Situs TrustedCompany yang baru saja meraih pendanaan investasi seri-A sebesar USD 1 juta dari tiga investor besar, jika dipandang sekilas memang mengesankan. Fungsinya yang digadang bakal memberikan solusi perihal isu keamanan bertransaksi di berbagai situs e-commerce melalui ulasan bebas dari netizen ditujukan untuk menghindari pengguna dari tindakan penipuan yang kerap menghantui. Namun nyatanya, hal tersebut justru menimbulkan tanda tanya yang cukup besar bagi kami. Ada beberapa hal yang kami temukan cukup ganjil yang pada akhirnya bermuara pada satu pertanyaan: “Dapatkah kita mempercayai hasil ulasan TrustedCompany?”.
Sebelum membahas hal tersebut lebih lanjut, TrustedCompany adalah startup yang masih belia. Baru berdiri pada November 2013 dan bermarkas besar di Malaysia dan Hong Kong. Di Indonesia, TrustedCompany mirip dengan situs Polisi Online yang sempat kami bahas, layanannya menghadirkan ragam ulasan dari konsumen perihal situs e-commerce mana saja yang layak dikunjungi atau dihindari. Semuanya berdasarkan ulasan bebas yang bisa dilakukan oleh siapa saja.
Poin inilah yang akhirnya mendatangkan keraguan bagi kami akan kredibilitas ulasan TrustedCompany yang beberapa dari hasilnya, justru menempatkan beberapa situs e-commerce besar dengan jutaan trafik malah masuk menjadi daftar e-commerce terburuk di Indonesia.
Ulasan bebas pengguna menjadi sistem sumber informasi satu-satunya yang digunakan oleh TrustedCompany dalam menilai berbagai situs e-commerce. Sayangnya kami menemukan keganjilan dalam sistem ini. Pengguna bisa dengan sangat mudah memberikan ulasan apa pun tanpa verifikasi yang jelas dan valid. Cukup registrasi sebentar, kemudian sudah bisa memberikan ulasan baik itu positif atau pun negatif.
Dalam halaman FAQ-nya padahal dijelaskan, setiap pengguna yang ingin memberikan ulasan akan dimintai informasi order ID untuk memverifikasi apakah pengguna tersebut benar merupakan pelanggan situs e-commerce yang bersangkutan. Nyatanya hal itu tidak ada sama sekali! Teman kami sempat mencoba hal tersebut dan dapat dengan bebas mengulas sana-sini tanpa sedikitpun ditanyai soal verifikasi profil dan data. Dari hal ini jelas menimbulkan keraguan apakah ulasan yang diberikan memang benar dari customer atau dilakukan oleh “oknum” tertentu.
Kemudian, dari sekian ulasan yang kami pantau, kami melihat bagaimana penyampaian bahasa ulasan seperti tulisan yang “dikondisikan”. Sebagai jurnalis, kami cukup memahami bagaimana gaya bahasa dari ulasan yang lebih natural dan datang dari pengguna umum. Sayangnya cukup banyak ulasan yang muncul sangat malah justru sangat terstruktur yang akhirnya meragukan kebenaran dari suatu ulasan. Contohnya dapat Anda lihat di bawah ini.
Hal ganjil lainnya, TrustedCompany menjanjikan pengawasan ulasan yang ketat. Kembali seperti yang kami lihat dari halaman FAQ-nya, disebutkan secara inisiatif tim internal TrustedCompany akan melakukan pengawasan terhadap sekian ulasan yang diberikan agar menghindari dari kemungkinan ulasan palsu yang merugikan. Kembali lagi, nyatanya hal itu tidak (belum) ada dan bahkan malah menimbulkan pertanyaan bagaimana cara TrustedCompany bisa menilai bahwa ulasan yang masuk apakah benar adanya ataukah hanya bualan belaka.
Belum lagi dengan peringkat situs e-commerce terbaik dan terburuk yang kami anggap cukup aneh. Seperti yang Anda lihat di bawah ini, lima besar situs e-commerce dengan reputasi terbaik dan terburuk diisi oleh nama-nama yang mungkin “kurang pantas” berada di peringkat tersebut. Peringkat terbaik sebagian besar diisi oleh beberapa situs yang namanya jarang terdengar dan bahkan beberapa kami baru mendengar namanya. Belum lagi dengan peringkat terburuk yang justru malah diisi oleh beberapa situs e-commerce besar yang salah satunya sempat dianggap sebagai situs e-commerce yang paling sukses menancapkan kuku di mata konsumen Indonesia menurut sebuah lembaga riset.
Sejujurnya, kami sangat menyayangkan keberadaan TrustedCompany yang masih menimbulkan tanda tanya besar bagi kami. Misi kehadirannya tentu sangat mulia jika ingin memperbaiki citra dan isu perihal keamanan transaksi e-commerce yang masih dianggap negatif oleh pasar Indonesia, namun sayangnya TrustedCompany masih seperti belum bisa meramu produk dengan baik untuk menjawab keraguan kami. Untuk itu, kami berharap TrustedCompany bisa menyempurnakan hal ini demi kemajuan bersama.
[ilustrasi foto: Shutterstock]