Saat menonton konser musik live satu dasawarsa yang lalu, ingatkah Anda hampir tidak ada orang yang mengangkat perangkat mobile mereka untuk menikmatinya – semua tampak ‘khidmat’ dan terbawa suasana? Kini anehnya para audiens lebih memilih menikmati konser melalui layar device pintar mereka. Analogi unik ini AMD gunakan dalam presentasinya untuk mengenalkan prosesor server 64-bit pertama hasil kerjasama dengan ARM.
Menurut AMD, terdapat kaitan kuat antara populernya mobile device dengan kebutuhan akan infrstruktur server yang memadai. Dengan tingkat mobilitas yang kian tinggi – berkat tumbuh pesatnya perangkat pintar di dunia – AMD berargumen bahwa kini semua perusahaan digital membutuhkan data center cloud. Apalagi mayoritas app yang populer di abad 21 ‘disimpan’ di internet: Facebook, Baidu, Uber hingga Salesforce.com adalah sedikit perusahaan raksasa yang memanfaatkannya.
Info menarik: Teknologi HSA Mendarat di Indonesia Bersama dengan Peluncuran APU AMD Terbaru, Kaveri
Maka dari itu terdapat permintaan tinggi akan kebutuhan teknis yang lebih cepat, baik konektivitas dan penyimpanan. Permintaan tinggi ini menyebabkan metode ‘processing‘ lama tidak lagi produktif, kita semua membutuhkan sesuatu yang baru, baik teknologi, produk maupun model bisnis. Untuk menjawab tantangan tersebut, AMD mengumumkan prosesor server 64-bit pertama berbasis ARM dengan teknologi proses fabrikasi 28 nanometer pertama yang pernah diluncurkan vendor server.
Mereka menamai produk tersebut dengan codename Seattle, ia adalah seri AMD Opteron A1100. Untuk mendukung hal tersebut, AMD juga mengumumkan dukungannya dalam Open Compute Project, sebuah prakarsa desain micro-server baru dengan memanfaatkan seri Opteron ini sebagai bagian spesifikasi arsitektur common slot motherboard. Mereka menyebutnya dengan Group Hug.
Menjadi yang pertama mengadopsi teknogi ini, AMD menjanjikan banyak hal. Pertama, ia mendukung prosesor ARM Cortex A57 dengan empat hingga delapan core. Opteron A-Series juga bisa dikonfigurasi dengan dual memory channel DDR3 atau DDR4 dengan ECC berkecepatan hingga 1866 MT per detik (megatransfers per second). Ia mendukung delapan jalur PCI-Express Gen 3 I/O, delapan port ATA 3, 2×10 port Gigabit ethernet dan dipersenjatai teknologi ARM TrustZone untuk meningkatkan keamanan.
Seattle akan mulai diuji coba pada bulan Maret bersamaan dengan peluncuran development kit yang dikemas dalam sebuah form factor Micro-ATX. Selain prosesor Opteron, ia memiliki empat buah slot DIMM yang mendukung RAM hingga 128GB, konektor PCI Express yang bisa dikonfigurasi dalam mode single x8 atau dual x4 serta delapan konektor Serial ATA. Ia kompatibel dengan power supply standard dan bisa dipasang dengan atau tanpa rack-mount.
Satu hal yang perlu kita ketahui adalah Seattle baru mendukung sistem operasi berbasis Linux. Yang menjadi pertanyaan banyak orang adalah apakah nanti AMD akan melebarkan sayapnya agar pengguna sistem operasi berbasis Windows juga bisa memanfaatkan prosesor server baru berperforma tinggi tersebut.
Sang direktur Linaro Enterprise Group, Andrea Gallo, menanggapi, “Sejak 2012, AMD telah bekerjasama dengan kami untuk meningkatkan ekosistem server ARM. Hasil karya Linaro, mulai dari boot architecture seperti UEF dan ACPI, serta aplikasi server penting seperti LAMP stack dan OpenJDK 8 Java yang dikembangkan bersama dengan Red Hat akan memungkinkan AMD untuk bsa menyediakan solusi hardware yang inovatif untuk platform pusat data server generasi terbaru.”
Info menarik: Akankah Teknologi AMD Mantle Mengubah Masa Depan Gaming?
Dari sana kita bisa melihat bagaimana Advanced Micro Device mencoba mendorong evolusi pusat data open-source, dari sebuah ide dan visi menjadi satu produk yang dapat diharapkan bisa memberikan alternatif optimal untuk PC server. Di bulan Maret nanti, kita akan melihat lebih jelas apakah proses fabrikasi 28 nanometer Seattle dapat menjadikannya jauh lebih baik dibandingkan Opteron seri X.
Satu hal terakhir, AMD belum mau membocorkan soal harganya. Karena itu kita masih belum bisa membandingkannya dengan prosesor server saat ini yang berbasis X86. Yang terpenting adalah price vs performance bukan?