Dark
Light

Bolt Capai 750 Ribu Pengguna dalam Waktu Sepuluh Bulan

1 min read
October 1, 2014

Dalam ajang LTE Asia yang diadakan di Singapura, CTO Bolt Devid Gubiani mengungkapkan setelah sepuluh bulan peluncurannya layanan Internet 4G pertama di Indonesia ini telah memiliki 750 ribu pengguna, dengan 90% di antaranya menggunakan perangkat Mi-Fi atau personal hotspot. Ke depannya Devid mengakui pihaknya sudah menyiapkan fasilitas Voice over LTE (VoLTE) dan video broadcast jika penjualan berbasis mobile broadband sudah mencapai limit.

Dikutip dari Mobile World Live, Devid mengatakan bahwa kunci sukses Bolt untuk melayani konsumen sebanyak itu, meskipun hanya memiliki spektrum 2 x 10 MHz, adalah arsitektur jaringan yang terdiri atas lapisan host tradisional sebagai base station dan lapisan pendorong (boost layer) yang terdiri dari small cell setinggi 10-15 meter dengan 98% di antaranya terkoneksi melalui jaringan fiber. Saat ini diklaim kecepatan rata-rata yang dihantarkan oleh Bolt sebesar sekitar 12,5 Mbps.

Tentu saja pencapaian itu tidak tanpa masalah. Saat konsumen dengan cepat merangsek di angka 400 ribu pengguna, Bolt mengalami “kemacetan” jaringan. Akhirnya Bolt mengimplementasikan teknologi dual-carrier dan melakukan penambahan spektrum 2 x 5 MHz. Mereka juga menambah 300 base station lagi untuk melengkapi 1800 base station yang sudah ada. Karena mereka tak lagi bisa menambah spektrum, pengembangan teknologi berikutnya bergantung pada implementasi small cell yang lebih banyak.

Dengan perluasan jaringan yang cukup agresif, Bolt mengklaim telah menjadikan bandara internasional Soekarno-Hatta sebagai bandara pertama di dunia yang memiliki jaringan LTE.

Untuk mendorong pertumbuhan konsumen, Bolt mengajukan penawaran smartphone yang sudah secara langsung mengakomodasi teknologi 4G TD-LTE. Bolt memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menikmati teknologi 4G langsung di genggaman dengan menggandeng ZTE dan partner lokal IVO. Karena Bolt tidak memiliki lisensi seluler, kegiatan menelepon dan berkirim pesan melalui SMS tetap dilakukan melalui operator GSM yang sudah ada.

Meskipun terbilang sukses, Bolt yang beroperasi di kawasan Jabodetabek dan Banten bisa dibilang tak luput dari sasaran konsolidasi. Bolt dikabarkan sudah menjajaki rencana penggabungan usaha dengan segmen BWA yang bakal diusung “saudaranya” First Media. First Media sendiri direncanakan memasuki segmen BWA 2,3 GHz dengan teknologi serupa untuk menggantikan Sitra WiMAX yang tidak sukses.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Previous Story

Film Tetris Sedang Digarap

Next Story

Belajar Memahat Dalam Virtual Reality Berbekal VRClay dan Oculus Rift

Latest from Blog

Don't Miss

Smartfren Bolt

Smartfren Sediakan Kartu SIM Pengganti untuk Eks Pengguna Bolt

Smartfren mengambil alih eks pengguna Bolt, pasca pengumuman penutupan layanan
Kominfo Cabut Izin Bolt, First Media, Jasnita

Kementerian Kominfo Resmi Cabut Izin Frekuensi Bolt, First Media dan Jasnita

Kementerian Kominfo resmi mencabut izin penggunaan pita frekuensi radio 2.3