Kemarin gue iseng berkunjung ke desaVIRTUAL – yang ternyata namanya sekarang jadi Desavirtual, dan ternyata mereka telah melakukan perombakan cukup besar terhadap tampilan websitenya. Sekedar mengingatkan, Desavirtual (tampaknya) adalah sebuah situs jejaring sosial yang mencoba menggabungkan pertemanan di dunia maya dengan e-commerce.
Di postingan pertama pada awal tahun lalu, DailySocial berkomentar bahwa meskipun visual dan konsepnya sudah menarik, tapi secara keseluruhan situs ini masih terlalu membingungkan dan terkesan berantakan.
Walaupun demikian beberapa komentar menyampaikan bahwa seharusnya usaha Desavirtual lebih dihargai dan diberi kesempatan untuk berkembang dulu. Setelah lebih dari setengah tahun berlalu plus disain ulang situsnya, bagaimana perkembangannya?
Pertama-tama, cukup mengagetkan melihat mereka membuang tampilan bukit pedesaan yang menjadi ciri khasnya dulu, dan menggantinya dengan tampilan a la jejaring sosial umumnya yang sarat teks.
Penjelasan dari mereka adalah “Desavirtual come up with a new face and it is hoped this view has been able to accommodate all the expectations of members. View more simple, easy, and lightweight, also elegant.” Hmm.
Yang jelas sama seperti di versi sebelumnya, pada tampilan pertama ini kita masih tidak diberi petunjuk atau arahan: bisa ngapain aja sih di Desavirtual? Setidaknya di tampilan yang lama kita masih disuguhi visual yang menarik sehingga membuat kita penasaran klak-klik sana sini.
Masih menebak-nebak, sepertinya yang diinginkan Desavirtual adalah aktivitas sosial dalam meng-update status, bercampur dengan aktivitas e-commerce yaitu jual-beli di internet. Tapi kalau dulu pengguna dibuat tertarik jalan-jalan lewat tampilan pedesaan yang menarik, sekarang cuma ada teks-teks yang terkesan membosankan.
Pada salah satu menu, terdapat pilihan kategori Fashion, F & B, Electronic dan Miscellaneous. Di bawah masing-masing kategori itu terdapat daftar merchant-merchant yang menjual barang-barang mereka. Terus terang tampilan visual desa-desa di versi sebelumnya jauh lebih menarik dibanding yang sekarang ini. Apalagi ditambah dengan teks placeholder lorem ipsum yang tersebar di mana-mana, semakin membuat websitenya tampak setengah jadi.
Setelah beberapa saat jalan-jalan di dalamnya, akhirnya gue menyerah. Kalau dulu DailySocial merasa bahwa ada potensi untuk Desavirtual lewat tampilan visualnya yang menarik dan konsep jejaring sosial plus e-commercenya yang bisa digali lebih jauh, di tampilan versi baru ini keduanya malah jadi hilang.
Kemudian seperti yang pernah dibahas oleh DailySocial juga, sebagai sebuah layanan baru sepertinya Desavirtual harus lebih merangkul dan mengarahkan pembacanya dengan sebuah postingan blog yang membahas fitur dan layanan yang disuguhkan.
Sayang rasanya kalau sudah ada konsep yang menarik, namun eksekusinya terkesan setengah hati. Mungkin saja hasil akhir dari layanan ini akan menarik, tapi sementara itu sepertinya masih banyak yang harus dibenahi.
Ga boleh setengah2 kalo mau direview di DailySocial. š
Hehe bukan masalah review kita, tapi kita kan memberi feedback agar startup lokal bisa sukses. Kalau layanannya masih setengah matang, susah membuat penggunanya tertarik, apalagi mau bergabung š