Dua bulan yang lalu Bhinneka mengamankan pendanaan dari Ideosource senilai 300 miliar Rupiah. Yang menarik pasca pendanaan ini adalah pernyataan Andi S Boediman, Managing Partner Ideosource, dalam sebuah sesi wawancara yang dimuat Merdeka. Dalam wawancara tersebut Andi mengungkapkan bahwa berinvestasi di startup kecil seperti jackpot. Bisa jadi untung bisa jadi tidak. Ia memilih berinvestasi di startup yang sudah matang meski harus dengan modal yang cukup lumayan. Muncul pertanyaan, ke manakah VC seharusnya berinvestasi? Ke startup baru atau ke startup yang sudah mapan ?
Andi dalam wawancara tersebut mengungkapkan, “Kalau duit tidak bersalah, saya tidak investasi hanya di startup yang kecil-kecil. Karena itu seperti undian, investasi banyak kemudian hanya satu yang berhasil, seperti jackpot, untung besar. Jadi kalau duit tidak ada batasnya, mana lebih baik, beli perusahaan yang sudah jadi atau bangun sendiri. Jadi, saya bilang cari pemenangnya di setiap sektor industri, terus investasi. Risikonya tidak ada, tapi sudah positif. Masalahnya mungkin modalnya saja yang ditambah.”
Di Indonesia sendiri tak sedikit startup baru yang kemudian menjelma menjadi startup yang besar dan menjanjikan. Tokopedia, Bukalapak, dan Go-Jek mungkin beberapa contoh startup yang awalnya “biasa-biasa” saja kemudian melesat menjadi startup top di sektor masing-masing.
Bersama-sama membangun ekosistem startup di Indonesia
Sebagai pemegang dana, investor tentu bebas menentukan ke mana mereka mengucurkan dana yang mereka miliki.
Startup mapan bisa jadi sudah memiliki segalanya. Mereka mencakup basis konsumen atau pengguna, branding yang sudah lekat dengan masyarakat, mengetahui kondisi pasar, dan sejumlah keuntungan lain dari pengalaman mereka. Kucuran dana bisa dikonversikan menjadi improvement yang bisa memantapkan dan mengamankan posisi startup tersebut.
Melihat industri startup di Indonesia yang masih tumbuh, menyuntikkan dana ke startup kecil bisa memberikan dampak positif bagi ekosistem startup secara keseluruhan. Kita bisa melihat bagaimana Tokopedia dan Bukalapak sekarang menjadi layanan e-commerce top di Indonesia. Demikian juga dengan Go-jek, yang bahkan menjadi role model bagi layanan senada yang mulai menjamur.
Semua itu bukan tanpa risiko. Membawa startup baru ke puncak kejayaan adalah salah satu ending bahagia yang tidak mutlak terjadi. Tak jarang pendanaan ke startup baru berujung pahit. Penutupan. Layaknya jackpot, seperti diungkapkan Andi.
Berinvestasi di startup memiliki dua sisi yang saling berseberangan. Satu sisi bisa melejitkan startup, yang berdampak luas pada ekosistem secara umum, di sisi lain sebuah startup bisa gagal memanfaatkan suntikan dana dan akhirnya tutup. Bukankah kegagalan adalah hal yang akrab di dunia startup?
Sekarang pertanyaannya kembali kepada para investor. Ingin membantu menumbuhkan ekosistem startup yang lebih baik atau sekedar mencari untung?