Sebuah co-working space baru bernama Clapham Collective baru saja didirikan di Medan. Christopher Angkasa (Chris) sebagai pendiri tempat kerja untuk kawula muda kreatif Medan tersebut memaparkan bahwa peluncuran Clapham membawa sebuah mimpi besar untuk menghidupkan ekosistem industri kreatif di sana.
“Mengingat ekosistem startup di Medan masih gersang, maka kami ingin co-working space ini menjadi salah satu faktor untuk mendukung komunitas di Medan,” ujar Chris kepada DailySocial.
Sama seperti co-working space pada umumnya, Clapham Collective menawarkan berbagai fasilitas yang didesain seramah mungkin dengan lingkungan kerja kreatif. Di tahap awal Clapham Collective akan difokuskan untuk beberapa segmen pasar, yaitu industri kreatif, kemudian akan disusul kalangan pengembang/programer, investor dan entrepreneur.
“Saat ini belum ada startup yang bergabung. Pandangan saya adalah lahan Medan belum kondusif untuk startup. Jadi kita harus mulai dari nol untuk memupuk culture startup di Medan. Harapan kami dalam 2 tahun ke depan kami bisa memulai program inkubator,” ungkap Chris mengutarakan visinya dalam beberapa tahun mendatang.
Mengikuti kultur co-working pada umumnya, Clapham Collective juga ingin menciptakan sebuah lingkungan berbasis komunitas, kolaborasi, pembelajaran, dan keberlanjutan untuk menghadirkan suasana kerja kondusif bagi berbagai kalangan. Di Medan sendiri Clapham Collective bukanlah yang pertama, sebelumnya sudah ada 2 co-working space lain, DiLO dan ICON.
Chris sendiri cukup aktif di scene investasi startup ibukota. Ia meyakini bahwa pengalaman dan koneksinya akan mampu menjadi bagian dalam menghidupkan kultur startup di Medan, sembari menumbuhkan ekosistem kreatif mengimbangi tren yang mulai bertumbuh di kota-kota besar lainnya.
Co-working space sendiri di Indonesia meningkat popularitasnya bebarengan dengan hype startup digital yang mulai muncul di berbagai daerah. Iklim kerja yang lebih fleksibel dan menitikberatkan kepada hubungan antar komunitas membuat banyak kalangan muda betah dengan suasana yang ditawarkan.
Tren pekerja freelance juga menjadi salah satu segmen terbesar pengguna co-working space. Industri digital yang berkembang menjadikan batasan seseorang harus bertemu secara fisik dapat diminimalisir, dengan bantuan teknologi komunikasi dan kolaborasi yang saat ini marak digunakan.