Gamer. Julukan ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak orang, termasuk tokoh terkemuka, melihatnya sebagai buang-buang waktu. Tapi di sisi lain, Anda mungkin sudah menyaksikan bagaimana esport membuka jalan untuk berkarier. Dengan ketekunan, gaming dapat membawa seseorang menuju sukses dan masa depan yang cerah.
Untuk mengupasnya lebih jauh, tentu kita membutuhkan ahli yang berpengalaman di ranah tersebut. Dan kebetulan, Trenologi mendapatkan undangan istimewa dari Monica ‘Nixia’ Carolina. Nama Nixia mungkin tidak asing lagi di telinga gamer nusantara. Ia adalah salah satu gadis gamer bereputasi tinggi dan paling berprestasi di Indonesia. Namun bukannya membahas sisi menyenangkan dari kehidupan gaming, bersama sang manager Fram I. Pramono, Nixia dengan sabar menceritakan perjalanan panjangnya pada saya.
Pada permulaan kariernya, impian Nixia sama seperti semua pecinta video game: ingin memiliki periferal dan hardware terbaru. Anda salah jika berpikir Nixia telah memiliki modal besar di awal untuk membekali dirinya menjadi ikon gaming sekaligus atlet esport profesional. Monica datang dari keluarga sederhana, dan dalam wawancara selama dua jam di akhir minggu lalu, saya mendapat impresi bahwa ketenaran Nixia merupakan kerja keras dan pengorbanan dari sejumlah individu setia.
Mungkin Anda tidak membayangkan, bersama Fram, dahulu Nixia harus menjelajahi panggung pameran komputer demi mencari turnamen untuk mereka ikuti. Kejadian tersebut dialaminya sekitar enam tahun silam sewaktu Nixia masih duduk di bangku SMA. Satu judul permainan pertama yang Monica kuasai ialah Guitar Hero. Sejak 2009, ia mulai memenangkan beberapa turnamen: juara pertama Guitar Hero Tournamen di Hotgame FKI, iBox JCC, runner up di WCG 2009 dan IGT 2009, dan lain-lain.
Info menarik: Teknologi Layar ‘True Color’ MSI Prestige Membuatnya Unggul Dari Notebook Lain
Nikia mengakui kekagetan orang tuanya ketika tahu bahwa ia mampu memperoleh pemasukan dari bertanding game. “Sekarang kalau saya ingin berbicara soal sedihnya, Nixia mimpi untuk masuk SMA. Namun karena bukan berasal dari keluarga mampu, dia harus masuk SMK,” ujar Fram, matanya tampak berkaca-kaca. “Artinya Nixia tidak perlu kuliah. Orang tuanya mungkin tidak paham betul dengan gaming, tapi karena anaknya bisa menghasilkan uang, apapun pekerjaannya [selama baik], ya di-support.”
Bagi Fram, sisi positif dari kehidupan Monica adalah ia tidak seperti banyak anak-anak lain, ‘gak jelas’ menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan. Nixia fokus pada turnamen serta latihan, dan saat pulang, ia membawa plakat kemenangan beserta foto-foto. Itulah yang membuat orang tuanya bangga, dan akhirnya, berani melepas anak gadisnya ini. Dari hasil ber-gaming, Nixia sanggup membayar biaya sekolahnya sendiri.
Usaha Nixia turut dibantu bimbingan dari Fram. Kegemarannya bermain jejaring sosial (ketika itu Friendster) digeser supaya ia lebih aktif dalam blogging, mengulas bermacam-macam gadget, serta berpartisipasi dan memoderasi forum online. Secara tidak langsung, forum juga dapat menambah pengetahuan dan memperluas kenalan. Nama Nixia sendiri diambil dari nickname. Tadinya ‘Nicia’, lalu diubah menjadi ‘Nixia’.
Monica mengakui, ia tak pernah berpikir untuk serius di ranah gaming ataupun esport. Namun lewat sejumlah kemenangan, sang gamer girl terus terdorong buat mencapai tahapan baru. Titik puncaknya adalah momen inspirasional tak terlupakan yang menjadi penyemangat dan pemicu ‘persona’ Nixia sesungguhnya.
Di tahun 2011, Monica Carolina berkesempatan buat menguji kemampuan melawan Johnathan ‘Fatal1ty’ Wendel dalam pertandingan Quake III Arena di Indonesia. Untuk Anda yang belum familier, Wendel adalah seorang wirausahawan dan mantan atlet olahraga elektronik terbaik di zamannya, terkenal karena fleksibilitas dan kemahiran dalam bermain game FPS semisal Counter-Strike, Call of Duty, Quake III, Unreal Tournamen 2003 sampai Painkiller. Sewaktu Fatal1ty mulai mundur dari dunia gaming kompetitif, nama Nixia malah melambung.
Dahulu gaming sempat dianggap sebagai hobinya kaum Adam. Nixia dan Fram sadar, bahwa buat masuk ke ranah itu, mereka perlu gagasan dasar dan dukungan tim. Nixia memutuskan untuk merangkul dua orang kawan, Nicole Constance serta Vebrina Salim, dan mendirikan NXA Ladies. Tak semua upaya Nixia dan teman-teman berjalan mulus. Mereka tidak aneh dengan yang namanya kekalahan, tetapi Fram menerapkan sebuah strategi unik pada tim.
Melalui arahan sang manager, Nixia mengadopsi fleksibilitas seorang Johnathan Wendel. Ia tak cuma berlatih buat satu judul permainan saja, namun juga sanggup beradaptasi dengan game-game lain. Sehingga saat tim gamer pro rival masih membiasakan diri, Nixia dan NXA Ladies satu langkah lebih unggul. Bukan hanya itu, Nixia turut dituntut untuk menikmati permainan-permainan kelas hardcore dan blockbuster – contohnya ialah The Witcher 3, Titanfall, hingga Grand Theft Auto V.
Di sini superioritas Monica Carolina memberikan eminensi. Untuk pribadi, ia tidak cuma berkutat di satu genre spesifik. Saat jenuh, Nixia bisa beralih ke game-game ‘AAA’ sebagai selingan. Kemudian, kebolehan tersebut juga mengundang ketertarikan pihak publisher dan produsen hardware – apalagi yang berhubungan dengan teknologi grafis serta komponen komputer. Nixia sudah cukup lama ditunjuk MSI sebagai duta mereka di Indonesia, lalu Nvidia dan Corsair turut mensponsori NXA Ladies. Pencapaian Nixia Anda dapat baca lengkap di laman profile NixiaGamer.com.
Info menarik: Daftar Gaming Gear Andalan Tim ‘All-Female’ NXA Ladies
Di akhir bincang-bincang ini, Nixia dan Fram mengungkap keinginan mereka supaya tidak ada lagi istilah ‘gamer girl‘. Laki-laki ataupun perempuan, gamer ialah gamer, tak ada halangan dalam wujud apapun – termasuk jenis kelamin. Saya bertanya tentang pesan yang bisa Monica berikan pada gamer muda. “Kita harus pintar cari kesempatan dan mengelola waktu. Apapun hambatannya, jangan pernah menyerah. Bagi kami, skill dapat dikembangkan dan bukanlah segalanya,” tutur Nixia.
Nixia mendeskripsikan kriteria-kriteria yang akan dipertimbangkan NXA Ladies dalam merekrut anggota baru: ia harus bersahabat, mau bekerja sama sebagai tim, serta berkenan buat melewati masa-masa susah dan senang bersama-sama (syarat penting lainnya, Anda harus berkelamin perempuan).
Jika Anda melihat kesuksesan Monica sekarang, ini bukanlah karena sekedar faktor keberuntungan, melainkan kerja keras demi mencapai mimpinya. Sewaktu saya beranjak dari kursi, Nixia tampak teringat akan sesuatu. Ia segera bilang, “Kami punya moto tidak resmi, yaitu hardwork first, sponsorship is a bonus.”
Terimakasih Nixia, Fram, dan tim NXA Ladies atas kesempatan ini. Kenapa tidak ada foto-foto dari tim Trenologi? Nixia terikat kontrak sehingga saya tidak bisa mengambil foto, harus menggunakan foto resmi dari Nixia Gamer.