Potensi wilayah Indonesia yang cocok untuk melancong dan kawasan wisata menjadikan platform hotel budget asal Singapura Reddoorz kian agresif mengembangkan bisnisnya. Pihak Reddoorz menginfokan baru mendapatkan dana segar seri A untuk menjadi leading player hotel budget di Indonesia, hanya saja nominal pendanaan dan identitas investor tidak disebutkan.
Reddoorz meyakini investasi yang didapat ini akan membantu pihaknya dalam memperlancar ekspansinya ke dua kota baru yakni Yogyakarta dan Medan. Saat ini Reddoorz sudah beroperasi di tiga kota besar Jakarta, Bali dan Bandung. Totalnya lebih dari 500 hotel bintang tiga ke bawah, dengan total kamar mencapai 3 ribu.
Sekadar informasi, Reddoorz terakhir kali mendapatkan pendanaan pra-seri A dari 500 Startup sebesar US$ 1,4 juta pada Januari 2016. Sebelumnya, Reddoorz juga mendapatkan dana dari Jungle Ventures dengan nominal yang tidak disebutkan di September 2015.
“Apa kami lakukan di hadapan investor saat pitching adalah menambah jumlah kota. Ini cara yang paling logis bagi kami untuk meningkatkan investasi. Kami mengatakan akan fokus ke tiga kota pertama terlebih dahulu. Jika menemukan mode bisnis yang cocok di sana, maka kami bisa ekspansi ke kota lainnya, kemudian baru melangkah ke Asia Tenggara,” ucap Co-Founder Reddoorz Amit Saberwal seperti dikutip dari Web In Travel.
Menurutnya, perusahaan bakal lebih yakin dengan pedoman bisnis seperti ini dan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bertumbuh. Reddoorz akan banyak menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia sebelum akhirnya melancong ke negara lain.
“Orang Indonesia sangat sosialis, dinamis, so last minute, so mobile-driven, dan penuh spontanitas. Ini sangat cocok untuk profil bisnis kami.”
Terinspirasi dari OYO Rooms
Model bisnis Reddoorz sebenarnya terinspirasi dari pemain hotel budget terbesar di India, OYO Rooms. Perusahaan tersebut sudah berdiri sejak 2012 dan diklaim sebagai pemain terbesar dengan menguasai 200 kota di India dan Malaysia mengoperasikan 700 ribu kamar hotel. Malaysia adalah negara pertama yang disinggahi OYO Rooms pada awal tahun lalu.
Tingkat persaingan operator hotel budget dengan pemain Online Travel Agent (OTA) di India sudah cukup ketat. Pasalnya, pemain OTA memberikan subsidi diskon gila-gilaan kepada para mitranya sekitar 30%-40% dari harga tiket.
Kendati demikian, Saberwal percaya pasar hotel budget di Asia sangat terfragmentasi dan cukup besar, sehingga konsep “the winner takes all” tidak berlaku untuk bisnis ini.
“Ini bukan kompetisi antara Uber dengan Lyft. Lihat jaringan hotel yang ada sekarang, seperti Accor, Marriott, dan Hilton, perbedaannya adalah kami itu tech-enabled.”
Terlebih domisili Saberwal di Singapura, dia melihat adanya potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis hotel budget di Indonesia dan Asia Tenggara.
Reddoorz menganut model bisnis bekerja sama dengan properti yang bersifat kecil dan independen, misalnya Ibis dan Holiday Inn Express, yang memiliki standar penginapan. Jumlah kamar yang diakuisisi tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Hotel pun harus menawarkan layanan 24 jam dan Reddoorz memiliki program loyalitas berbentuk koin, disebut Red Cash.
Akan segera ekspansi bila sudah menguasai Indonesia
Saberwal percaya, ketika Reddoorz sudah terbukti jadi pemain leading di Indonesia. Maka dari itu, pihaknya akan menggunakan pedoman yang sama ketika akan ekspansi ke Vietnam, Thailand, dan Filipina. Sebab, bagi dia bisnis hotel budget itu mengenai bisnis per kota bukan per negara.
Dia melihat ada banyak kemiripan antara India dan Indonesia. Akan tetapi, Saberwal menilai Indonesia lebih maju dalam hal keterlibatan mobile daripada konsumen di India.
Secara profil konsumen Reddoorz di Indonesia, kebanyakan berusia 24-29 tahun, 50% di antaranya adalah laki-laki, dan last minute decision maker. Adapun secara transaksi rata-ratanya sekitar US$35 sampai US$38.
Saat ini, jumlah tim lokal Reddoorz di Indonesia mencapai 110 orang berlokasi di Jakarta. Mayoritas di antara mereka sebelumnya sudah pernah bekerja di hotel.
“Tim kami terdiri dari orang-orang muda yang penuh aspirasi ingin mengedepankan hospitality sekaligus mencari pertumbuhan bisnis yang cepat.” pungkas dia.