Dark
Light

Cerita Di Balik Pengunduran Diri Heo “PawN” Won-seok, Rival Faker

4 mins read
December 31, 2019
Sumber: Twitter

Sekilas, menjadi atlet esports terlihat mudah. Namun, sebenarnya ada berbagai hal yang mereka korbankan untuk bisa menjadi pemain profesional. Setelah menjadi atlet esports profesional sekalipun, seorang pemain menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan mental saat bertanding.

Ialah Heo “PawN” Won-seok, seorang pemain profesional yang telah bermain di scene League of Legends selama tujuh tahun. Sejak dia pertama kali debut, dia sering dibandingkan dengan Lee Sang-hyeok alias Faker. Ketika para mid laners lain takut untuk melawan Faker, PawN justru berani menantangnya. Keduanya bersaing dalam waktu lama sehingga mereka disebut sebagai “Rival Abadi”. Sayangnya, sebelum dapat merebut tahta Faker, PawN memutuskan untuk mengundurkan diri karena Obssessive Compulsive Disorder (OCD), yaitu gangguan mental yang membuat penderitanya merasa harus melakukan suatu tindakan secara berulang. Jika tidak dilakukan, sang penderita akan merasa khawatir atau takut.

“Saya ingin diingat sebagai pemain terbaik sepanjang masa. Saya percaya, saya akan bisa merealisasikan hal itu jika saya terus bermain, tapi sayangnya, saya tidak akan bisa meraih mimpi itu. Saya pernah berpikir, tak peduli apa yang harus saya lakukan, saya ingin menjadi yang terbaik. Saya ingin memiliki karir yang lebih baik dari Faker. Meskipun saya terkadang gugup, tapi saya tidak pernah takut dengan persaingan,” kata PawN dalam wawancara dengan Inven Global.

“Ketika Faker mendadak memenangkan banyak turnamen dan memperlebar jarak di antara kami, saya berpikir, ‘Ini akan sulit…’ Tapi semuanya terasa baik-baik saja ketika saya memenangkan MSI dengan EDG. Namun, setelah turnamen itu, performa Faker sangat baik dan dia berhasil mendapatkan berbagai pencapaian. Meskipun saya tidak menyesal pergi ke Tiongkok, karena saya senang dengan rekan satu tim saya, saya terkadang membayangkan apa yang akan terjadi jika saya tetap di Korea.”

Sumber: Inven Global
Sumber: Inven Global

Pencapaian PawN sendiri bukannya sedikit. Dia berhasil memenangkan League of Legends World Championship pada 2014, League of Legends Pro League Spring pada 2015, MSI pada 2015, LPL Summer Split pada 2016 dan League of Legends Champions Korea pada 2018. Tak hanya itu, dia juga bertahan di dunia competitive gaming selama tujuh tahun. Dari video pribadinya, PawN dikeal sebagai seorang yang “cool” dan memiliki kebanggaan sebagai pemain profesional. Dia juga memiliki keinginan kuat untuk menjadi juara. Banyak atlet, baik atlet esports atau olahraga tradisional, yang memiliki rutinintas yang harus mereka lakukan sebelum menghadapi pertandingan. Sayangnya, hal ini bisa berubah menjadi obsesi, paranoia, atau bahkan OCD. Dan ini bisa memengaruhi karir mereka.

Contohnya adalah Seo Jang-hoon, pemain basket legendaris asal Korea Selatan yang sangat terobsesi pada kemenangan. Sama seperti PawN, Seo juga mengalami OCD. Seo mengaku bahwa pada awal karirnya, dia tidak menderita OCD. Dia mengklaim karena obsesinya pada kemenangan sangat kuat, dia mulai mengkhawatirkan tentang hal-hal yang tak ada kaitannya dengan pertandingan. Dan inilah yang membuat OCD muncul dalam dirinya. Ketika seorang atlet menderita OCD, itu tak melulu berakhir dengan pengunduran. Walaupun begitu, dalam kasus PawN, OCD menjadi alasannya untuk mengundurkan diri.

Sebelum mengundurkan diri, ketika PawN hendak bertanding, dia membawa berbagai peralatan yang tak biasanya dibawa oleh pemain profesional, seperti penggaris. Dia menggunakan penggaris itu untuk mengukur tinggi monitornya, posisi keyboard, dan lain sebagainya. “Saya rehat untuk waktu lama. Setelah Spring split berakhir pada April, saya hanya diam di rumah seharian. Meskipun proses pengobatan terus berjalan, keadaan saya tidak membaik. Saya jadi tak percaya diri, dan saya bahkan tidak mau bermain. Kemudian, kalau tidak salah, pada 29 September. Saya merasa sangat frustasi, dan saya tidak bisa melanjutkan karir saya. Saya ingat saya menulis pengumuman pengunduran diri ketika saya merasa marah, dan saya berpikir, ‘Kenapa ini terjadi pada saya?’ dan saya justru merasa bingung.”

“Sebelum saya bertanding di liga Tiongkok, saya tidak memerlukan penggaris untuk mempersiapkan diri sebelum pertandingan. Saya rasa, persiapan saya sama seperti persiapan para pemain lain. Mungkin, ini muncul karena saya ingin bermain lebih baik dari pemain lainnya. Gejala OCD saya kambuh ketika saya kembali ke Korea. Pada 2017, gejala OCD yang muncul adalah mengatur monitor saya, dan saya masih baik-baik saja ketika saya mulai menggunakan penggaris. Itu terjadi ketika saya memenangkan KeSPA Cup dan merasa percaya diri.”

Sumber: Inven Global
Sumber: Inven Global

PawN bercerita, keadaannya kembali memburuk pada 2018. Dia merasa bahwa dia tidak bisa bertanding di atas panggung. Dia lalu memutuskan untuk kembali rehat. Dia mengatakan, dia bisa bermain dengan baik ketika dia bermain di rumah. Pada Worlds 2018, dia mendapatkan izin untuk beristirahat. Keadaannya membaik setelah dia mencoba berbagai solusi dan dia dapat bermain dengan baik sebelum bergabung dengan Kingzone.

Namun, setelah mengambil rehat panjang pada akhir Spring 2019, gejala OCD-nya kembali muncul. “Ketika itu, saya pikir, itu terjadi karena saya beristirahat terlalu lama, dan jika saya berlatih, saya akan bisa menjadi lebih baik,” ujarnya. Tapi, masalahnya tak berhenti sampai di situ. “Saya menghadapi masalah besar: ukuran monitor berubah dari 24 inci menjadi 25 inci,” katanya. “Saya punya metode untuk mengatur monitor 24 inci, tapi itu tak bisa digunakan untuk monitor 25 inci.” Dia bercerita, perubahan ini membuatnya merasa performanya menurun drastis. “Saya merasa stres karena saya tidak bisa bermain seperti biasa, jadi saya merasa frustasi, dan saya juga mengalami depresi. Saya mencoba untuk menjalani hidup seperti biasa, tapi keadaan tidak menjadi lebih baik. Saya lebih sering di rumah, dan berat badan saya justru bertambah.”

Menjadi atlet profesional, termasuk atlet esports, memang memberikan beban mental yang sangat berat. Karena itulah, keberadaan psikolog menjadi penting dalam sebuah tim esports. Ketika bertanding, para pemain dituntut untuk membuat keputusan dengan cepat. Tak hanya itu, hasil pertandingan juga bisa dilihat — dan dihakimi — oleh banyak orang secara langsung. “Saya rasa, gangguan ini menjadi semakin parah ketika saya bermain di Korea. Ketika saya bermain di Tiongkok, saya tidak mengerti komentar online. Saya rasa, label ‘tim super’ juga memberikan tekanan pada saya. Ketika saya bersama dengan KT, saya adalah pemain yang paling tidak populer. Jadi, keinginan saya untuk bermain lebih baik lebih besar.”

PawN mengaku, dia masih ingin bisa mengatasi OCD yang dia derita dan kembali bermain sebagai pemain profesional. Itulah alasan mengapa sampai saat ini, dia enggan untuk menerima tawaran sebagai pelatih. “Namun, dalam keadaan saya sekarang, saya tidak bisa bermain sebagai pemain profesional. Jika saya bisa menyembuhkan OCD saya, dan saya dapa bermain dengan baik, saya akan kembali memulai karir saya. Namun, jika tidak, saya akan mengakhiri karir saya sebagai pemain profesional,” akunya.

Dia bercerita, dia selalu merasa menyesal ketika dia harus rehat. Selain OCD, dia juga memiliki masalah dengan punggungnya. Bahkan sampai sekarang, dia masih memiliki masalah dengan punggungnya. Dia sempat merasa sangat kecewa dan menyalahkan keadaan. Namun, dia sadar bahwa masalah kesehatan yang dia alami terjadi karena dia tidak berolahraga dan senang memakan makanan instan.

“Keputusan saya untuk mengundurkan diri sangat mendadak. Saya bahkan tidak mendiskusikan ini dengan orangtua saya. Saya lalu memberitahukan mereka bahwa selama saya memiliki OCD, saya tidak akan bisa menjadi pemain profesional,” ujar PawN. Dia merasa, jika dia kembali ke competitive gaming scene sebelum menyelesaikan masalahnya, dia hanya akan menjadi beban bagi orang lain. “Pada fans saya, saya meminta maaf. Saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk menyembuhkan OCD saya. Jika saya bisa kembali, saya harap kalian semua akan menyambut saya dengan tangan terbuka. Terima kasih.”

Terlepas dari apakah PawN akan bisa kembali menjadi pemain profesional atau tidak, perjalanan karirnya menunjukkan betapa kerasnya perjuangan seorang atlet esports.

Sumber header: Twitter

Previous Story

Sepak Terjang DRivals dan Team Scrypt Selama 2019

e-KYC Data Kependudukan Dukcapil
Next Story

Ditjen Dukcapil Gandeng Sejumlah Perusahaan Optimalkan Data Kependudukan untuk e-KYC

Latest from Blog

Don't Miss

Champion baru League of Legends, Briar

Mengenal Briar, Champion Baru League of Legends yang Sering Kehilangan Kendali

Sempat muncul bocorannya beberapa waktu lalu, Briar akhirnya resmi diperkenalkan

Valve Buat Regulasi Baru di CS:GO, Apa Dampaknya ke Ekosistem Esports?

Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan