Saya pernah menyaksikan Sendratari Ramayana yang dipentaskan di Candi Prambanan. Dan sampai saat ini, saya merasa itu adalah pertunjukan terhebat yang pernah saya saksikan. Kini, setelah menyaksikan cerita tersebut dibawa oleh Google dalam sebuah eksperimen Chrome, saya merasa Google berhasil dalam menceritakan kisah epik ini.
Kemarin, Google meluncurkan Ramaya.na. Sebuah animasi berbasis teknologi browser yang menyuguhkan cerita Ramayana. Cerita tradisional yang sangat terkenal di kawasan Asia Selatan dan Tenggara tersebut, ditampilkan dengan menggunakan teknologi-teknologi yang dimiliki produk-produk Google, terutama Google Chrome.
Dalam Ramaya.na ini, Anda akan menyaksikan bagaimana Raden Janaka menggunakan Google Chat untuk mengumumkan sayembara, Jatayu membuat posting blog di Blogger, Anoman menyanyi di YouTube, dan Rahwana yang menggunakan Google Maps untuk mencari lokasi Rama dan Shinta. Selain itu, Anda juga akan menemui beberapa adegan interaktif yang membuat Anda harus ikut serta memainkan peran dalam cerita tersebut. Beberapa adegan interaktif tersebut dibangun dengan menggunakan teknologi HTML5 dan WebGL.
Meskipun dibuat dengan bahasa Indonesia, animasi ini tidak dibuat oleh tim dari Indonesia. Dalam credit animasi ini disebutkan bahwa konsep cerita dan adaptasinya dikerjakan oleh Ogilvy One Singapore, sedangkan proses produksinya dikerjakan oleh Fantasy Interactive. Lebih lanjut, animasi ini dibuat oleh ilustrator asal Swedia, Therese Larsson, dan musiknya digarap oleh Plan 8, juga asal Swedia.
Lalu, kenapa Google bersusah-susah membuat animasi seperti ini? Karena berbahasa Indonesia, animasi ini hanya akan dapat dinikmati oleh pengguna internet di Indonesia dan sekitarnya. Selain itu, konsep cerita yang dibawa tentunya hanya dapat dipahami dengan baik oleh mereka yang sebelumnya telah mengetahui cerita asli Ramayana. Google tentunya mempunyai maksud lebih dari sekedar memamerkan teknologi HTML5, Javascript, SVG, dan WebGL.
Sedikit petunjuk mungkin bisa didapatkan dari fakta bahwa animasi ini hanya bisa dibuka dengan Chrome versi terbaru. Di tengah ramainya perang browser beberapa minggu terakhir ini, bisa jadi ini merupakan salah satu cara Chrome untuk mengungguli Internet Explorer (IE) secara global sekaligus mengejar keunggulan Firefox di Indonesia. Di Indonesia, baik menurut GetClicky maupun StatCounter, jumlah pengguna Chrome masih berada di bawah Firefox. Namun, jumlah pengguna Chrome memang terus naik sedangkan pengguna Firefox dan IE terus berkurang.
Jumlah pengguna internet di Indonesia yang banyak, dengan jumlah pengguna internet baru yang terus bertambah, bisa jadi diperebutkan oleh para pengembang browser sebagai target pengguna mereka. Dengan Ramaya.na yang memang bagus, menjadi promosi menarik untuk membuat para pengguna internet yang bukan pengguna Chrome di Indonesia untuk menjadi penasaran dan kemudian mengunduh Chrome versi terbaru untuk melihat seberapa menarik Google menghadirkan cerita Ramayana ini.
orang indonesian jadi penonton lagi :'(
menarik dan baru tw cerita tersebut mas,,
sepertinya seru berpetualang dengan ramayana,,,
Cara Google ini lebih elegan ketimbang IE yang ngasi hadiah ke Singapura jika mengunduh IE9..
keren sih, tapi masih banyak bug nya… beneran google yang bikin? 🙁