Situs e-commerce khusus elektronik Bhinneka bakal terus membuka gerai offline, setidaknya lebih dari lima gerai sampai tahun depan di luar Jakarta, seiring upaya perusahaan dalam mengimplementasikan strategi omnichannel.
“Tahun depan kami akan fokus penambahan gerai di luar kota Jakarta. Ada beberapa kota yang sedang kami persiapkan. Setidaknya nanti bisa lebih dari lima gerai,” terang Chief of Omnichannel Officer Bhinneka Vensia Tjhin kepada DailySocial.
Menurutnya, strategi ini sudah dilakukan Bhinneka sejak 2001, dua tahun setelah mendirikan situs e-commerce. Jumlah gerai Bhinneka pernah tembus sampai 10 unit, mayoritas ada di Jakarta dan satu gerai di Surabaya.
Meskipun demikian, kini Bhinneka hanya memiliki 8 gerai, ada yang ditutup karena pihak mal berganti konsep atau relokasi toko di mal yang sama. Misalnya penggabungan dua gerai di Mangga Dua menjadi satu gerai saja.
Tahun ini, Bhinneka meresmikan kembali tiga gerainya di Cibinong (Kab. Bogor), Mal Ambassador, dan Ratu Plaza (Jakarta). Vensia mengungkapkan, dalam waktu dekat pihaknya akan menambah satu gerai di Surabaya. Hanya saja, dia enggan membeberkan nilai investasi yang disiapkan Bhinneka untuk merealisasikan seluruh rencana tersebut.
Pembeda yang signifikan antara gerai lama dengan gerai yang baru diresmikan terletak dari sisi inovasi teknologinya. Menurutnya, mengingat perkembangan internet yang semakin baik, tim Bhinneka akan terus mengembangkan sistemnya untuk dukung O2O agar semakin real time dan seamless.
Sementara dari sisi harga, produk, dan kemampuan agen menjelaskan tetap sama, tidak berbeda apabila konsumen mengaksesnya lewat channel online.
“Ke depan bakal makin seru dan seamless layanan O2O kami dengan berbagai implementasi teknologi yang lagi dipersiapkan.”
Semakin banyaknya gerai offline dianggap menguntungkan konsumen yang ingin mencari tahu soal produk yang sedang mereka incar dengan langsung dan bertanya soal spesifikasinya ke agen. Mau bagaimanapun, sambungnya, Indonesia sedang berada di era transisi, sehingga ada kebiasaan belanja yang perlu dipenuhi diantara perbedaan generasi.
Secara kontribusi bisnis, mayoritas pendapatan Bhinneka didapat dari segmen B2B, sekitar 70 persen, sisanya datang dari jalur ritel. Diklaim Bhinneka saat ini memiliki sekitar 26 ribu konsumen B2B.
Konsep sudah teruji
Vensia menuturkan pembukaan gerai dianggap sebagai salah satu cara yang sudah teruji karena memiliki proyeksi bisnis yang kuat. Investasi yang sudah dikucurkan dalam hitungan bulan kesekian sudah menunjukkan hasil yang positif. Cara ini tergolong salah satu bentuk implementasi dari omnichannel yang menerapkan strategi online to offline.
Jalur omnichannel yang tersedia di perusahaan ada online-to-offline dan offline-to-online yang saling cross channel dan memberikan pengalaman yang sama untuk para konsumen.
“Kami memandang strategi omnichannel dari dua sisi. Sebagai multi marketing channel dan multi sales channel. Keduanya dianggap sebagai satu kesatuan, di mana marketing channel merupakan cara dan media menyampaikan pesan ke target pasar. Sementara sales channel adalah cara berinteraksi dengan konsumen.”
Dia mencontohkan strategi omnichannel yang dilakukan Bhinneka bisa dilihat dalam salah satu program cashback senilai Rp1,3 juta yang berlaku untuk semua pembelian dari jalur online (situs, situs mobile, media sosial, dan pemasaran digital), juga jalur offline (chat/call/sms/whatsapp) ke sales consultant Bhinneka.
Di toko, konsumen juga akan mendapat program yang sama. Mereka bisa bertanya soal produk dan semua bantuan yang dibutuhkan. Konsumen bisa belanja online langsung di toko dan mengirimkan ke rumahnya. Kalau tidak mau belanja online, tim di toko akan membuatkan pesanan untuk pelanggan dan mengirimkannya ke rumah atau ambil di toko.
“Jadi enaknya konsumen bisa bebas memilih apa yang mereka inginkan untuk memproses pesanannya. Sebab pada prinsipnya, kami tidak membedakan harga jual di toko itu lebih murah dari online atau sebaliknya karena handling-nya tetap sama, antara via chat/call/ke toko,” tutupnya.