Bukalapak, salah satu marketplace terbesar di Indonesia, tengah mempersiapkan rencana melantai (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 10 tahun dari sekarang atau sebelum 2026. Selain itu, dalam kurun waktu tersebut diharapkan dapat merangkul hingga 30 juta pelapak (penjual). Jumlah tersebut lebih dari separuh jumlah pengusaha UKM yang tercatat dalam Kementerian Koperasi dan UKM RI sebesar 57,9 juta pada 2015.
Seperti diberitakan sebelumnya, BEI mendorong Bukalapak untuk menjadi salah satu pelopor startup lokal yang melakukan IPO di Tanah Air bersama-sama dengan Kaskus. Namun, pada saat itu kabar tersebut disangkal oleh Achmad Zaky, CEO Bukalapak.
[Baca juga: Bukalapak dan Kaskus Klarifikasi Rumor IPO (UPDATED)]
“Dalam kurun 10 tahun mendatang, kami menargetkan sudah melantai di BEI. IPO itu adalah alat, jangan dijadikan tujuan, sebab kami akan pakai alat apa saja untuk membuat UKM Indonesia jadi lebih maju,” ujar M Fajrin Rasyid, Co-founder dan CFO Bukalapak, saat ditemui DailySocial di kantornya, Senin (29/8).
Mengenai target pelapak, lanjutnya, dari data Kemenkop tidak seluruhnya UKM bisa feasible untuk dijadikan sebagai usaha online. Maka dari itu, pihaknya menaruh patokan sekitar 25 juta sampai 30 juta di antaranya memiliki potensi bisa bergabung menjadi penjual di Bukalapak.
“Kami prediksi dari total pengusaha UKM yang terdata oleh Kemenkop sekitar 25 juta sampai 30 juta di antaranya menjadi target kami untuk bisa bergabung menjadi penjual di Bukalapak.”
Bukalapak sendiri tahun ini menargetkan jumlah pelapak yang bergabung mencapai angka 2 juta, pencapaian hingga Agustus 2016 sudah melebihi 1 juta pelapak. Dalam jangka menengah, Bukalapak juga menargetkan pada 2020 jumlah pelapak bisa menyentuh angka 10 juta.
Menurutnya, strategi yang dipakai Bukalapak untuk menggaet lebih banyak pelapak dengan aktif mengadakan roadshow ke kota-kota di Indonesia, kopi darat dengan pelapak existing dan calon pelapak, dan terus memperbaharui fitur forum diskusi yang sudah disediakan Bukalapak. Strategi pendekatan lainnya, lanjutnya, masih dalam perencanaan perusahaan sambil mengikuti perkembangan konsumen Indonesia.
Sebab, perlu diketahui, belum tentu strategi yang dilakukan Bukalapak pada saat ini bisa diaplikasikan pada masa depannya. “Kami akan terus menyesuaikan strategi sesuai dengan perkembangan konsumen dan perekonomian Indonesia itu sendiri agar bisa tetap tepat sasaran. Sekaligus, membuat kami jadi lebih aware agar tetap bisa bersaing dengan markeplace lainnya.”
Fajrin juga mengungkapkan, dalam beberapa tahun pihaknya berambisi ingin membawa produk UKM Indonesia ke ranah pasar internasional. Namun hingga kini, rencana tersebut masih dalam tahap kajian internal perusahaan. Mengingat banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, misalnya meningkatkan tingkat edukasi penjual dan pembeli, perbaikan sistem logistik, dan sebagainya.
Edukasi menjadi salah satu pekerjaan rumah terbesar Bukalapak. Sebab, masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep marketplace dan perbedaaannya dengan e-commerce atau iklan baris online. Selain itu, masih banyak penjual yang masih menjadikan media sosial sebagai basis utama penjualan online mereka.
Akan tetapi, bila dibandingkan kondisinya dari tahun-tahun sebelumnya sekarang ini sudah lebih baik. Pasalnya, tingkat penetrasi masyarakat Indonesia terhadap internet sudah berangsung meningkat, belum lagi ditambah harga smartphone dan paket data yang semakin terjangkau sehingga akses internet semakin mudah didapat.
“Visi misi kami hingga 10 tahun mendatang adalah menjadi partner utama seluruh UKM di Indonesia, dengan merangkul sebanyak-banyaknya pengusaha. Kemudian, Bukalapak bisa menjadi brand yang melekat dari benak setiap orang ketika ingin berjualan dan membeli suatu produk. Sama halnya dengan YouTube yang pertama kali muncul di benak orang-orang saat ingin menonton video online.”
Terus perbaiki bisnis
Bukalapak, sambung Fajrin, juga terus memperbaiki bisnis guna mendapatkan pengguna lebih banyak lagi. Bukalapak sudah tersedia dalam platform desktop, Android, dan iOS. Dia mengklaim, rating Bukalapak dalam aplikasi mobile termasuk salah satu aplikasi dengan rating tertinggi di antara marketplace lainnya.
Rating menjadi salah satu patokan utama yang diambil Bukalapak dalam peningkatan kualitas bisnis untuk konsumennya. Kendati demikian, hal ini tidak membuat Bukalapak tidak menjadi bias karena lebih mengutamakan aplikasi mobile ketimbang desktop.
Menurutnya, mengutamakan seluruh channel marketing bisa membuat Bukalapak terus menjaga kualitas pelayanannya. Dia mengungkapkan, ada suatu tren yang diperkirakan bakal terjadi di masa mendatang, ketika konsumen akan kembali ke penggunaan desktop daripada mengunduh aplikasi di smartphone-nya.
“Meski itu hanya suatu riset, tapi kami menganggapnya kemungkinan saja bisa terjadi. Pasalnya ada kemungkinan konsumen akan lebih selektif dalam mengunduh aplikasi dalam smartphone karena bisa jadi ingin menghemat storage dan ingin merasakan experience terlebih dahulu dengan mengakses lewat desktop. Apabila ada manfaatnya, baru mereka akan mengunduhnya. Hal inilah yang membuat kami tetap ingin memajukan seluruh channel yang dimiliki.”
Selain itu, Bukalapak juga akan tetap rutin menjaga keamanan data pelanggan dan perusahaan dengan menggandeng perusahaan internet security dan hacker secara berkala. Hal ini agar potensi kejahatan online bisa diminimalisir Bukalapak sekaligus menjaga kenyamanan konsumen saat bertransaksi.
Dari sisi logistik, Bukalapak ingin terus menambah rekanan kerja sama dengan perusahaan logistik agar lama waktu pengiriman bisa lebih singkat dengan biaya yang lebih terjangkau.