Blockchain adalah teknologi termutakhir yang menyita banyak perhatian bagi seluruh orang sejak beberapa waktu belakangan. Pasalnya, Blockchain seringkali disalahartikan atau dianggap sama dengan uang virtual Bitcoin. Padahal sejatinya Bitcoin adalah salah satu implementasi teknologi Blockchain.
#SelasaStartup edisi pekan ketiga Februari 2018 menghadirkan Country Blockchain Leader IBM Indonesia Juliandri Jenie. Juliandri menceritakan seputar teknologi termutakhir tersebut dan bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan bisnis. Berikut ini rangkumannya:
Apa itu Blockchain?
Secara singkat, Juliandri menganalogikan Blockchain lewat penjualan mobil BMW. Mereka memiliki 10 distributor dengan masing-masing di antaranya punya 20 reseller. Berarti, bila ditotal BMW memiliki 200 ledger (buku besar).
Ketika BMW ingin merekap data penjualan sepanjang tahun, mereka ternyata hanya memiliki 199 ledger. Bagaimana cara mencari data yang hilang tersebut? Tentunya hal itu akan menyusahkan tim karena harus merombak ulang ledger untuk dicari kesalahannya.
“Cari data yang hilang itu ‘mahal’, baik dari segi effort, SDM, dan lainnya. Kalau itu bisa selesai dalam seminggu bisa bagus, tapi bagaimana bila data yang hilang lebih banyak dari itu?,” kata Juliandri.
Contoh ini, sambungnya, memperlihatkan bahwa manusia itu mudah sekali berbuat salah lantaran tidak bisa mengontrol sistem ledger masing-masing. Akan tetapi, apabila menggunakan Blockchain, hal tersebut bisa dihindari.
Blockchain itu pada dasarnya memiliki tiga unsur elemen di dalamnya, yakni jaringan, aset yang tersambung dalam jaringan tersebut, dan ledger untuk merekam seluruh pencatatan yang terjadi.
Dalam praktek bisnis yang nyata, Juliandri mencontohkan pada aksi lewat aksi korporasi yang dilakukan Spotify mengakuisisi startup yang bergerak di bidang Blockchain, Mediachain Labs pada April 2017. Pada waktu itu, Juliandri belum memahami apa korelasinya antara Blockchain dengan musik digital.
Setelah ia ditelusuri, Spotify ingin membayar sebagian pendapatannya untuk pencipta musik secara adil. Untuk melakukan itu perlu teknologi yang bisa melacak siapa pencipta lagunya, judul lagu yang sudah diciptakan, dan sebagainya.
Kalau tidak ada teknologi, semangat awal Spotify tersebut tidak akan terealisasi. Oleh karena itu harus dibuat sistem Blockchain agar mereka bisa melacak dan meyakinkan bahwa suatu lagu itu dibuat oleh orang yang tepat.
Keuntungan dan kekurangan untuk bisnis
Sifat ledger dalam blockchain itu dapat dilihat ke orang lain namun pada saat yang sama tetap aman karena tidak bisa diubah oleh sembarang orang. Inilah yang membuat Blockchain jadi dualisme.
Fakta ini sekaligus jadi keuntungan karena bisa membuat integrasi bisnis antar perusahaan jadi lebih efisien. Semua orang bisa saling percaya karena seluruh data dapat terekam dengan baik, dapat dilihat oleh orang lain meski perlu ada akses khusus terlebih dahulu.
Bila data bisa diganti pun akan selalu ada rekam jejaknya karena konsep rantai itu sendiri yang tidak bisa diganti, hanya bisa terus ditambah.
Kelebihan Blockchain lainnya, tambahnya, karena shared ledger membuat Blockchain tergolong sebagai distributed peer-to-peer system. Sistem ini mengandalkan konsensus di antara banyak orang-orang dalam jaringan untuk membuat perubahan dalam rantai, lantaran tidak ada server pusat yang memutuskan apakah transaksi bisa diterima atau tidak. Hal ini diyakini dapat menyelesaikan isu mengenai integritas data, integritas sistem, dan keamanan.
Meski keuntungannya besar, apakah Blockchain punya kekurangan? Ternyata ada. Menurut Juliandri, kekurangan Blockchain adalah durasi transaksi bakal melambat. Semakin banyak data yang dimasukkan, proses pembaruan ledger akan semakin lambat.
“Karena kita mesti lakukan proses validasi, mulai dari typography puzzle, proof of work, dan sebagainya. Ini akan buat update ledger jadi semakin lambat. Apalagi karena naturalnya distributed p2p system, harus dijaga terus satu-satu karena harus benar dan semua orang menerima data yang sama.”
Blockchain akan sangat terasa manfaatnya untuk perusahaan supply chain. Keuntungan yang bisa mereka rasakan adalah peningkatan visibilitas informasi logistik dan dokumentasi di seluruh rantai pemasok.
Keuntungan lainnya termasuk mengurangi biaya dan risiko melalui otomasi, pelacakan yang dapat diukur dan aman terhadap risiko fisik dan kejadian dalam rantai pasokan, serta memungkinkan terciptanya model bisnis baru.
Kendati pada dasarnya Blockchain dapat diterapkan untuk segala jenis industri, menurut Juliandri, harus dipastikan terlebih dahulu bagaimana kapasitas perusahaan itu sendiri, apakah benar-benar membutuhkan. Perhatikan pula apa implikasinya bagi bisnis.