BlackBerry mengumumkan pencapaian 10 juta unduhan BlackBerry Messenger dalam 24 jam setelah hadir kembali di Apple App Store dan Google Play. Dengan rekor seperti itu, BlackBerry Messenger menduduki posisi puncak di App Store sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan Indonesia. Google Trends yang mengamati tren pencarian di mesin pencari Google menasbihkan Indonesia sebagai peminat terbesar kata kunci “BBM” dan “BBM Android”.
BlackBerry Messenger, jika diutilisasikan dengan benar, bisa menjadi tambang emas BlackBerry di masa mendatang. Terlebih jika pengguna (setia) BlackBerry yang masih berjumlah 70 jutaan, tidak mau move on ke platform lain yang lebih populer. Menurut Andrew Bocking, EVP BlackBerry Messenger yang menulis langsung artikel di blog BlackBerry, BBM bakal terus menerus diperbarui untuk mendukung dua platform terbesar ini, misalnya optimasi untuk iOS7 dan ketersediaan widget chat BBM untuk Android.
Bocking juga berjanji bahwa BBM untuk iOS dan Android juga bakal mengusung fitur BBM Video, BBM Voice dan BBM Channels. Semuanya bukanlah hal yang baru, tetapi bisa saja BBM mengimplementasikannya lebih baik ketimbang para pesaingnya, apalagi ditunjang dengan teknologi enkripsi mumpuni yang menjadikan perangkat BlackBerry tetap dipercaya menjadi smartphone andalan pemerintah Amerika Serikat dan Pentagon.
BBM meskipun tampak usang, tetap menjadi unggulan perusahaan asal Waterloo yang memberikan isyarat untuk fokus bermain ke pasar enterprise dan meninggalkan pasar consumer.
Bagaimana sebenarnya tanggapan konsumen terhadap peluncuran BBM di dua platform ini? Meskipun pelaku industri mobile tidak terkesan dengan hal ini, tak bisa dipungkiri bahwa BBM masih memiliki nama besar di sini. Menggunakan Google Trends, kita bisa melihat lonjakan pencarian “BBM” dan “BBM Android” yang dipimpin oleh pengguna asal Indonesia. Dengan jumlah pengguna BlackBerry yang masih signifikan di negeri ini, tak heran banyak pengguna iPhone dan Android berusaha menggunakan aplikasi ini agar dapat berkomunikasi dengan pengguna setia BBM. Selain Indonesia, pencarian “BBM” juga populer di negara-negara Karibia, Timur Tengah dan Afrika.
Yang menjadi PR bagi BlackBerry tentu saja mengubah tren sesaat ini menjadi hal yang berkelanjutan. Ketidaksiapan server BlackBerry saat peluncuran BBM pertama kali adalah sinyal penting bagaimana suatu layanan (populer) harus terus menerus mendapat dukungan teknis yang mumpuni. Hal lain yang bakal menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana BlackBerry mengubah userbase belasan juta ini menjadi sumber pendapatan baru, di luar layanan BES yang masih langgeng.
[ilustrasi foto: Shutterstock]