Hari Selasa kemarin, Bill Reichert, Managing Director Garage Technology Ventures berkunjung ke Bandung, beliau mampir ke kantor Agate Studio dan Bandung Digital Valley.
Saya berkesempatan untuk hadir di diskusi ringan dengan beliau di Bandung Digital Valley (BDV). Bill hadir ke Indonesia dalam rangka program acara wirausaha yang diadakan oleh bank Mandiri.
Garage Technology Ventures (Garage) adalah seed-stage dan early-stage venture capital fund yang bermarkas di Palo Alto. Salah satu tokoh yang cukup dikenal dan juga menjadi satu dari tiga managing director di Garage selain Bill dan Joyce Chung adalah Guy Kawasaki.
Pertemuan ringan dan diskusi sederhana kemarin dihadiri oleh para wirausahawan digital, founder startup serta komunitas seperti FOWAB dan Mikti. Ada beberapa hal menarik yang dibahas di pertemuan tersebut dan bisa menjadi ide dan informasi untuk pegiat startup teknologi.
Garage Technology Ventures
Sebelum memulai Bill sedikit menjelaskan tentang apa yang dilakukan oleh Garage Technology Ventures, selain berinvestasi pada startup tahap seed dan early stage, mereka juga membuat berbagai event dan program untuk berbagi pengetahuan. Dijelaskan Bill, Garage memiliki pendekatan one by one incubator, jadi jika mereka menemukan wirausaha atau startup yang menarik untuk diberikan investasi maka mereka akan dengan intens untuk membentuk startup tersebut tumbuh. Mereka juga aktif membuat program dan event untuk membagikan pengetahuan.
Selain dalam rangka program acara kewirausahaan yang diselenggarakan bank Mandiri, Bill juga menjelaskan bahwa dia tertarik untuk berkunjung ke seluruh dunia karena inovasi, yang juga menjadi acuan Garage, tersebar di berbagai belahan dunia, dan dia ingin dekat dengan inovasi yang hadir di seluruh dunia tersebut karena juga sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Garage Technology Ventures.
Bill tidak lupa bercerita ringan tentang nama Garage yang merujuk pada istiah ‘garage company’ yang dulu melekat pada berbagai perusahaan yang kini menjadi raksasa Internet, misalnya Apple dan berbagai perusahaan lain yang berawal dari garasi.
Startup, Elevator Pitch dan Efek Wow
Model dari pendanaan Garage biasanya dilakukan dengan membawa top management dari startup yang diinvestasi ke Silicon Valley, Bill juga mengatakan bahwa mereka lebih condong untuk mencari startup yang produk atau layanannya memang ditujukan untuk pasar global. Jadi para top management diboyong ke Silicon Valley untuk mengembangkan startup secara global sedangkan di negara atau area asalnya tetap juga memiliki pasar. Meski tidak semua startup yang didanai berasal dari luar U.S..
Startup yang dicari juga bukan yang masuk di area yang memiliki entry barrier rendah, tetapi yang memiliki sustainability advantage yang tinggi.
Berbicara tentang startup, Bill juga memberikan beberapa tips, misalnya saja untuk segmen mobile, tidak dipungkiri persaingan kini cukup tinggi, Bill mengatakan bahwa layanan dari startup harus memiliki sesuatu yang berbeda, memiliki efek WOW dan belum diisi oleh orang lain, serta pemecahan permasalahan yang ditawarkan yang membedakan dengan layanan lain.
Contoh yang diberikan Bill adalah ketika awal Foursquare muncul, mereka bersaing dengan berbagai layanan lain misalnya saja Gowalla, namun Foursquare menawarkan sesuatu yang ‘lain’ dan akhirnya lebih populer. Contoh lain adalah Twitter, pada awal munculnya layanan ini bisa dibilang cukup ‘sederhana’ namun dulu ada elemen follow yang menjadikan Twitter digemari. Spin, twist, perubahan/penambahan dalam layanan bisa memberikan efek pembeda dari layanan lain. Kini Twitter tentu sudah berkembang dengan berbagai tambahan fitur.
Meski persaingan ketat, namun inovasi masih terbuka untuk terus terjadi, yang dibutuhkan adalah cara kreatif yang dibutuhkan konsumen.
Berbicara tentang WOW factor, Bill juga menjelaskan tentang elevator pitch, proses ini bukanlah memadatkan presentasi yang lengkap ke dalam 30 detik, namun yang terpenting adalah bagaimana caranya membuat orang mendengarkan kita dan tertarik. Jadi penting bagi pengusaha untuk menemukan ‘wow factor’ atau statement yang jelas dan menarik dari layanan/startup mereka.
Tentang Aplikasi Berbayar, Free, atau Freemium
Salah satu peserta, Andri Yadi dari Dycode menanyakan pendapat Bill tentang penjualan aplikasi, model free, fremium atau paid, Bill menjelaskan salah satu trik untuk aplikasi agar bisa ‘terlihat’ oleh pengguna, tentunya kita tahu persaingan aplikasi untuk bisa ditemukan oleh pengguna kini semakin sengit.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan membuat seasonal promotion untuk aplikasi tertentu. Jadi misalkan aplikasi berbayar dibuat diskon atau gratis untuk masa waktu tertentu. Aplikasi seperti ini biasanya diliput oleh berbagai media yang memang mengkaver berbagai aplikasi yang sedang gratis dalam waktu terbatas. Promosi berdasar waktu tertentu ini bisa menarik orang untuk membeli atau mengunduh karena mendapatkan diskon.
Bill menjelaskan dengan contoh kasus (meski tidak menyebutkan namanya), bahwa ada aplikasi yang menggunakan cara seperti ini dan berhasil, bahkan ketika masa promosi habis, kenyataannya ada pula konsumen yang tetap ingin membeli meski sudah tidak didiskon atau gratis lagi.
Jadi cara seperti ini bisa membuat aplikasi ditemukan oleh pengguna, karena diberitakan oleh media yang memang mengakaver berbagai berita tentang aplikasi yang diberikan diskon pada masa tertentu, selain itu bisa membuat konversi konsumen yang sebelumnya tidak ingin membeli menjadi ingin membeli karena diskon (baik potongan harga maupun gratis) dan pada akhir masa promosi, kemungkinan konsumen untuk tetap membeli, meski sudah lewat program juga masih terbuka lebar.
Beberapa hal lain yang juga saya temukan dari diskusi singkat dengan Bill Reichert antara lain adalah tentang ekosistem di Silicon Valley, tentunya kita sering mendengar isilah the next Silicon Valley, namun Bill mengatakan bahwa sebenarnya tidak perlu (tidak mungkin) meniru secara persis apa yang ada di Silicon Valley, tetapi yang lebih penting adalah membangun ekosistem yang tepat, termasuk sistem, program untuk mendukung pengembangan ekosistem wirausaha serta bisnis di wilayah tertentu.
Semacam membuat versi lokal dari Valley namun tentu dengan kondisi, analisis, serta kepekaan atas lingkungan dimana ekosistem itu akan dikembangkan. Bill juga mengatakan bahwa salah satu faktor dari banyak faktor yang membuat Valley bertahan adalah, para entrepreneur di sana tidak pensiun, ini memungkinkan ekosistem untuk terus berputar dan berjalan.
—
Secara garis besar Bill juga mendukung apa yang dijalankan dengan berbagai program seperti BDV serta berbagai program serupa, meski tidak secara gamblang dikatakan, namum saya melihat bahwa dari beberapa pertanyaan Bill, yang diajukan ketika perwakilan BDV melakukan presentasi dan pada diskusi, menjadi penting tentunya bukan hanya program dan rencana di atas kertas misalnya saja untuk program inkubasi, yang terpenting tentunya adalah dampak nyata yang dirasakan startup, aksi langsung yang bisa membangun perkembangan startup itu sendiri, selain itu target seperti apa startup yang sukses itu juga harus jelas ketika program inkubasi atau yang sejenis dijalankan, bagi saya ini berarti memperjelas tujuan, visi, misi yang dijalankan dan tetap berfokus pada startup yang diinkubasi atau yang ikut program pengembangan startup.
Sungguh menarik …