Salah satu alasan di balik popularitas TikTok adalah algoritma kecerdasan buatan yang menenagai sistem rekomendasinya. Dari perspektif sederhana, cara seorang pengguna berinteraksi di TikTok bakal memengaruhi deretan video yang disuguhkan kepadanya, dan ini yang pada akhirnya membuat kita seakan tidak bisa berhenti menonton video demi video yang muncul di halaman For You.
Induk perusahaan TikTok, ByteDance, rupanya tidak keberatan berbagi resep rahasia platform sosial kebanggaannya tersebut dengan perusahaan lain, asalkan mereka bersedia membayar. Melalui divisi baru bernama BytePlus, ByteDance rupanya sudah mulai menjual teknologi AI yang digunakan TikTok itu kepada sejumlah perusahaan lain sejak bulan Juni kemarin.
Sejauh ini, situs BytePlus mencantumkan nama-nama seperti platform e-commerce fashion GOAT, platform ticketing online Wego, maupun startup agritech asal tanah air Chilibeli pada daftar kliennya. TikTok pun tentu termasuk sebagai salah satu yang menggunakan layanan BytePlus, demikian pula Lark, platform kolaborasi online kepunyaan ByteDance sendiri.
Namun recommendation engine untuk menyuguhkan pengalaman yang lebih terpersonalisasi baru satu dari sejumlah produk berbasis AI yang BytePlus tawarkan. Contoh produk lainnya adalah teknologi computer vision yang sanggup mendeteksi 18 titik di sekujur tubuh (dari kepala sampai kaki) sekaligus memantaunya selagi pengguna bergerak di depan kamera, menjadikannya ideal untuk diimplementasikan pada aplikasi fashion maupun kecantikan.
BytePlus juga menawarkan teknologi machine translation serta platform data analytics yang komprehensif. Menurut laporan Financial Times, BytePlus telah merekrut karyawan dari perusahaan-perusahaan seperti Microsoft dan IBM — yang juga menawarkan produk-produk serupa untuk kalangan enterprise — di sejumlah negara. Di Tiongkok sendiri, bisnis yang dijalankan BytePlus bersaing langsung dengan nama-nama besar macam Alibaba, Baidu, maupun Tencent.
Sumber: The Verge. Gambar header: Depositphotos.com.