Popularitas BlackBerry Messenger (BBM) masih belum akan berlalu begitu saja, setidaknya tidak saat ini. BBM baru saja melewati milestone dengan mencatat total unduhan di antara 50 juta hingga 100 juta unduhan di Google Play. Di platform iOS sendiri, BBM masih menjadi andalan pengguna di Indonesia dan menempatkannya sebagai aplikasi gratis terpopuler nomor dua setelah Tebak Gambar per awal Mei ini. Mereka juga bakal memperluas pasar ke platform Windows Phone tahun ini.
BBM sendiri per akhir Maret lalu mengumumkan jumlah pengguna terdaftarnya mencapai 113 juta, dengan pengguna aktif bulanan mencapai 85 juta. Apa yang membuat BBM tetap populer? Ketika BBM tidak lagi eksklusif dan sudah bersifat multiplatform seperti halnya WhatsApp ataupun Line, ternyata mereka tetap menjadi pilihan layanan messaging antar smartphone. Dengan BBM sebagai yang menjamin keamanan data karena setiap pesan selalu dikirim secara terenkripsi, alasan penggunaan BBM karena faktor keamanan data bisa terjustifikasi, selain mungkin masih banyak teman yang setia dan terbiasa menggunakan BBM untuk komunikasinya.
Menurut data Berry Review, BBM kebanyakan mendominasi di App Store negara-negara kawasan Afrika dan Amerika Selatan yang secara tradisional memang pendukung setia platform BlackBerry. Sementara untuk kawasan Asia (selain di Indonesia), BBM bertahan di jajaran sepuluh besar aplikasi iOS terpopuler di Oman.
Tentu saja selain popularitas, ada satu hal yang sekarang menjadi tolak ukur BBM sebagai aplikasi multiplatform. Layanan ini harus mulai memberikan penghasilan. Skema yang dipilih BlackBerry saat ini adalah penjualan stiker seperti halnya aplikasi messaging lain. Meskipun sempat populer di awal, kini penjualan yang diperoleh di App Store Indonesia tidak mampu membawanya masuk ke 100 besar Top Grossing, padahal Line dan Path mampu bertahan di posisi kesembilan dan kesebelas.
Kemampuan BlackBerry memonetisasi layanan B2C-nya memang masih menjadi tanda tanya. Sebelumnya BBM Money yang menjalankan pilot project-nya di Indonesia bekerja sama dengan PermataBank dan AGIT Monitise juga masih belum berhasil mendorong booming penggunaan mobile money karena masih bersifat eksklusif di platform BlackBerry yang lama. BBM Channels yang dipersiapkan untuk menjadi sumber monetisasi berikutnya memang memiliki potensi engagement yang besar, tapi sejauh ini mereka belum menerapkan skema monetisasi apapun soal ini.
Nampaknya sumber monetisasi BBM yang paling menarik justru adalah skema enterprise cloud untuk B2B dan kami tidak akan terkejut jika ternyata akhirnya BlackBerry lebih sukses mendulang pendapatan dari segmen korporasi yang merupakan basis terkuatnya.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]