Bizzy menutup sementara layanan marketplace b2b tertanda mulai bulan ini. Katalog produk dihapus dari situs dan layanan pembelian untuk konsumen korporat ditiadakan untuk sementara waktu. Ini adalah bisnis pertama yang dirintis Bizzy sejak perusahaan berdiri sejak 2015, sebelum ekspansi ke layanan lainnya.
Kepada DailySocial, CEO Bizzy Group Andrew Mawikere menjelaskan, penutupan ini hanya bersifat sementara. Pihaknya berencana membuka kembali pada kuartal IV 2020 dengan berbagai penyempurnaan sistem backend.
“Kita nggak tutup. Tapi in terms of priority development bakal hadir lagi di kuartal IV ini. Kita mau fokus ke area yang perkembangannya jauh lebih cepat dan secara potensi jauh lebih besar,” ujarnya, Rabu (15/1).
Dia melanjutkan, keputusan ini diambil karena perusahaan ingin menyempurnakan integrasi sistem back-end marketplace, terutama rantai pasok digital agar semakin seamless saat digunakan konsumen korporat. Tampilan UI/UX juga akan disempurnakan.
Rantai pasok digital ini sebenarnya sudah dibangun oleh Bizzy untuk layanan Tokosmart, hanya saja peruntukkannya buat konsumen toko kelontong. “Kalau dilihat digital supply chain, Tokosmart itu juga sama-sama procurement activity. Bedanya hanya target segmen, ini lebih UMKM sementara Bizzy Marketpalce buat perusahaan menengah ke atas.”
Perubahan bisnis Bizzy Marketplace sebenarnya punya semangat yang kurang lebih sama dengan Tokosmart, yakni memotong rantai sub distributor dan grosir dengan teknologi agar proses pengadaan lebih efisien dan transparan.
Dia mencontohkan, salah satu konsumen korporat Bizzy adalah Alfamart dan Indomaret. Dalam pengadaan barang, dengan penyempurnaan sistem, diharapkan mereka bisa langsung beli pasokan dari perusahaan distributor yang sudah bermitra dengan Bizzy.
“Mereka butuh beli barang-barang dari prinsipal, tapi window pembeliannya nggak pakai UI Tokosmart karena lebih UMKM. Makanya UI/UX Bizzy Commerce akan kita revamp lagi.”
Dalam pengembangan Bizzy Marketplace, ada 14 kategori yang disediakan untuk korporat dari berbagai industri. Tidak hanya menjual perlengkapan kantor saja, ada dekorasi dan elektronik rumah tangga, elektronik industri, furnitur perabotan, MRO, otomotif dan transportasi, peralatan horeca, dan masih banyak lagi.
Rencana penguatan ekosistem Bizzy
Bizzy Group tidak hanya bermain di ranah marketplace b2b, tapi meluas dari hulu ke hilir. Ada Bizzy Consolidation, Bizzy Logistics, dan Bizzy Distribution. Adapun Tokosmart termasuk dalam bagian yang terakhir.
Tokosmart adalah aplikasi pengadaan untuk konsumen toko kelontong agar lebih mudah mengisi stok barang. Semangat yang ditawarkan lewat Tokosmart adalah kemudahan pemilik toko membeli barang yang dijual langsung oleh perusahaan distributor yang ditunjuk resmi oleh brand prinsipal.
“Yang membuat kami berbeda adalah kami bekerja sama dengan prinsipal agar pasokan barang di pasar dari sisi harga tidak rusak. Brand sangat menjaga harga karena berkaitan erat dengan brand equity.”
Layanan ini sudah diresmikan sejak Mei 2019, terhitung hingga akhir tahun lalu telah meraup 46 ribu pemilik toko kelontong yang tersebar di 29 kota di seluruh Indonesia. Andrew menargetkan dapat meningkatkan jumlah konsumen hingga 100 ribu toko sampai akhir tahun ini.
Kategori produk juga diperluas tidak hanya untuk brand prinsipal dari FMCG saja, tapi juga obat over the counter (bebas dijual tanpa resep dokter), personal care, alat tulis, dan sebagainya.
“Karena platform digital supply chain yang kita bangun ini, solusinya tidak hanya applicable buat FMCG saja, tapi buat brand prinsipal lainnya dari kategori yang lain.”
Guna ekosistem lainnya, Bizzy segera merilis Truckway dan Bizzy Field Force (BFF) untuk melengkapi Bizzy Logistics. Semua layanan ini berbasis aplikasi digital namun tujuan penggunannya punya target masing-masing.
Misalnya buat Truckway digunakan oleh pelaku logistik atau distributor yang punya armada bus untuk permudah perencanaan rute pengantaran barang ke toko kelontong agar lebih efisien.
Sedangkan BFF untuk bantu tenaga pemasar dari perusahaan distribusi saat site visit ke toko kelontong mana saja yang harus didatangi dan barang apa yang bisa mereka jual. Kedua aplikasi ini sudah bisa diunduh di Google Play dan App Store, namun belum diresmikan karena masih dalam tahap iterasi dan pengembangan.
“Karena ujung-ujungnya kita mau bantu prinsipal memasok barang secara efisien ke konsumen minus one. Nah itu butuh perusahaan distribusi yang kebanyakan masih tradisional dalam menjalankan bisnisnya, jadi nggak efisien.”
Dari keseluruhan rencana bisnis Bizzy yang akan dilakukan tahun ini, juga akan menyentuh unsur finansial untuk bantu toko kelontong permudah dapat modal usaha. Andrew mengatakan pada kuartal III ini, perusahaan akan bekerja sama dengan perbankan untuk merealisasikannya.
“Kita ingin gaet bank yang benar-benar fokus ke pembiayaan UMKM karena punya bunga yang kompetitif dan bisa dorong pemilik toko berkembang. Nanti ada algoritma transaksi mereka di Bizzy untuk menentukan mana yang layak secara profil risiko untuk diberikan kredit usaha.”
Saat ini transaksi di Tokosmart menggunakan opsi bayar tunai, bank transfer, kredit yang dapat dibayar dua minggu kemudian, dan LinkAja. “Bulan depan (Februari) mau tambah opsi dengan pemain digital wallet yang lain seperti Ovo dan GoPay,” tutup Andrew.