Dark
Light

Cotter Diakuisisi Kompetitornya, Para Founder Kini Fokus Bangun Typedream

2 mins read
November 23, 2021
Cotter Passwordless Login
Para founder Typedream: Putri Karunia, Kevin Nicholas Chandra, Michelle Marcelline, Anthony Harris Christian, dan Albert Putra Purnama / Typedream

Platform passwordless login Cotter resmi diakuisisi oleh Stytch, sebuah startup yang juga menyajikan layanan autentikasi dan autorisasi serupa. Hal ini disampaikan oleh Co-Founder & CEO Cotter Kevin Chandra melalui blog resmi mereka. Stytch sendiri awal November 2021 ini baru mendapatkan pendanaan seri B $90 juta, membawa valuasi perusahaan di angka $1 miliar.

Bagi pengguna Cotter, mereka masih akan mendapatkan dukungan hingga 31 Maret 2022. Setelah itu platform akan dihentikan. Harapannya di masa tersebut, pengguna dapat melakukan transisi ke Stytch, mengingkat kedua startup memiliki layanan serupa.

Berbasis di Amerika Serikat, Cotter didirikan oleh para pendiri dari Indonesia. Selain Kevin ada beberapa lainnya termasuk Michelle Marcelline, Albert Putra Purnama, Anthony Harris Christian, dan Putri Karunia. Cotter sendiri juga sempat masuk ke program akselerator Y Combinator pada tahun 2020.

Platform passwordless

Cotter diakuisisi pesaingnya Stytch
Cotter diakuisisi pesaingnya Stytch

Ketika diterapkan sebuah situs atau aplikasi, Cotter memungkinkan para pengguna untuk login tanpa harus memasukkan kata sandi. Pengguna cukup memasukkan alamat email, selanjutnya sistem akan mengirimkan tautan unik ke email verifikasi dan lanjut masuk ke aplikasi. Selain lebih aman, mekanisme ini dinilai lebih efektif untuk meningkatkan konversi dan retensi pengguna.

Baik Cotter atau Stytch mengemas layanan tersebut ke dalam sebuah Platform as a Service (PaaS), memungkinkan pengembang menerapkan sistem tersebut secara cepat melalui sambungan API. Untuk Cotter sendiri, selain bisa diterapkan ke aplikasi atau situs yang dikembangkan dari nol, juga bisa disematkan ke web builder seperti Webflow, Bubble, Versoly, Notion, dan Typedream.

Disampaikan juga oleh Kevin, bahwa saat ini Cotter sudah digunakan lebih dari 3000 pengembang untuk mendukung aplikasinya. Layanannya juga melejit setelah mendapatkan featured di Product Hunt awal tahun ini. “Kami memulai perjalanan dengan Cotter hampir 2 tahun lalu, ketika kami berkelana ke komunitas pengembang, indie-hackers, dan no-coders. Dari sana, kami menemukan cara baru untuk membantu pengembang membangun produk mereka secara lebih cepat lewat SDK autentikasi passwordless untuk mengelola alur masuk pengguna,” ujar Kevin.

Kendati demikian, untuk platform login sendiri sebenarnya saat ini opsinya sudah cukup luas. Beberapa memakai model autentikasi berbasis SMS/WhatsApp, beberapa lainnya bahkan sudah menerapkan sistem berbasis biometrik. PaaS untuk masing-masing kebutuhan tersebut juga banyak tersedia di pasaran – yang dapat digunakan secara instan oleh developer.

Fokus ke Typedream

Selepas akuisisi ini, Kevin dan tim akan fokus pada Typedream. Yakni platform no-code web builder untuk memudahkan pengguna membuat web tanpa harus memiliki keterampilan pemrograman. Sebelumnya dalam wawancara dengan DailySocial.id, Kevin mengatakan, dalam satu entitas perusahaan mereka memang mengembangkan dua platform tersebut. Maka sekarang mereka bisa lebih fokus ke salah satunya.

Typedream sendiri memanfaatkan momentum pertumbuhan minat ke layanan berbasis no-code, membantu individu dan UMKM yang membutuhkan solusi digital berbasis web, namun terkendala pemahaman tentang pemrograman. Typedream juga telah membukukan pendanaan awal dari Y Combinator dan sejumlah angel investor.

“Typedream adalah sebuah no-code website builder yang mudah digunakan seperti Squarespace atau Wix, tapi menghasilkan keluaran yang terlihat seindah Webflow […] mengembangkan sebuah situs web serasa sedang menyunting dokumen di Google Docs atau Notion” ujar Kevin mendeskripsikan layanannya.

“Saat kami menempatkan Cotter di tangan yang tepat, kami bersemangat untuk memberikan lebih banyak kepada komunitas no-code yang berkembang dengan Typedream. Berkat cinta dan dukungan komunitas, kami dinobatkan sebagai Product Hunt’s Product of the Month di bulan Juli 2021,” imbuh Kevin.

Saat ini basis mereka di San Francisco, namun dengan layanan yang dikembangkan mereka berharap bisa melayani pasar global — termasuk pengguna di Indonesia.

Potensi layanan no-code

Menurut laporan OutSystems, platform low-code dan no-code terus meningkat peminatnya. Sepanjang tahun 2019-2020, tercatat ada 41% perusahaan global yang menggunakan layanan tersebut. Di tahun 2021 ini, ukuran pasarnya ditaksirkan telah mencapai $17,7 miliar dan akan meningkat sampai $125,4 miliar di tahun 2027.

Kevin juga menyampaikan, nilai pasar layanan pembuat situs web ditaksirkan mencapai $12 miliar. Saat ini sekurangnya ada 64 juta situs web yang dibuat lewat layanan serupa, dan 64,1% di antaranya menggunakan WordPress.

Ekosistem layanan no-code sendiri sudah sangat luas. Tidak hanya untuk keperluan situs web, namun juga aplikasi mobile, data, pembayaran, analisis, dan lain-lain.

Berbagai layanan no-code yang saat ini beredar di pasar global / Petro Inverinizzi (Stride VC) dan Ben Tossell (Makerpad)
Co-Founder Pintek Tommy Yuwono dan Ioann Fainsilber / Pintek
Previous Story

Pintek Raih Pendanaan Seri A Hampir 100 Miliar Rupiah, Perkuat Pembiayaan UMKM Khusus Pendidikan

Saat ini menjabat sebagai Managing Director Vidio, Monika Rudijono ingin menjadi "role model" untuk putri tercinta
Next Story

Monika Rudijono Membangun Karier: Ingin Menjadi “Role Model” untuk Putri Tercinta

Latest from Blog

Don't Miss

Masuknya Passpod ke segmen Digital ISV dapat menjadi diversifikasi bisnis

Passpod Masuk ke Bisnis Penyediaan Layanan Internet, Fokus di Kota Tier-2 dan 3

PT Yelooo Integra Datanet Tbk (IDX: YELO) atau dikenal dengan
Lamudi.co.id mengumumkan telah melakukan akuisisi terhadap unit bisnis properti OLX bertujuan menjadi pemain proptech terdepan di Indonesia

Lamudi.co.id Akuisisi Bisnis Properti OLX Indonesia

Lamudi.co.id mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Mulai awal tahun