Setiap negara di belahan bumi ini pasti memiliki cerita rakyatnya masing-masing. Begitu juga Indonesia. Masing-masing cerita rakyat itu biasanya sarat dengan muatan pesan moral, baik yang universal maupun yang lokal.
Folklore, yang di Indonesia disebut dengan dongeng, merupakan cerita rakyat yang asalnya adalah sebuah kisah yang dituturkan dari mulut ke mulut. Cerita dongeng ini biasanya diceritakan kepada anak-anak oleh orang tuanya, sebagai penghantar tidur, tetapi juga ada harapan bahwa sang anak bisa memetik nilai-nilai kebajikan dari cerita itu.
Dongeng memang memiliki materi pembelajaran untuk anak, sebab dongeng mengandung unsur-unsur nilai benar dan salah. Lebih dari itu, setiap dongeng mengandung pesan-pesan moral seperti kebajikan, kegigihan, kesopanan, keberanian, dan kesabaran. Sifat penyampaian melalui sebuah cerita baik dengan tokoh manusia, maupun binatang, seperti pada fabel, dipercaya lebih mengena ketimbang nasihat panjang lebar. Ini juga membantu mengembangkan daya imajinasi anak.
Tetapi saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, apakah dongeng masih ‘laku’ dan digemari oleh anak-anak sekarang? Maklum, anak-anak sekarang sudah sangat akrab dengan gadget, games, internet, atau televisi kabel.
Tanpa bimbingan yang memadai, anak-anak zaman sekarang bisa saja memandang dongeng sebagai sesuatu yang kuno. Nah, selain itu, untuk melestarikan budaya dongeng ini, tentu saja salah satu solusinya adalah membawa dongeng ke ranah digital, dan dikemas semenarik dan se-interaktif mungkin supaya tidak membosankan bagi anak zaman sekarang.
Salah satunya, dilakukan oleh Educa Studio yang konsisten menghadirkan sejumlah game yang memberikan nilai baik bagi anak. Setelah menghadirkangame MarBel (Mari Belajar) melalui semua platform, Educa Studio melangkah lebih jauh lagi menjajaki sebuah aplikasi mobile berupa cerita interaktif anak, yang diberi nama aplikasi Ceri.
Aplikasi Ceri ini akan mengangkat dongeng-dongeng tradisional Indonesia. Saat ini, untuk peluncuran perdananya, Cerita Anak Interaktif mengangkat kisah cerita rakyat yang sangat terkenal: “Bawang Merah, Bawang Putih”.
Aplikasi ini sudah tersedia dan dapat diunduh secara gratis di Google Play. Cerita Anak Interaktif yang dihadirkan, berupa cerita bergambar yang dirangkum dalam 12 frame. Setiap frame bergambar tersebut terdapat sebuah cerita tertulis dalam bentuk narasi. Namun pengguna juga dapat memilih narasi dalam bentuk suara. Cocok sekali bagi anak-anak pra sekolah yang belum bisa membaca.
Di akhir cerita akan disuguhkan pesan moral yang dari kisah “Bawang Merah, Bawang Putih”.
Saat mencoba aplikasi ini, saya memang melihat bahwa aspek interaktif ditempatkan sebagai hal yang penting, guna membuat aplikasi ini makin menarik bagi anak-anak zaman sekarang. Setelah memilih menu cerita di halaman utama, frame-demi frame dengan gambar disajikan, diiringi oleh suara narasi. Nah, setiap gambar di masing-masing frame ini disajikan ‘hidup’ dan akan merespon saat di klik. Misalnya di frame pertama,klik saja gambar sang ayah, ibu, atau bahkan pohon pisang. Masing-masing mereka akan mengeluarkan suara atau bergerak.
Selain cerita, dalam aplikasi tersebut juga terdapat empat Permainan Edukatif untuk anak-anak seperti: Berhitung, Warna, Tebak Gambar dan terakhir Cari Benda.
Di permainan Berhitung, anak akan diminta menghitung jumlah hewan yang tampil. Sedangkan pada game Warna, anak-anak harus mencocokan warna pakaian yang diminta oleh tokoh Bawang Putih. Lalu Tebak Gambar merupakan permainan melatih daya ingat dengan mencocokkan dua kartu yang memiliki kesamaan gambar. Sedangkan dalam Cari Benda anak akan diminta mencocokan gambar hewan yang tepat dengan siluetnya.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]
—
Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi.