25 July 2018

by Yoga Wisesa

Dari G-Sync Sampai Sertifikasi, Hal-Hal yang Nvidia Siapkan Demi Mendukung eSport

Komite Olimpiade Indonesia: "Olahraga elektronik mempunyai nilai-nilai olimpisme yang kuat."

Saat ini antisipasi terhadap kartu grafis baru Nvidia sedang berada di momen puncak. Dari laporan sejumlah narasumber, pengungkapan GPU berarsitektur Turing boleh jadi dilakukan tak lama lagi. Namun kita juga tahu, bukan cuma teknologi grafis yang menjadi fokus perusahaan asal Santa Clara itu. Sudah lama mereka punya agenda buat membantu perkembangan eSport di tanah air.

Dan akhirnya, impian semua pelaku industri agar eSport diakui sebagai cabang olahraga sekaligus menyingkirkan kesan buruk gaming dapat terwujud. eSport telah menjadi bagian dari Asian Games 2018 (walaupun baru ekshibisi). Asian Esports Federation sudah mengonfirmasi judul-judul yang akan dilombakan, meliputi League of Legends, Hearthstone, Starcraft II, Pro Evolution Soccer, lalu Clash Royale dan Arena of Valors menjadi perwakilan dari mobile game.

Di tanggal 24 Juli kemarin, Nvidia mencoba menegaskan lagi beragam potensi yang bersemayam dalam eSport dan juga mengungkapkan pencapaian esensial yang diperoleh para pelakunya. Untuk melakukannya, Nvidia mengundang sejumlah tokoh dari organisasi penting serta perwakilan ranah olahraga elektronik buat melakukan diskusi di High Grounds PIK, salah satu eSport center paling high-end di Jakarta.

 

eSport dan nilai-nilai olahraga

Acara ini dibuka oleh presentasi dari Helen Sarita selaku PLT Sekjen Komite Olimpiade Indonesia. Ia mengungkapkan bagaimana olahraga elektronik mempunyai nilai-nilai olimpisme yang kuat. Beberapa elemen di sana meliputi menjunjung tinggi kerja keras, pantang menyerah, terus berusaha untuk lebih baik, menghormati perbedaan, serta berempati dan bersimpati.

Menurut Helen, sudah saatnya eSport mendapatkan dukungan dari lebih banyak pihak, baik pemerintah, dunia pendidikan, orang tua serta perusahaan-perusahaan teknologi dan penyedia hardware.

Di sesi diskusi, ketua umum IeSPA Eddy Lim kembali menjelaskan apa yang membedakan kegiatan gaming biasa dengan eSport. Umumnya, orang bermain game buat menghibur diri atau mungkin sekadar 'naik ke level selanjutnya'. Tapi begitu seseorang berpikir untuk terjun ke kancah olahraga elektronik, ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan - misalnya seperti aspek olimpisme tadi.

Dan bukan cuma itu. Kita tahu para gamer profesional harus bisa menjaga konsentrasi dalam durasi yang lama. Itu alasannya mereka harus bugar secara fisik. Selanjutnya, game-game eSport juga menuntut logika serta kemampuan menyelesaikan masalah yang baik. Dengan begini, para atlet sangat dianjurkan untuk memahami sejumlah ilmu pengetahuan seperti fisika dan matematika.

Dengan naiknya kepopularitasan eSport, Eddy Lim melihat kemunculan fenomena baru: anak-anak meminta izin orang tuanya untuk berhenti sekolah demi jadi atlet olahraga elektronik. Ini adalah pandangan yang keliru. Sang ketua umum menyampaikan, bahkan jika ada ratusan ribu hingga jutaan orang mengikuti turnamen eSport, juara masing-masing game hanya ada tiga. Lalu bagaimana dengan sisanya?

Kemudian seperti olahraga lain, kemampuan fisik atlet eSport akan berkurang seiring waktu. Tingkat refleks, kecepatan, serta koordinasi tangan dan mata biasanya mulai menurun di usia 27 atau 28 tahun. Beberapa orang mungkin cukup beruntung jika bisa melanjutkan kegemarannya pada eSport sebagai pelatih, namun sisanya tentu saja harus meneruskan hidupnya. Setidaknya saat pro gamer 'pensiun', mereka sudah menjalani pendidikan dasar dan dapat melanjutkan edukasinya di jenjang yang lebih tinggi.

 

Dukungan Nvidia

Tentu saja eSport tidak akan berjalan optimal tanpa ada dukungan teknologi dan sarana latihan. Sejak beberapa tahun silam, Nvidia telah memulai prakarsa serfifikasi 'GeForce' dengan maksud untuk menghilangkan stigma soal buruknya kondisi warnet atau game center. Nvidia secara cuma-cuma mau memberikan titel GeForce Certified iCafe, asalkan pengelola bersedia memenuhi sejumlah syarat.

Beberapa kriteria GeForce Certified iCafe meliputi larangan merokok, mengakses konten porno, berkata kasar, serta memakai baju sekolah. Pengelola iCafe juga diminta untuk menciptakan lingkungan bermain yang sehat serta nyaman, dengan memikirkan kondisi cahaya dan sirkulasi udara. Selain gaming, iCafe-iCafe tersertifikasi GeForce diharapkan pula bisa menjadi pusat komunitas gamer serta sarana 'one-stop-solution' - misalnya buat belajar atau mengerjakan tugas kuliah.

Dari penuturan Harry Kartono selaku consumer lead Nvidia Indonesia, High Grounds sendiri merupakan bagian dari jaringan waralaba TNC, tapi punya level yang lebih tinggi. Saat berkunjung ke sana, Anda akan disuguhkan mesin-mesin gaming canggih persembahan Acer Predator (termasuk monitor G-Sync HDR 144Hz), console PlayStation 4 buat mendukung couch gaming, ruang latihan eksklusif, hingga arena turnamen dan sarana 'nobar'.

Menariknya lagi, High Grounds PIK tersebut baru memperoleh sertifikasi GeForce kelas gold. Masih ada level platinum di atasnya. Harry menyampaikan, syarat buat mendapatkan platinum ialah tersedianya zona virtual reality yang kabarnya sedang diusahakan oleh pemilik iCafe.

Nvidia juga tengah mempromosikan G-Sync di sejumlah produk monitor baru. Sederhananya, teknologi ini dikembangkan untuk memastikan pengalaman gaming yang mulus, bebas dari efek screen tearing, flickering maupun stuttering karena sinkronisasi sempurna antara output GPU dengan layar, berapapun frame rate per detik yang dihasilkan oleh sistem. G-Sync siap menunjang monitor dengan refresh rate sampai 240Hz.

Di Computex 2018 kemarin, Nvidia juga banyak mengomunikasikan teknologi HDR. HDR diracik agar display bisa mengeluarkan gambar mendekati kemampuan mata manusia melihat; misalnya dengan menghadirkan tingkat gelap dan terang yang kontras secara bersamaan tanpa menghilangkan detail. Nvidia turut mengungkapkan esensialnya tingkat kecerahan dalam menghidangkan warna. Kian terang, maka warna yang dapat ditangkap oleh mata manusia semakin banyak.

Dan melihat pengumuman BFGD di CES 2018, ranah serta teknologi display sepertinya akan menjadi fokus besar Nvidia selanjutnya...