momen untuk saling support satu sama lain. Cerita semacam ini mungkin bisa dibilang langka di zaman sekarang — di tengah hingar bingar esports mobile.
Sebuah perjalanan yang tidak mudah sekaligus mengejutkan telah dilalui Fajar dkk. sampai titik playoff LAN. Mereka berempat telah melalui turnamen Legion Masters Asia, Metaco Max Minor, dan Malaysia Series di peringkat satu. Mereka sempat menjadi free agent sesudah turnamen Metaco Max Minor. Dari sana, banyak juga organisasi esport luar negeri yang menawarkan, tetapi sayangnya tidak ada yang dari Indonesia. Sehingga, mereka memutuskan berada di bawah bendera M2 yang berasal dari Lithuania.
Perjuangan Kualifikasi APAC South
Perjuangan tim dalam qualifier di APAC South ini bukanlah perjalanan yang mudah. Enam minggu mereka telah berjibaku. Menurut cerita Fajar, pada minggu pertama, kedua, dan ketiga, mereka mengalami peringkat yang buruk berada dalam posisi 16. Namun, pada pekan keempat, kelima, dan keenam, mereka melalui sebuah perjalanan yang mengejutkan karena akhirnya berhasil berada posisi pertama sampai delapan besar.
Mereka juga melalui tantangan besar saat beberapa tim dari negara yang sama melakukan teaming (ketika 2 tim atau lebih dari negara yang sama bekerja sama meloloskan satu wakil). M2 sudah ditarget berulang kali pada setiap pertandingan dimulai. Namun dengan kesigapannya mereka selalu lolos dari lubang maut dan bahkan mampu mendapatkan Last Man Standing.
Kontribusi Pemerintah dan Prestasi
Setelah mereka mendapatkan slot, mereka kembali mendapat tantangan baru, yaitu pengurusan visa dan juga keberangkatan menuju Swedia. Saat mereka sedang mengurus paspor, di sinilah peran Ketua Esport Indonesia (ESI) Blitar Suanda Ibnu Abraham yang mendampingi mereka membantu mengurus paspor, dan bersinergi dengan kepengurusan esport dengan pemkot Blitar yaitu Wali Kota Blitar, Santoso.
Pada Senin 28 maret 2022, Wakil Walikota Tjutjuk Sunario membantu pengurusan paspor yang biasanya memakan waktu satu minggu menjadi satu hari. Di sinilah harusnya peran dan dukungan badan pemerintahan dan organisasi esport untuk membantu kemudahan para pemain esport. Sesudahnya mereka berempat anggota M2 ini akan pergi ke Jakarta, untuk mengurus visa di Kedutaan Besar Swedia dengan pendampingan Abraham selaku Ketua ESI Blitar.
Perjalanan kali ini akan berlangsung di Swedia untuk berkompetisi dengan tim-tim besar menuju babak Champion. Dukungan dari komunitas masih dibutuhkan dan terus berjalanan seiring dengan prestasi yang ditorehkan, begitu sikap Fajar untuk menyikapi kondisi esport APEX Legends di tanah air yang memang belum populer.
Perjalanan untuk mereka tak berakhir hanya di kompetisi karena mereka akan menempuh studi universitas jika musim kompetisi APEX Legends berakhir. Selamat berjuang untuk tim APEX Legends Indonesia!