Dark
Light

[Dailyssimo] Sebidang Taman bernama Social Media

2 mins read
May 19, 2012

Apakah Anda pernah memperhatikan bahwa social media yang kita kenal pada saat ini punya arti yang cukup beragam dari para pengguna. Mungkin jika hanya definisi dasar dengan menunjuk Facebook dan Twitter semua orang langsung paham, tapi pernahkah Anda menggali apa yang mereka pahami tentang social media?

Kalau mengutip hasil pembicaraan saya dengan rekan sesama ex-Yahoo!, Jonas Del Los Reyes yang sekarang di Filipina, Anda mungkin bisa membayangkan situasi seperti apa yang ada di sini, berikut kutipan singkatnya, “…our market is still young, definition are scattered, everyone running with their understanding”. Yak, saya pikir memang itulah yang terjadi di wilayah ini. I might say it’s chaotic but in a good way. 🙂

Mungkin Anda masih ingat dengan apa yang dilakukan oleh General Motor (GM) beberapa saat lalu tepat sebelum Facebook melakukan langkah bersejarah mereka untuk masuk lantai bursa (IPO), GM memutuskan untuk menghentikan investasi iklan mereka di Facebook ad yang bernilai 10 juta Dollar. GM mengatakan meski mereka memutuskan untuk menghentikan investasi iklan, mereka tidak akan meninggalkan Facebook, namun akan lebih fokus pada strategi konten yang akan tetap didistribusikan lewat Facebook Page mereka.

Sebagai platform terpopuler, Facebook memiliki jumlah pengguna terkoneksi yang besarnya cukup membuat brand-brand terkemuka ikut berinvestasi di dalamnya dalam bentuk yang beragam, dan kebanyakan ya mengambil jalan tercepat, yaitu beriklan. GM melakukan langkah yang boleh dikatakan membuat banyak pihak bertanya-tanya, memfokuskan diri pada konten dan engagement bukanlah cara cepat untuk menggrab existing user dan juga potential client.

Kembali pada kondisi popularitas social media yang membuat semua pihak berlomba-lomba “terjun” ke dalamnya dengan terkadang hanya mengandalkan pengetahuan yang belum terlalu dalam. Atas kondisi ini, maka hampir semua pihak pula berusaha mendefinisikan, meramu, memformulasikan social media dari kacamata mereka masing-masing, dengan harapan bisa mengoptimalkan media baru ini. GM saya pikir sedang melewati fase ini setelah mereka mencoba, mengalami serta mengevaluasi yang akhirnya memutuskan untuk fokus pada konten dan engagement ketimbang pada iklan.

Buat saya pribadi keputusan GM bukanlah hal yang aneh. Social media mau bagaimanapun juga adalah salah satu bentuk media yang tentunya penggunaannya bergantung dari limitasi ataupun fokus dari media tersebut, serta tentunya disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan. Mungkin bagi beberapa pembaca yang sempat mengikuti sharing session pada Akademi Berbagi masih ingat bahwa saya selalu menggunakan analogi Taman sebagai (Social) Media, dengan tantangan:

  1. Bagaimana agar taman tersebut dikunjungi orang?
  2. Bagaimana agar pengunjung menyukai taman kita ini?
  3. Bagaimana agar pengunjung terus berkunjung?
  4. Bagaimana agar taman tersebut bisa menghasilkan revenue?

Tentunya dengan analogi ini maka strategi social media bukan lagi hanya sekedar campaign ataupun iklan regular dengan KPI jumlah follower (yang pada saat ini bahkan bisa dibeli), namun justru bagaimana menciptakan good experience dan membangun loyalti. Dengan kata lain kita harus kembali lagi pada fundamental community management.

General Motor (GM) sudah mengalami bahwa menurut pandangan mereka beriklan di Facebook tidaklah efektif. Kita boleh tidak setuju, tapi saya pribadi berpendapat dengan pengalaman mereka, GM bisa tahu dan memutuskan apa yang terbaik buat brand mereka. Setelah GM mencoba taman yang populer (Facebook) untuk beriklan kini mereka ingin masuk ke fase yang lebih dalam lagi, yaitu conversation dan engagement, yang dengan kata lain adalah dasar-dasar dari sebuah pengembangan komunitas. 🙂

Apakah Anda masih berpendapat social media adalah platform untuk beriklan ataupun sarana untuk menangkap ekspos? Mungkin ada baiknya Anda berfikir lebih terbuka lagi. Taman ini adalah hanya sebidang tanah kosong, populer atau tidaknya ada di tangan Anda.

Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager. Dan kini posisi terakhir yang dijabatnya adalah Country Manager – Indonesia untuk Thoughtbuzz.net, sebuah perusahaan social media monitoring.

[Gambar: YouAreWeb – Flickr – CC attribution]

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

[Simply Business] Kebangkitan Social Media Reseller

Next Story

Jobs: Lowongan Kerja (iOS/Android Mobile Developer) di PT. Squiryl Indonesia

Latest from Blog

Don't Miss

Twitter X

Setelah Twitter Ganti Nama, Merek Dagang “X” Ternyata Dipegang oleh Meta

Pada 23 Juli 2023, Elon Musk secara terbuka mengumumkan perubahan
Twitter rebranding jadi X

Elon Musk Ganti Nama dan Logo Twitter Jadi “X”

Elon Musk kembali mengumumkan perubahan drastis terkait Twitter. Melalui akun