Beberapa hari yang lalu, Google meluncurkan Google Wallet yang merupakan aplikasi mobile yang menjadikan telepon selular bisa berfungsi juga seperti layaknya kartu kredit bagi pengguna. Dengan kepingan NFC terintergrasi yang sudah dipasang pada telepon selular (saat ini hanya ada di Nexus S milik Google), pengguna cukup melambaikan telepon mereka di depan mesin pembaca untuk melakukan pembayaran. Menurut Stephanie Tilenius, Google VP of Commerce and Payments Google, tujuan mereka adalah untuk membuat telepon selular menjadi penghubung keuangan pribadi untuk kupon, poin loyalty merchant, pembayaran, dan penerimaan.
Tidak diragukan lagi bahwa hal ini akan mengubah cara konsumen berbelanja online dan offline, hal ini akan berimbas ke seluruh dunia termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat se-Asia Tenggara. Walaupun penetrasi kartu kredit di sini termasuk rendah, Google Wallet masih bisa berimbas pada pertumbuhan kartu kredit di Indonesia, bagaimanapun caranya.
Pertanyaannya adalah: Bisakah Google Wallet membantu meningkatkan aktivitas ecommerce di Indonesia ?
Ada 4 hal yang perlu saya tekankan mengenai Google Wallet ini :
- Smartphones : Google Wallet adalah sebuah aplikasi untuk smartphone yang ditanamkan kepingan NFC di alatnya.
- Berbasis Lokasi : Google akan menginformasikan pada Anda mengenai deals, promosi, dan penawaran berdasarkan lokasi keberadaan Anda yang ditelusuri lewat sistem GPS pada smartphone Anda.
- Keamanan : bila telepon Anda hilang, Google Wallet mempunya mekanisme keamanan yang akan mencegah orang lain menggunakan Google Wallet Anda untuk berbelanja dengan menggunakan account Google Wallet Anda.
- Kartu Kredit : aplikasi mobile yang berisikan informasi kartu kredit Anda, dikenai biaya secara otomatis ketika anda melakukan pembelian.
Dan tentu saja keempat faktor tersebut penting dan sudah berjalan di negara-negara seperti Amerika Serikat, beberapa negara di Amerika Latin, Eropa, dll. Hal ini mungkin merupakan kunci Google Wallet untuk bisa meraih keberhasilan di negara-negara berkembang. Bila satu hal hilang, kemungkinan keberhasilan akan makin menipis.
Indonesia merupakan pasar mobile yang sangat besar, ponsel merupakan perpanjangan dari tangan anda, itulah kata seorang rekan saya. Di kota-kota besar di Indonesia, ponsel merupakan alat komunikasi yang paling personal. Hal inilah yang membuat Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan pasar mobile/internet yang luar biasa besar, dan membuat negara-negara modern jadi penasaran. Suatu hal yang nyaris tidak mungkin terjadi bila bukan karena tingginya adopsi Facebook dan Twitter.
Smartphones, beres!
Layanan berbasis lokasi kini mulai populer di Indonesia melalui layanan lokal seperti Koprol, Urbanesia, PriceArea dan layanan asing seperti Foursquare, Gowalla, SCVNGR dll. Banyak perusahaan ecommerce yang juga mulai menampilkan fitur berbasis lokasi di layanan mereka, menggabungkan teknologi mobile dan basis lokasi pada saat yang bersamaan. Dengan keuntungan yang makin nyata, kesuksesan layanan berbasis lokasi di Indonesia tidak perlu diragukan lagi.
Location based, beres!
Keamanan mungkin hal yang sedikit lebih kritis, sebagian besar situs ecommerce mengalami kesulitan meyakinkan pengguna mengenai keamanan sistem mereka. Prosesnya terus berjalan, namun lama kelamaan orang akan mulai mempercayai internet sebagai teknologi yang bisa membantu mereka untuk melakukan berbagai hal dengan efektif dan efisien. Mungkin dalam 2-3 tahun ke depan, faktor kepercayaan ini akan semakin berkurang relevansinya sebagai halangan bagi layanan online di Indonesia. Hal ini bisa juga diperkuat oleh fitur keamanan Google di aplikasi tersebut, hal yang mudah bagi perusahaan seperti Google dan pembuat handset untuk menambah lapisan keamanan, misalnya keamanan biometric (pengenalan wajah, pengenalan sidik, dll)
Security, beres!
Seperti yang kita semua ketahui, di Indonesia penetrasi kartu kredit -walaupun meningkat setiap tahunnya- masih sangat rendah. Inilah mata rantai yang hilang bagi Google Wallet untuk bisa sukses di Indonesia, meskipun pihak perbankan sudah berusaha keras untuk menjaring pengguna kartu kredit baru. Ketakutan akan pemakaian yang berlebihan adalah alasan terbesar bari orang Indonesia dan hal ini membuat mereka menghindari memakai kartu kredit dan lebih memilih kartu debit.
Bila ada satu faktor yang mencegah kesuksesan Google Wallet di Indonesia, maka hal itu adalah kepemilikan kartu kredit. Apakah hal ini akan berubah? Mungkin. Menurut Bank Indonesia, “Pasar kartu kredit di Indonesia masih sangat potensial dan masih terbuka kemungkinan untuk semakin bertumbuh”.
Data yang tercatat di Direktorat Sistem Pembayaran Bank menyatakan bahwa menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada sekitar 104 juta pemilik kartu yang berpotensi dengan total jumlah kartu kredit pada akhir tahun 2010 sebanyak 13,4 juta kartu. – sumber
Menurut saya pribadi, saya cukup optimis bahwa kepemilikan kartu kredit di Indonesia akan tumbuh secara signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat selama 3-5 tahun ke depan. Waktu yang tepat karena ecommerce dan belanja online akan mendominasi pasar urban, seiring dengan pertumbuhan “generasi internet ” ke level daya beli yang lebih kuat.
Dengan demikian, Google Wallet memiliki peluang besar untuk memasuki pasar Indonesia dan mungkin memiliki 3-5 tahun untuk membangun pondasi di Indonesia sambil menunggu pasar dan lingkungan yang lebih dewasa untuk ecommerce.
image credit : butterscotch
kalo di support ama semua vendor/tempat belanja kenapa tidak..
Harap-harap ada ramai yang sudi menderma ke Google Wallet saya… 😀
Is this Google wallet available in all countries? It is a very good offer.
saya berharap teknologi NFC bisa dipakai juga di BCA Flazz dan kartu debet bank lainnya ,selain G-wallet,