Bekerja secara remote belakangan ini menjadi salah satu budaya yang tumbuh di masyarakat, utamanya mereka yang dekat dengan kehidupan digital. Akses internet yang semakin membaik dan tersedianya layanan yang memudahkan kolaborasi jarak jauh memungkinkan banyak pekerjaan bisa dikerjakan langsung tanpa tatap muka. Di sisi lain kondisi ini memunculkan peluang bisnis baru, yakni co-working space. Sebuah usaha menyewakan tempat bekerja yang dikemas dengan cozy, menarik, dan nyaman guna mendukung produktivitas. Permasalahan yang ingin diselesaikan cukup jelas, membantu para pekerja remote untuk mendapatkan suasana kerja berbeda, dengan ruang dan fasilitas yang disediakan.
Ada sebuah anggapan bahwa co-working space hanya sebatas ruangan kerja yang disewakan untuk mereka para freelancer atau pekerja remote, nyatanya co-working space lebih dari itu. Terlepas dari segi bisnis co-working space menyimpan potensi yang besar untuk kesempatan berkolaborasi. Salah satu pengelola co-working space di Semarang, Gatot Hendraputra, bercerita kepada DailySocial bahwa co-working space tidak hanya sekedar ruangan, internet dan meja kerja. Co-working space idealnya bisa dilihat dari sudut pandang yang lebih luas untuk memenuhi unsur “co” pada “co-working space” yang bisa diartikan sebagai community, collaboration atau connectivity. Itu yang coba ditawarkan bisnis co-working space, tidak hanya permasalahan fasilitas.
Co-working space diharapkan menjadi titik temu para freelancer atau pekerja kreatif yang bekerja secara remote untuk bisa memberikan manfaat positif seperti kolaborasi hingga membentuk komunitas untuk bisa saling bertukar pengalaman dan bertukar pikiran satu sama lain.
“Tujuannya tentu saja untuk membantu teman-teman komunitas yang terjun atau yang ingin terjun ke dunia industri kreatif, bisa mengembangkan kemampuannya di bidang yang mereka minati karena kita sadar bahwa salah satu masalah mendasar anak-anak muda di Indonesia adalah capacity building,” terang Gatot menjelaskan salah satu tujuannya merintis Impala di Semarang.
Kesempatan menjalin relasi dan kebutuhan fokus yang tinggi
Bagi pekerja yang bekerja di co-working space selain keuntungan yang didapat seperti fasilitas kerja (ruangan, internet dan kopi), peluang relasi dan kesempatan berkolaborasi mereka yang bekerja di co-working space diharuskan mampu mengelola fokus dan pengendalian diri agar bisa tetap bekerja dan menjaga produktivitasnya.
Beberapa bisnis yang bermarkas di Maliome, co-working space (mereka menyebutnya sebagai Hackerspace) yang berada di Yogyakarta membagikan beberapa kisah mereka selama bekerja dan berkreasi di Maliome. Iqbal Khan atau yang dikenal sebagai @rasarab di media sosial, salah satu orang yang terlibat di belakang media digital Ngonoo menjelaskan bahwa bekerja di co-working space memungkinkan untuk berinteraksi satu sama lain. Dari situ mungkin banyak ide yang mengalir yang tidak bisa ditemukan dengan hanya sekedar Googling atau bekerja dari rumah. Selain itu Iqbal juga menjelaskan:
“…manfaat pribadi tentu relasi dan temen makin banyak, banyak ilmu yang bisa didapet, banyak masukan yang bisa didapet. Dalam segi bisnis tentu jadi ada kolaborasi satu sama yang lain dalam hal support membantu mengenalkan produk kita yang punya produk, atau jasa kita yang jual jasa. Saling mengiklankan satu sama lain jadi. Kalau saya pribadi sih karena lebih berkegiatan di dunia blogging dan jasa optimasi website. Justru co-working space itu tempat mencari ide untuk bener bener kerja memang porsinya lebih sering di rumah. mungkin kalau bisa dibagikan 30% di co-working space dan 70% di rumah.”
Co-working space dan budaya kerja remote atau bahkan budaya kerja startup adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Paradigma yang beranggapan co-working space hanya sebuah tempat “numpang” untuk bekerja harus mulai dihilangkan, co-working space selain menyediakan ruang untuk bekerja juga menyediakan kesempatan untuk berkompul, berkreasi dan berkolaborasi.