Intel Atom Z3480 terbaru, atau yang biasa lebih akrab kita panggil dengan codename Merrifield, diperkenalkan secara resmi pada ajang Mobile World Congress 2014 bulan Februari lalu sebagai prosesor mobile dengan proses fabrikasi 22 nanometer. Tiga bulan kemudian, akhirnya Atom Z3480 diresmikan untuk pangsa pasar di Indonesia.
Merrifield ialah prosesor 64-bit yang diracik khusus agar mendukung beberapa sistem operasi berbeda. Berdasarkan spesifikasi system-on-chip miliknya, Intel Atom Z3480 memiliki turbo clock CPU maksimal sebesar 2,13GHz. Namun sebetulnya, akan lebih mudah bagi pengguna jika Intel berterus terang saja seberapa cepat base clock prosesor mobile baru miliknya.
Seperti Bay Trail, Merrifield dapat saling berbagi tingkat thermal design power antara core CPU dan GPU. Tapi berbeda dengannya, Intel memanfaatkan GPU IMG di dalam Atom Z3480, PowerVR Series 6 G6400.
Berdasarkan analisa para ahli, GPU tersebut bisa dikatakan sekelas dengan konfigutasi GPPU yang Apple gunakan di dalam iPhone 5S dan iPad Air, dengan frekuensi yang lebih tinggi.
Info menarik: Intel Luncurkan Prosesor 64-bit Merrifield dan Moorefield dalam Mobile World Congress 2014
Mungkin informasi di atas memang cukup teknis, selanjutnya saya akan mencoba menjelaskan hal yang lebih sederhana. Dalam presentasinya, Channel Sales Director Intel Indonesia, Harry K. Nugraha, menerangkan bagaimana Intel berpegang pada sebuah observasi dalam sejarah hardware komputer, yaitu hukum Moore.
Hukum Moore pertama kali disebutkan oleh sang co-founder Intel Corporation, Gordon E. Moore, dalam sebuah tulisan di tahun 1965. Ia menyebutkan bahwa jumlah transistor dan sirkuit terintegrasi akan bertambah dua kali lipat dalam jangka waktu dua tahun.
Prediksinya terbukti akurat, sebagian karena hukum Moore kini digunakan sebagai dasar acuan jangka panjang dari proses produksi semikonduktor, dan juga menjadi target bagi divisi riset dan pengembangan.
Harry memberikan sebuah analogi. Bayangkan sebuah prosesor itu merupakan satu ruangan besar dimana 50 orang merupakan transistornya. Dan semakin banyak orang itu, maka proses pengolahan data semakin produktif.
Lalu bagaimana untuk memperbanyak jumlah orang tersebut? Logikanya, jika ukuran tubuh penghuni dikecilkan, maka ruangan tersebut akan memuat lebih banyak orang. Dan jika mereka berdiri (atau duduk) lebih rapi, maka ruangan bisa diisi orang lebih banyak.
Konsep ini dikenal sebagai model Tick-Tock. Ia pertama kali diusung di tahun 2007: Tick merepresentasikan upaya Intel untuk selalu memperkecil proses fabrikasi dan Tock adalah bagaimana mereka akan mengenalkan microarsitektur baru – agar transistor lebih ‘rapi’. Intel berjanji bahwa untuk tiap 18 bulan, akan ada satu Tick ataupun Tock.
Info menarik: Intel Perkenalkan Sejumlah Teknologi Ciamik Mulai RealSense, Smartwatch dan Komputer Seukuran SD Card
Untuk target pasar Atom di Indonesia, mereka sendiri sangat optimis, “Berdasarkan jumlah unit, Intel memperkirakan bahwa peminat tablet secara keseluruhan di Indonesia mencapai 13% dari konsumsi Asia Pasifik, tidak termasuk China.”
“Di tahun 2014 ini, terdapat pertumbuhan pasar tablet yang sangat tinggi,” lanjut Harry. “Intel kini tersedia di pasar dengan tablet-tablet dari OEM terkemuka dan memiliki pipeline tablet dan smartphone yang kaya serta ditawarkan pada harga yang memungkinkan produk untuk bersaing di segmentasi value dan entry-level.”
Dalam presentasinya itu, sang Channel Sales Director juga sempat membahas bagaimana brand lokal mulai naik daun di pasar elektronik nusantara.
Sangat menarik, karena sejauh yang saya tahu, baru nama-nama besar seperti Lenovo, Dell hingga Asus saja yang membenamkan prosesor Intel ke dalam produk tablet mereka. Hal tersebut membuat saya tergelitik untuk bertanya, sudahkah ada perbincangan antara produsen lokal dengan Intel untuk mengusung prosesor Atom ke dalam handset mereka.
Harry hanya menjawab singkat, “Tentu saja sudah ada, silakan tunggu tanggal mainnya.”