Dengan keberhasilan mengumpulkan penghargaan serta reputasi sejak pertama berdiri, NXL kini menjadi panutan para pemuda-pemudi Indonesia yang memimpikan esport sebagai karier mereka. Jika ditanya mengenai rahasia kesuksesan, keuletan dan kerja keras biasanya menjadi jawaban jawaban sang founder, Richard Permana. Tapi untuk sekarang, saya akan membahas tema yang lebih ringan.
Buat menulis artikel ini saya menghubungi Richard dan kawan-kawan untuk berbincang santai dengan NXL, serta bertanya-tanya mengenai perubahan yang terjadi di tim mereka. Beberapa minggu silam, Agung ‘Sys’ Frianto dikabarkan mengundurkan diri, digantikan oleh Bagas ‘Banteng’ Gunadi. Pertanyaan sama saya ajukan pada ke lima anggota NXL, terkait aktivitas sehari-hari dan hobi.
Meskipun anggota termudanya bahkan belum menyentuh usia 20 tahun, layaknya pekerjaan profesional, NXL dan Counter-Strike: Global Offensive menuntut perhatian penuh serta waktu kerja yang konsisten. Mereka ‘bekerja’ delapan jam sehari sebagai pro-gamer, lima kali seminggu. Jika ada jadwal turnamen saat weekend, maka itulah tuntutan pekerjaan.
Baskoro Dwi Putra menceritakan pengalamannya. Sewaktu dahulu kuliah, Ujian Tengah Semester bentrok dengan agenda kejuaraan di India. Lalu di tengah kesibukan membuat skripsi dan revisi, NXL harus berangkat ke TWC di Serbia. Namun semua akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Khususnya untuk gamer pro yang masih berkuliah, Baskoro memberi saran, “Kalau bisa selesaikan tugas-tugas dulu baru main, biar ketika main tidak kepikiran. Intinya, jalankan saja.”
Ternyata menjadi atlet esport tidak menghilangkan kecintaan tim NXL terhadap gaming. Albert Giovanni sekarang lagi sering memainkan Fallout 4 dan Grand Theft Auto V. Di luar boot camp, FrostMisty gemar pergi ke gym. Saya bertanya apakah bermain game lain akan mempengaruhi performa, dia menjawab riang, “Mestinya sih tidak ya. Tidak ngaruh, kalau mau jago mah jago saja.”
Vega Tanaka juga menggemari video game. Ia menyukai RPG dan action-RPG, contohnya seri Final Fantasy atau Star Ocean. Hobi lain Vega yang tidak melibatkan keyboard dan mouse meliputi olahraga sepakbola, basket dan ping-pong. Untuk kehidupan pribadi, gamer ber-nickname Soifong itu cukup beruntung karena ‘kebetulan’, belahan hatinya ialah sesama pro gamer, anggota tim CS:GO Female Fighters.
Menjawab pertanyaan saya bertanya soal siapa yang suka menjadi target kelakar, Albert dan Baskoro kompak bahwa Vega-lah orangnya. Ia adalah ‘bagian kena bully‘. “Paling santai dan paling sering dikerjain itu Vega. Saking seringnya, dia tidak merasa sedang dikerjain,” tutur Albert.
Dan akhirnya, saya bertanya pada Richard (sang sosok kepala sekolah, begitu menurut Bagas Gunadi), bagaimana proses NXL menentukan personel baru buat jadi pengganti. Pertama-tama, mereka harus mengeksplorasi karakter bermainnya – apa saja kelemahan, kekuatan, serta senjata favoritnya. Selanjutnya tim akan berunding dan mengajak calon anggota bermain bersama. Pelan-pelan, ia bisa beradaptasi, walaupun boleh jadi butuh waktu sampai beberapa bulan hingga ia benar-benar membaur.
Richard, Vega, Baskoro dan Albert setuju bahwa Bagas ialah sosok yang tepat menggantikan Agung. Mereka juga memberi komentar senada: skill individunya sangat tinggi. Sys sendiri juga merekomendasikan Bagas karena pada saat latihan, ia sering menjadi korban headshot sang Banteng…
Disclosure: DailySocial adalah media partner tim NXL. Gambar: Facebook NXL.