Dark
Light

[Dailyssimo] Setiap Orang Berpengaruh Kepada Kumpulannya Masing-masing

2 mins read
September 22, 2012

Seminggu terakhir ini perhatian saya tertuju pada sebuah buku karya Gail F. Goodman yang membahas apa yang disebut dengan Engagement Marketing, sebuah istilah yang sebelum-sebelumnya saya belum pernah dengar dan menurut saya sangat pas jika kita ingin terjun dan berkecimpung dalam dunia digital marketing. Saya tidak akan bercerita tentang Engagement Marketing namun akan masuk kedalam detail yang sifatnya adalah kasus-kasus yang terjadi. Ya tentunya akan jauh lebih mudah dimengerti jika kita langsung belajar dari kasus bukan?

Setiap orang selalu memiliki jaringannya sendiri yang suka atau tidak suka terbentuk dari aktivitas-aktivitas dalam kehidupan kita semua. Apakah dengan bergabung pada kelompok-kelompok berprofesi sama (asosiasi misalnya) atau lebih fokus ke hal-hal yang personal seperti parenting groups, hobi, dan lain sebagainya, kita semua ada dalam beragam jaringan. Biasanya jaringan-jaringan ini berisikan orang-orang seperti kita. Jaringan kita, yang terbentuk di online ataupun offline, membentuk circle of influence, dimana semua yang ada didalamnya saling mempengaruhi satu sama lain.

Setiap kali kita berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan interest dalam kelompok-kelompok tertentu, sedikitnya kita akan berbagi informasi apakah itu tentang kehidupan personal ataupun profesional. Coba ingat-ingat lagi ketika Anda berjumpa dengan teman ataupun anggota keluarga Anda.

Mungkin Anda akan membicarakan tentang keluarga, atau tentang pengalaman liburan Anda. Juga jika Anda menghadiri pertemuan asosiasi profesi, pasti akan terjadi percakapan yang sifatnya berbagi informasi, lelucon khas profesi, berita dan juga kasus-kasus bisnis yang terjadi dengan teman-teman seprofesi Anda. Jika salah satu teman Anda bertanya,“Ada yang bisa kasih rekomendasi digital marketing consultant yang handal gak ya? Kita sedang butuh untuk mengembangkan sebuah strategi pemasaran digital yang baru,” Anda mungkin akan menjawabnya,“Oh ada kenalan saya, namanya Budi. Kerjaannya bagus dan sangat telaten orangnya.”

Aktivitas rujukan diatas yang sering disebut dengan word-of-mouth (getok-tular) referral adalah momen-momen emas bagi sebuah bisnis ataupun pelaku usaha, namun beberapa faktor membuatnya susah untuk dilakukan atau dilacak:

  1. Anda tidak bisa mempengaruhi (mengatur) bagaimana bisnis Anda tercermin pada setiap percakapan.
  2. Anda tidak akan pernah tahu kapan orang lain akan merujuk seseorang pada Anda kecuali teman Anda tersebut menanyakan bisnis/pekerjaan Anda dan lalu Anda menanyakan bagaimana nama Anda bisa bisa muncul pada teman Anda tersebut.
  3. Anda tidak bisa memberikan ‘sesuatu’ atau semacam reward pada klien Anda karena merujuk ke Anda jika Anda tidak tahu siapa yang merujuk.

Social Media merubah skenario di atas secara keseluruhan.

Sebelum ada internet dan social media, seorang pemilik bisnis tidak bisa “mendengarkan” percakapan pelanggan/klien/pengguna tentang perusahaan mereka. Ia juga tidak bisa dengan mudah mendorong orang untuk menyebarkan informasi baik tentang bisnis Anda kecuali jika Anda melakukan program loyalty marketing atau campaign-campaign yang menggunakan sistem “tell-a-friend” dan kedua opsi tersebut mahal untuk dilakukan dan dijalankan.

Dengan menggunakan social media semuanya jadi berubah karena Anda jadi bisa mendorong langsung klien Anda untuk menceritakan kembali tentang bisnis, produk ataupun jasa yang Anda tawarkan melalui apa yang disebut dengan engagement marketing.

Momen-momen emas word-of-mouth yang biasanya terjadi pada pertemuan-pertemuan, pesta-pesta dan lain-lain kini berpindah pada Facebook, Twitter, Linkedin dan situs-situs social media lainnya. Melalui engagement marketing, referal yang dihasilkan oleh word-of-mouth menjadi teramplifikasi ke seluruh jaringan yang kita miliki dan juga teman-teman kita miliki. Begitulah kira-kira kombinasi word-of-mouth dan social media yang seterusnya membentuk engagement marketing.

Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.

Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.

[Sumber gambar Flickr/bearpark]

Previous Story

Telkomsel Mulai Sediakan Pre Order Nano-SIM

Next Story

Empat Iklan Terbaru Apple Dengan Tema: ‘Thumbs’, ‘Cheese’, ‘Physics’, dan ‘Ears’

Latest from Blog

Don't Miss

Alasan Meta Rilis Threads, Pesaing Twitter

Elon Musk resmi membeli Twitter seharga US$44 miliar pada Oktober
Threads himpun 30 juta pengguna kurang dari sehari

Threads Berhasil Himpun Lebih dari 30 Juta Pengguna Kurang dari Sehari

Twitter merupakan sebuah media sosial yang tergolong masih ramai digunakan.