Dark
Light

CrediBook Rilis CrediMart dan CrediStore, Sasar Solusi Digitalisasi Operasional Warung

3 mins read
September 3, 2021
Aplikasi pembukuan digital warung CrediBook merilis CrediMart untuk pengadaan stok barang dagang dan CrediStore aplikasi social commerce / CrediBook
Aplikasi pembukuan digital warung CrediBook merilis CrediMart untuk pengadaan stok barang dagang dan CrediStore aplikasi social commerce / CrediBook

Aplikasi pembukuan digital warung CrediBook merilis dua produk sekaligus 一CrediMart dan CrediStore, untuk membantu digitalisasi operasional warung grosir terakselerasi lebih cepat meski masih di tengah pandemi. Kedua produk ini dapat digunakan seluruh pengguna CrediBook yang tersebar di kota lapis dua dan tiga.

Co-Founder dan CEO CrediBook Gabriel Frans menjelaskan, CrediMart lahir untuk menghilangkan hambatan dalam proses pengadaan stok barang dagang di kalangan pelaku UMKM. Selain isu pencatatan keuangan, UMKM seperti toko dan warung juga menghadapi hambatan dalam pengadaan stok barang dagang, seperti jauhnya jarak ke pusat grosir, repot membawa barang belanjaan, dan metode pembayaran yang harus tunai.

“Akibatnya stok barang dagang di toko atau warung jadi tidak lengkap. Ini berpotensi mengurangi penjualan mereka, sehingga kami hadirkan CrediMart, toko grosir online agar UMKM bisa belanja stok barang tanpa harus meninggalkan lokasi usaha,” tutur Gabriel dalam keterangan resmi.

CrediMart dapat diakses secara online lewat situsnya dan pesanan akan diantarkan ke lokasi pemesan 1×24 jam setelah pesanan dilakukan. Dalam menjalankan operasional CrediMart, perusahaan berperan berkolaborasi dengan toko grosir konvensional untuk masuk sebagai merchant. Saat ini CrediMart tersedia di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, berfokus di kota lapis dua dan tiga.

Sumber: CrediBook

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Gabriel menjelaskan dalam melakukan perannya sebagai sales, pihaknya menghubungkan toko grosir konvensional yang sudah ada, bukan dengan brand atau prinsipal produk. Dengan demikian, para pengusaha grosir betul-betul terbantu dengan tambahan pemasukan, bukan menggantikan peran mereka.

“Contohnya Grosir Damai di Jakarta Barat, salah satu toko grosir rekanan kami, mendapatkan peningkatan omset hingga 50% setiap harinya karena adanya penjualan dari CreditMart.”

Kendati solusi ini bukan barang baru di industri, sambungnya, CrediMart beroperasi dengan pendekatan light-asset karena CrediBook sendiri tidak memiliki gudang sendiri. Pihaknya menyediakan fasilitas distribusi pengantaran barang dari toko grosir rekanan ke pemilik warung yang membeli lewat CrediMart.

Nilai tambah lainnya buat pemilik warung adalah mereka dapat menikmati fleksibilitas cara bayar, mulai dari tunai, CoD, hingga skema jatuh tempo untuk pelanggan yang memiliki riwayat pembelian baik. Solusi ini diharapkan memudahkan para pemilik warung dalam mengelola arus kas usahanya agar tetap bertahan bahkan terus tumbuh.

“Kami bekerja sama dengan Modal Rakyat dalam penyediaan cara bayar ini [bayar tempo]. Untuk memastikan pembayaran tempo berjalan dengan lancar, kami selalu memprioritaskan assessment performa dan riwayat transaksi para UMKM ritel.”

Baik CrediBook dan CrediMart akan berperan menjadi digital operating system bagi para pengusaha grosir. CrediBook akan berperan dari sisi pembukuan, sementara CrediMart dari sisi penjualan barang.

Sementara itu, untuk CrediStore adalah aplikasi social commerce yang memungkinkan pedagang warung untuk berjualan online lewat platform media sosial. Di sana pengguna dapat memberikan nama toko online-nya, mengisi informasi tentang produk yang dijual, seperti foto, deskripsi, dan harga barang. Berikutnya pengguna akan mendapat tautan toko online-nya yang dapat disebar ke berbagai platform media sosial.

“Seluruh pesanan akan masuk ke dalam dasbor aplikasi CrediStore, sehingga pengguna dapat memantau pesanan di satu aplikasi tanpa harus secara manual membuka masing-masing akun media sosialnya.”

Menurut Gabriel, ada dua fokus yang dibidik perusahaan lewat aplikasi tersebut. Pertama, membantu pelaku UMKM onboard di layanan e-commerce dengan memiliki toko online sendiri secara mudah dan gratis lalu mengajak mereka terjun dalam social commerce. Kedua, setelah toko online established, CrediStore membantu memudahkan para pelaku UMKM mengelola pesanan online yang datang ke toko online mereka.

Target pengguna CrediStore lebih luas karena dapat digunakan oleh beragam sektor UMKM, mulai dari toko kelontong, agen pulsa, laundry, makanan dan minuman, hingga sektor jasa.

“Kami ingin CrediStore dapat digunakan oleh berbagai jenis UMKM. Tampilan yang simpel dan praktis cocok digunakan bisnis pemula, ibu-ibu rumah tangga, hingga penjual berpengalaman. Produk ini masih di tahap awal, masih banyak pengembangan fitur yang akan melengkapi aplikasi ini ke depannya.”

Solusi pemberdayaan UMKM

Meski tidak disebutkan secara rinci jumlah penggunanya, Gabriel mengatakan saat ini profil pengguna CrediBook adalah UMKM di segmen ritel dan grosir. Mereka datang dari kategori usaha rumahan, toko dan jasa, dan agen. Lokasinya tersebar di kota lapis dan dua, di antaranya Surabaya, Sidoarjo, Cirebon, hingga Medan, Makassar, dan Palembang.

Selain memperkuat CrediBook dengan dua produk di atas, perusahaan ikut serta dalam program sosialisasi dari pemerintah mengenai pencatatan dan pembukuan sistem laporan keuangan bagi UMKM. Program ini adalah bagian dari pelaksanaan PP Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM khususnya dalam pasal 87.

“Kami tengah menyusun kegiatan-kegiatan kolaborasi bersama pemerintah yang sifatnya dapat meningkatkan angka literasi keuangan dan adopsi oleh para pelaku UMKM. Ini juga bagian dari strategi kami dalam mengembangkan basis pengguna,” ujarnya.

Di ranah pembukuan digital untuk UMKM, CrediBook bersaing dengan BukuKas, BukuWarung, dan masih banyak lagi. Di luar itu, semakin banyak perusahaan yang menyediakan ragam solusi digital untuk permudah UMKM go digital dari berbagai aspek bisnis.

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dari 64,2 juta unit UMKM, baru 19% di antaranya yang sudah masuk ke ekosistem digital. Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta unit UMKM bisa memasuki ekosistem digital pada 2024. Berikut solusi UMKM yang telah disediakan para startup.

Previous Story

67% dari Populasi Dunia Punya Ponsel & Harga Rata-rata Global untuk 1GB Data Seluler $4,07

Next Story

Dibanderol $3.999, Fujifilm GFX 50S II Adalah Kamera Mirrorless Medium Format Termurah Fujifilm Sejauh Ini

Latest from Blog

Don't Miss

Pendanaan lanjutan yang diperoleh platform reseller produk kecantikan Raena dipimpin oleh Alpha Wave Incubation dan AC Ventures

Platform Reseller Produk Kecantikan Raena Dikabarkan Rampungkan Pendanaan Lanjutan 140 Miliar Rupiah

Merampungkan pendanaan Seri A senilai $9 juta (Rp126 miliar) di
Startup penyedia solusi ERP Power Commerce Asia mengumumkan pendanaan Seri A dengan nominal dirahasiakan dari PT Interport Mandiri Utama dan PT SAP Express

Power Commerce Asia Peroleh Pendanaan Seri A, Siap Ekspansi ke Malaysia

Startup penyedia solusi ERP Power Commerce Asia mengumumkan pendanaan seri