Cash-on-Delivery (COD) atau pembayaran secara tunai ketika barang yang dipesan sampai ke tangan pembeli ternyata belum akan ditinggalkan di Indonesia. Jayon Express yang menyediakan layanan pengiriman untuk penjual e-commerce mengungkapkan bahwa di antara pengiriman barang yang melalui sistemnya, 1 dari 3 pembeli lebih memilih sistem COD. Rasio tersebut justru lebih besar jika dibandingkan satu tahun lalu, ketika 1 dari 5 pembeli memilih sistem ini.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Jayon Express yang berbasis di Singapura dan memiliki layanan untuk penjual di wilayah Jakarta dan sekitarnya, kategori yang paling populer adalah “Book & Magazines” yang mengalami peningkatan hingga 400% kurang dari 1 tahun. Kategori berikutnya adalah “Infant & Children”, “Fashion & Accessories”, dan “Health & Beauty” yang mengindikasikan kaum perempuan adalah pemain utama dalam adopsi sistem COD.
Penduduk Jakarta Selatan menjadi penyumbang terbesar skema COD ini dan mendominasi sepertiga dari total pengiriman. Angka ini diikuti oleh konsumen yang berdomisili di Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat. Daerah Tangerang, Bekasi, dan Depok hanya menyumbang dalam jumlah kecil untuk total pembelian.
General Manager Jayon Express Indonesia Eddy Yusof dalam rilis persnya mengungkapkan, “Konsumen mengubah cara membayar barang yang dipesan melalui situs e-commerce. Pembaharuan ini menyoroti potensi untuk pedagang e-commerce agar memasukan COD sebagai alternatif pembayaran.
“Mengingat kenaikan harga BBM yang tertunda di Indonesia, lebih banyak konsumen mungkin beralih ke situs e-commerce untuk berbelanja agar mengurangi biaya perjalanan mereka,” tambahnya.
Peningkatan penggunaan layanan e-commerce ternyata tak serta merta meningkatkan kepercayaan seperti ini. Di kuartal keempat 2013, tercatat terdapat 7451 pengiriman, dengan 1 dari 5 memilih pembayaran COD. Meskipun jumlah pengiriman di kuartal ketiga 2014 meningkat hampir hampir dua kali lipat, rasio konsumen yang menggunakan skema COD justru meningkat menjadi 1 dari 3.
Sesuai dengan kesimpulan Lazada, bahwa tingkat kepuasan konsumen e-commerce di layanan tersebut hanya mencapai 75-80% dan isu kepercayaan masih menjadi momok, wajar jika konsumen memilih skema COD. Skema COD jelas mengurangi fraud karena barang baru dibayar jika benar-benar sudah sampai di tangan pembeli, meskipun hal ini tidak praktis dan membuat konsumen harus menyiapkan uang tunai dulu sebelum barang bisa sampai di tangan.
Data lain yang diungkapkan di laporan ini adalah penurunan harga rata-rata yang dibayar melalui sistem COD, dari Rp 462 ribu di kuartal ketiga 2013 menjadi Rp 408 ribu di kuartal keempat 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai barang yang dibeli menggunakan COD adalah semakin rendah.
[Ilustrasi : Shutterstock]