Seperti yang sudah diberitakan oleh banyak media, BlackBerry kembali membukukan kerugian untuk periode kuartal pertama tahun fiskal 2014 yang berakhir 1 Juni 2013. Meskipun mengalami kenaikan pendapatan 15% dibanding kuartal sebelumnya, mencapai $3.1 miliar, BlackBerry mencatat kerugian $84 juta. Ada banyak highlight yang ditampilkan oleh laporan keuangan tersebut, tapi yang menjadi perhatian kami adalah pendapatan dari kawasan Asia Pasifik yang masih terus menanjak, terutama sejak peluncuran device BlackBerry 10.
Indonesia jelas bukanlah penyumbang pendapatan terbesar untuk BlackBerry. Kawasan America Utara yang biasanya hanya terdiri atas Kanada dan Amerika Serikat saja sudah menyumbang 25% dari total pendapatan BlackBerry kuartal ini. Tidak ada breakdown pendapatan per negara di kawasan Asia Pasifik, tapi sebenarnya outlook yang diberikan tidak jelek-jelek amat.
Meskipun pendapatan yang disumbang kawasan Asia Pasifik masih belum signifikan ketimbang dari kawasan Amerika Utara ataupun Eropa, untuk kuartal ini pendapatan dari kawasan Asia Pasifik melonjak 35% dari kuartal sebelumnya. Pendapatan dari Asia Pasifik menjadi yang ketiga terbesar, mengalahkan pendapatan dari Amerika Latin yang tergerus oleh pembatasan mata uang asing di Venezuela.
Dengan peluncuran BlackBerry Q10 (dan berikutnya Q5) yang menggunakan keyboard fisik dan menjadi favorit pengguna BlackBerry, tentu saja BlackBerry bisa memutarbalikkan peruntungannya untuk mencatat keuntungan di kuartal berikutnya. Dilihat dari persentase kerugian yang dicatat di kuartal ini (hanya 2.7% dari total pendapatan), tentu saja proyeksi keuntungan — yang sudah lama tidak diperoleh — bukanlah sesuatu yang mustahil.
BlackBerry sangat membutuhkan smartphone BlackBerry 10 dengan keyboard fisik di kisaran harga $200 untuk bisa bersaing di Asia Pasifik melawan Android yang digdaya di hampir semua negara. Pasar yang fanatik dengan genre ini masih ada, tinggal bagaimana BlackBerry bisa mengulangi kesuksesan seri Curve yang fenomenal.
Masih akan kita lihat apa yang akan dilakukan oleh BlackBerry jika mengeluarkan senjata andalannya, BlackBerry Messenger, untuk platform Android dan iOS yang akan terjadi akhir musim panas ini. Bagaimana BlackBerry memonetisasi layanan ini — dan beralih menjadi penyedia layanan messaging — bakal menjadi kunci perusahaan asal Kanada untuk tetap relevan.
BlackBerry mungkin masih bisa bertahan (lebih lama) jika bisa memperkuat pasar aplikasinya melalui BlackBerry World dan mengetahui selera pasar yang dibidiknya.
[Photo: Shutterstock]