Pasca ekspansi ke Singapura dan Filipina, online wedding marketplace lokal Bridestory mengungkapkan akan terus melakukan inovasi bisnis agar dapat mengkukuhkan targetnya sebagai wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara. Untuk mewujudkannya Bridestory akan menggelar signature event pada awal Juli 2017.
Pihak Bridestory memastikan acara ini akan menjadi pameran pernikahan terbesar di Asia Tenggara yang diikuti oleh vendor berasal lebih dari lima negara. Acara tersebut akan berlangsung selama empat hari. Calon pengantin akan bertemu secara langsung dengan lebih dari 800 vendor pernikahan dari 20 kategori yang berbeda.
“Kami ingin terus membantu mewujudkan lebih banyak lagi pernikahan impian para calon pengantin serta memperkuat posisi sebagai online wedding marketplace terbesar di Asia Tenggara,” terang Country Director Bridestory Indonesia Andhira Rachmawati kepada DailySocial.
Kegiatan ini sekaligus menjadi upaya Bridestory memperdalam penetrasi pasar di Asia Tenggara. Ada sejumlah tantangan yang kerap dihadapi Bridestory, salah satunya perbedaan budaya yang turut mempengaruhi tren pernikahan di setiap negara.
Untuk dapat beradaptasi dengan perbedaan tersebut, Bridestory melakukan lokalisasi dan survei terhadap para pengguna platform di setiap negara.
“Dengan demikian, Bridestory dapat mempelajari dan mengetahui tren pernikahan terkini untuk dapat membantu para calon pengantin dalam mempersiapkan pernikahan dan para vendor dalam mengembangkan bisnis mereka ke depannya.”
Dari data terakhir, Bridestory berhasil menghimpun lima juta calon pengantin yang menggunakan layanan ini di 2015. Pada tahun yang sama, situs Bridestory dikunjungi sekitar 500 ribu calon pengantin setiap bulannya. Terdapat 15 ribu wedding vendor lebih dari 50 negara yang sudah bergabung dalam platform tersebut.
Untuk meningkatkan jangkauan bisnisnya, Bridestory mengeluarkan dua aplikasi yakni Bridestory dan Bridestory Pro. Perbedaannya, aplikasi Bridestory diperuntukkan untuk calon pengantin, sementara Bridestory Pro untuk vendor pernikahan mengatur profil dan korespondensi dengan calon pengantin.
Pisah kongsi dengan Mediacorp
Menjelang akhir tahun lalu, Bridestory mengumumkan perpisahan kerja sama dengan majalah Style Weddings dari perusahaan media asal Singapura, Mediacorp. Perpisahan bisnis ini menjadi babak baru bagi Bridestory untuk mencapai target yang belum sempat terwujud sebelumnya di Singapura.
Menurut Andhira, pasca pisah kongsi Bridestory akan tetap fokus untuk meluncurkan inovasi pada produk yang akan membantu perencanaan pernikahan untuk para calon pengantin di Singapura.
Salah satunya dengan meluncurkan produk baru HILDA, sebuah online wedding consultant yang dapat membantu para calon pengantin dalam perencanaan pernikahan mereka dan mendapatkan penawaran terbaik dari vendor-vendor Bridestory di Singapura.
“Dalam waktu dekat layanan ini akan segera diluncurkan,” ucapnya.
Kerja sama antara Bridestory dengan Mediacorp sendiri sempat terjalin sejak Juli 2015. Kerja sama tersebut memungkinkan kedua belah pihak menyatukan sumber dayanya dengan menghasilkan konten inspirasi pernikahan lewat portal Bridestory.com.sg.
Tidak dijelaskan mengapa kedua perusahaan ini akhirnya memutuskan kerja sama bisnisnya. Dikutip dari Channel News Asia, dijelaskan mereka sepakat untuk berpisah untuk mengejar tujuan komersial masing-masing.
“Dengan keputusan ini, kedua perusahaan akan lebih bebas untuk mengejar strategi bisnis masing-masing. Majalah Style Weddings akan terus meningkatkan bisnis lewat situs stylextyle. Kami juga akan scaling up bisnis di acara offline mega wedding show di Maret 2017. Dengan fokus baru pada 360 solutioning, kami memiliki kemungkinan besar untuk berkembang secara digital, baik di acara offline juga TV,” terang Head of Women, Men, dan Parenting Mediacorp Jessie Sng.
CEO Bridestory Kevin Mintaraga menambahkan, “Menjadi kehormatan bagi kami bisa bekerja sama dengan Mediacorp, keputusan ini menjadi babak baru bagi Bridestory menjadi platform dengan layanan terpadu untuk vendor pernikahan di Singapura.”