Dengan diluncurkannya Pebble 2, Pebble Time 2 dan Pebble Core, fokus Pebble di ranah kesehatan menjadi semakin matang. Akan tetapi kesehatan fisik saja belum cukup untuk menggambarkan pribadi pengguna secara utuh. Kita juga perlu mempertimbangkan kesehatan jiwa, apakah pengguna sering dilanda stres atau tidak.
Untuk itu, Pebble baru-baru ini meluncurkan aplikasi baru bernama Happiness App. Sesuai namanya, aplikasi ini ditujukan untuk memonitor mood penggunanya, sekaligus memperhitungkan pengaruh dari fluktuasi mood ini terhadap keseharian pengguna.
Cara kerja aplikasi ini sederhana: pengguna akan diminta untuk mencantumkan seperti apa mood-nya dari waktu ke waktu, didampingi oleh data-data pendukung seperti lokasi, aktivitas dan dengan siapa mereka bertemu. Setiap minggunya, Happiness App akan memperhitungkan data-data ini dan membuatkan laporannya via email.
Menurut Pebble sendiri, Happiness App sudah berhasil membuat sejumlah karyawannya melakukan perubahan dalam kesehariannya, seperti misalnya lebih banyak bersosialisasi dengan rekan kerja, lebih banyak minum air, atau rutin mengikuti latihan yoga. Aplikasi ini gratis dan bisa langsung diunduh dari Pebble App Store.
Di saat yang sama, Pebble juga memutuskan untuk memublikasikan algoritma di balik sistem activity tracking-nya, Pebble Health. Seperti yang kita tahu, aplikasi ini dikembangkan bersama sebuah tim dari Stanford University, dan salah satu anggota timnya merasa perlu memublikasikan algoritma rancangannya demi kepentingan bersama.
Menurutnya, perangkat wearable jadi kurang berarti di mata developer dan peneliti bidang kesehatan tanpa ada akses ke algoritmanya. Algoritma Pebble Health sendiri ada beberapa macam, salah satunya bertugas mendeteksi dan mengukur pergerakan, sedangkan lainnya untuk menghitung jumlah langkah kaki sekaligus mengenali apakah pengguna tengah berjalan atau berlari.
Sumber: MacRumors dan Pebble Research.