Razer menyiapkan 10 juta Dollar Singapura (sekitar Rp102 miliar) untuk mengembangkan industri game dan esports di Singapura, ungkap CEO dan Co-founder Min-Liang Tan. Dana ini akan digunakan untuk mendukung tim esports dan startup terkait esports di Singapura. Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk mendukung tim esports nasional Singapura yang akan bertanding di SEA Games. Sebagai merek gaming, Razer juga telah melakukan beberapa hal untuk mengembangkan industri esports dan game, seperti menjadi rekan resmi di SEA Games dan mengundang Evil Geniuses untuk melatih tim nasional Dota 2 dari negara-negara ASEAN dalam bootcamp.
“Walau saya mendirikan Razer di Amerika Serikat, saya tetaplah warga negara Singapura dan kami punya kantor di Singapura dengan sekitar 500 karyawan (dan kami tengah membuat kantor untuk Asia Tenggara di Singapura, yang akan membuat jumlah pekerja kami bertambah menjadi lebih dari 1.000 orang dalam beberapa tahun ke depan),” kata Min-Liang dalam pernyataan resmi. Dengan menyiapkan dana ini, Min-Liang ingin dapat berkontribusi dalam pengembangan industri esports dan game di Singapura. Dia terinspirasi untuk melakukan ini setelah dia mendengar omongan Menteri Dagang dan Industri Singapura, Chan Chung Sing, terkait rencana pemerintah untuk mengembangkan industri game.
Minggu lalu, Chan menjelaskan pemerintah Singapura berencana untuk memberikan dukungan finansial dan non-finansial untuk mengembangkan industri game dan esports. Menurut Newzoo, nilai industri game secara global mencapai US$152,1 miliar, dengan 47 persen kontribusi berasal dari Asia Pasifik. Sementara menurut Channel News Asia, pada 2017, kontribusi industri game di Singapura mencapai 1,95 miliar Dollar Singapura. Ini bisa tercapai berkat adanya perusahaan asing yang beroperasi di Singapura, seperti Ubisoft dan Bandai Namco, dan juga perusahaan lokal seperti Sea, yang sebelum ini dikenal dengan nama Garena.
“Industri game juga mendorong pertumbuhan perusahaan lain di ekosistem, seperti Razer dan Secretlab, yang sangat dikenal di kalangan gamer,” kata Chan, dikutip dari Channel News Asia. “Badan pemerintah telah mendukung startup dan perusahaan lokal di industri ini.” Salah satu fokus pemerintah adalah pada edukasi. Mereka ingin bisa menyiapkan talenta yang mumpuni untuk bekerja di bidang game. Chan menyebutkan, sekarang, telah ada mata pelajaran khusus game di Nanyang Polytechnic dan juga sekolah game DigiPen Institute.
Sementara itu, Infocomm Media Development Authority (IMDA) juga bekerja sama dengan Economic Development Board untuk menarik perusahaan intrenasional agar datang ke Singapura. Tujuannya, agar warga Singapura dapat bekerja di studio asing untuk mendapatkan pengalaman sebelum mereka membuat studio sendiri. Terakhir, Singapura juga ingin mengadakan acara yang bisa menjadi wadah bagi para pelaku industri untuk saling bertukar pikiran. Tahun depan, Singapura berencana untuk menyelenggarakan Gamescom versi Asia. Chan mengatakan, acara itu diharapkan akan memudahkan perusahaan game Singapura untuk menunjukkan kemampuan mereka dan menjalin relasi dengan investor, potensial rekan, dan konsumen.