Dark
Light

[Dailyssimo] Mengarahkan Percakapan ke Penjualan Pada Social Media

1 min read
November 10, 2012

Saya yakin sampai saat ini para klien/brand masih menginginkan semua investasi yang mereka keluarkan bisa berbuah tidak hanya awareness namun bisa juga keliatan pada revenue pada penjualan produk ataupun layanan. Karena pada hakikatnya kesuksesan sebuah bisnis ujung-ujungnya hanya bisa diukur dari parameter untung rugi tersebut.

“Apakah mungkin aktivitas di social media KPInya di set ke jumlah penjualan?” Jika pertanyaan ini dilontarkan pada saya 6 bulan yang lalu, mungkin saya masih akan bilang bahwa social media itu lebih berperan pada awareness, kalaupun ada yang berdampak ke penjualan maka itu adalah dampak sampingan dari awareness yang dibangun.

Tapi jawaban saya saat ini sangat berbeda, karena setelah mengamati perkembangan perilaku users di social media dan juga perkembangan online selling activities maka saya berpendapat bahwa brand bisa menggunakan social media untuk memastikan penjualan, tentunya tidak menggunakan social media sebagai outlet penjualan namun dengan cara mengkonversikan pembicaraan menjadi alat penjualan untuk menggiring publik agar membeli dan mengubah calon konsumen menjadi konsumen.

Pada metode pembinaan komunitas online, percakapan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan quality engagement terlepas dari jumlah orang dalam komunitas online tersebut seperti yang bisa dilihat dalam skema di bawah ini:

Setelah quality engagement meningkat, konsumen merasa nyaman dan terakomodir dengan adanya komunitas online tersebut lalu aktivitas penjualan bisa disisipkan dengan dua cara yaitu dengan soft selling atau dengan cara proaktif crawling langsung pada kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas penjualan tersebut sehingga bisa didapat percakapan yang berpotensi jadi penjualan untuk di push menjadi penjualan tentunya.

Untuk mengukur hasil konversi tersebut maka bisa digunakan tools seperti kupon atau voucher dengan kode spesifik yang menujukkan bahwa penjualan tersebut berasal dari aktivitas social media, sehingga sales tracking nya bisa lebih jelas.

Kini kita bisa berkomunikasi dengan brand menggunakan bahasa yang juga difahami oleh brand sebagai suatu business entity, sehingga hubungan yang kaku tersebut bisa dibuat lebih hangat.

Bagaimana menurut Anda?

Abang Edwin adalah seorang praktisi online community management sejak tahun 1998 jauh sebelum istilah social media/social network muncul di dunia internet. Ia memulai perjalanan eksperimentasinya dengan beberapa komunitas online yang akhirnya berkembang sukses pada saat itu, sampai saat ini ia pun masih memberikan konsultasi-konsultasi mengenal karakter dan membina komunitas online bagi brand/agency maupun perseorangan.

Ia sempat bekerja di Yahoo! selama lebih dari 4 tahun sebagai community manager dan sempat pula menjabat sebagai Country Manager untuk Thoughtbuzz, sebuah perusahaan start-up social media monitoring. Kini ia menjabat sebagai konsultan social media bagi The Jakarta Post Digital.

Untuk mendapatkan update terbaru, Anda bisa mengikuti @bangwinissimo di Twitter, atau membaca blognya di bangwin.net.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Windows Phone Store Dapat Pembaruan, Daftar Aplikasi Lebih Terkurasi dan Terpersonalisasi

Next Story

Comma Indonesia Hadirkan Coworking Space di Jakarta

Latest from Blog

Don't Miss

Twitter X

Setelah Twitter Ganti Nama, Merek Dagang “X” Ternyata Dipegang oleh Meta

Pada 23 Juli 2023, Elon Musk secara terbuka mengumumkan perubahan
Twitter rebranding jadi X

Elon Musk Ganti Nama dan Logo Twitter Jadi “X”

Elon Musk kembali mengumumkan perubahan drastis terkait Twitter. Melalui akun