BlackBerry bisa dibilang merupakan perusahaan pertama yang mengenalkan smartphone di Indonesia. Jauh sebelum Android sepopuler sekarang, BlackBerry pernah menjadi raja, dan hampir semua kalangan mempunyai handset-nya. Sekarang pasar tak seperti dulu lagi, tetapi sang produsen bersikeras bahwa tak ada yang berubah dari BlackBerry.
Meskipun kita mengenal mereka karena produk-produk smartphone dan (awalnya) layanan chatting eksklusif BBM, sebenarnya BlackBerry dikenal di seluruh dunia sebagai penyedia layanan software keamanan serta MDM untuk industri. Pendeknya, enterprise ialah target bisnis utama mereka. Dan konsep itu yang mereka tekankan dalam mengusung BlackBerry Passport, handset tercanggih, terunik dan terbaru dari perusahaan Kanada itu.
Pengembangan BlackBerry Passport kabarnya dilakukan di tahun 2013. Menyusul penerimaan platform BlackBerry 10 yang kurang hangat (termasuk device-device-nya) serta gempuran dari perangkat Android dan Apple, sang perusahaan memutuskan untuk kembali ke lini enterprise, dan fokus menciptakan handset ber-keyboard fisik. Menurut BlackBerry, kombinasi keyboard dan layar sentuh menawarkan level produktivitas sangat tinggi.
Pada momen peluncuran perdana BlackBerry Passport di Indonesia hari Selasa kemarin, managing director BlackBerry Indonesia menjelaskan bagaimana desain Passport terinspirasi dari paspor sebenarnya, “[Dokumen perjalanan itu] ialah simbol mobilitas universal. BlackBerry Passport dibuat dari bahan berkualitas premium yang tangguh, portable, dan baterai tahan lama.”
Info menarik: BlackBerry Passport Akan Disambut di 3 Tempat Pada Tanggal 24 September?
Dua bagian yang paling menonjol di BlackBerry Passport adalah keyboard dan bentuk layarnya. BlackBerry memiliki reputasi tinggi dalam meracik keyboard, hingga kini mereka belum tertandingi. Papan ketik di Passport menjanjikan inovasi dengan fitur responsive touch, maksudnya ia bisa membaca sentuhan jari di keyboard sebagai input. Satu contohnya, menggerakan jempol dari kanan ke kiri akan menghapus huruf.
Lalu apa alasan mereka menyajikan rancangan layar persegi? BlackBerry berpendapat, display 1:1 akan mempermudah pengguna melakukan tugas-tugas berorientasi bisnis semisal edit dokumen, melihat rancangan cetak biru hingga browsing. Layar lebih lebar juga memungkinkan Passport memperlihatkan 60 huruf sekaligus di satu baris – mendekati standar buku.
Menyuguhkan bentuk kotak tidak berarti layar dibuat sekedarnya. Sebaliknya, ia mempunyai resolusi tinggi 1440×1440-pixel di 453ppi dalam ruang seluas 4,5-inci demi mendukung fungsi editing dan olah konten. Layar melebar dimaksudkan pula agar tampilan video call lebih luas, tak sempit layaknya smartphone berlayar 16:9 biasa. Panel tersebut tak lupa dilapisi Corning Gorilla Glass 3.
Spesifikasi phablet premium sekelas Passport sudah pasti tak mengecewakan. Ia ditenagai system-on-chip Qualcomm Snapdragon 801 berprosesor quad-core 2GHz, memori RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB ditambah dukungan ekspansi micro SD hingga 128GB, serta baterai 3450mAh – dijanjikan bisa bertahan hingga 30 jam, dan beroprasi di platform BlackBerry 10.3.
Info menarik: Anda Sudah Bisa Pre-Order BlackBerry Passport
Di handset unik tersebut ada kamera 13-megapixel berlensa f2.0 dilengkapi flash LED, autofocus, optical image stabilization serta fitur video recording 1080p. Anda mendapatkan konektivitas Wi-Fi, GPS, NFC, Bluetooth 4.0, dipadu gyro, magnetometer, accelerometer, proximity, cahaya dan time of flight.
Di akhir acara, saya sempat bertanya pada representasi BlackBery Indonesia, seberapa ‘wajibkah’ beralih ke Passport seandainya kita ialah pengguna smartphone BlackBerry high-end model sebelumnya (misalkan Z30). Ia menerangkan, BlackBerry hadir untuk memberikan pilihan, dan kini semua tergantung dari keputusan konsumen dalam memilih yang paling tepat untuk mereka.
Harga retail rekomendasi BlackBerry Passport dijajakan di Rp 9,6 juta, tak berbeda dari penawaran pre-order XL dan Indosat akhir Oktober kemarin. Cukup mahal bagi end-user, tapi ingat, ia adalah handset pelengkap bisnis para profesional.