Layanan crowdfunding semakin populer sebagai alternatif pendanaan berbagai jenis kegiatan. Seperti yang pernah kami ulas beberapa waktu lalu, pada tahun 2012 lalu layanan crowdfunding diperkirakan telah berhasil mendanai sebanyak 1 juta proyek dengan total dana terkumpul lebih dari 2,7 miliar dolar AS.
Baru-baru ini kembali muncul sebuah layanan crowdfunding baru bernama Detour. Berbeda dengan layanan crowdfunding populer seperti Kickstarter atau Indiegogo, Detour memfokuskan layanan crowdfunding khsusus untuk menggelar konser musik saja. Detour dirilis sebagai bagian dari layanan sebuah portal bernama Songkick yang memang merupakan sebuah jejaring sosial untuk mengikuti jadwal konser dan pertunjukan musik.
Cara kerjanya cukup sederhana. Artis atau musisi bisa membuka halaman kampanye untuk konser mereka. Pengguna kemudian bisa menyatakan minatnya membeli tiket konser artis tersebut dan berapa besar yang ingin dibayar oleh pengguna tersebut untuk membeli tiket konser tadi. Jika batas minimal tiket tercapai, maka pengguna akan diberi pemberitahuan mengenai tempat konser dan harga resmi tiket konser tersebut. Jika angka kesanggupan awal yang disebutkan pengguna melebihi harga resmi tiket konser, pengguna hanya perlu membayar sebesar harga resmi. Jika lebih kecil, pengguna akan ditanyakan kembali apakah berminat untuk membeli tiket konser dengan harga resmi tersebut.
Saat ini layanan Detour baru tersedia untuk menyelenggarakan acara konser musik di kota London saja, utamanya karena basis pengguna layanan Songkick masih dominan di kota tersebut. Sebelum merilis Detour, Songkick bereksperimen dengan konsep crowdfunding untuk konser tersebut dan telah berhasil menyelenggarakan 10 konser dengan total 1000 tiket terjual.
Menurut pandangan saya, konsep ini cukup unik dan barangkali berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Mengingat cukup banyaknya musisi independen yang memiliki jumlah massa tidak sedikit, adanya layanan semacam Detour di Indonesia bisa jadi akan memberi manfaat yang sangat besar utamanya kepada musisi independen. Jadi, ada yang tertarik untuk mengembangkan Detour versi Indonesia?