Berita tentang kesuksesan seorang kawan lama bisa menimbulkan sedikit perasaan ‘aneh’ dalam diri. Tentu saja Anda ikut bangga dan bahagia untuknya, namun tetap saja hal tersebut bisa membuat Anda tiba-tiba menjadi sulit berpikir. Semuanya terasa campur aduk. Ada yang aneh di dalam sana, tetapi Anda tidak menemukan apa itu. Itulah perasaan iri. Perasaan yang tidak menyenangkan, bukan?
Mengenali rasa iri yang diam-diam menyelinap
Sebenarnya, iri merupakan emosi otomatis dalam diri. Kita tidak bisa menghentikan iri diam-diam menyelinap dalam benak. Namun, ada cara untuk mengubah emosi ini menjadi tindakan yang lebih konkret.
Tidak semua orang bisa dengan terbuka mengakui, “Saya iri!”. Atau bahkan tidak semua orang bisa mengenali emosi ini dengan jelas. Namun rasa iri yang samar dan tidak jelas tersebut sebenarnya sedang mendongengkan benak Anda tentang tiga isu besar.
Seorang profesor, Leigh Thompson dari Kellogg School of Management, menjabarkan tiga cerita tersebut.
Pertama, “Hidup ini tidak adil. Saya tidak tahu mengapa orang ini mendapatkan perhatian dan penghargaan.” Kedua, “Saya yang harusnya berhak mendapatkan!” Kemudian, ketiga, “Apa pun perhatian atau prestasi orang ini tidak patut didapatkannya.”
Dorongan perasaan ini kemudian akan menjelma menjadi keinginan untuk bergosip, serta usaha kritik menjatuhkan tentang segala hal untuk membuka mata sekitar, bahwa orang tersebut tidak layak mendapatkan kesuksesan tersebut.
Meski merupakan emosi alami, rasa iri merugikan bagi diri sendiri. Oleh karena itu, rasa ini ini harus mampu Anda kontrol dan kendalikan, sehingga berbalik menjadi sesuatu yang positif bagi Anda.
Perasaan iri membunuh proses pembelajaran
Rasa iri akan terasa lebih akut ketika orang itu adalah orang yang dekat dengan Anda. Misalnya, seseorang yang bekerja bersama dengan Anda dalam satu kantor atau bahkan satu tim, namun jenjang kariernya melesat melebihi Anda. Dalam bisnis, orang dekat itu biasanya adalah teman seperjuangan dalam merintis bisnis, namun ia lebih sukses sedangkan Anda masih berkutat dengan problem yang sama.
Akan ada ketakutan bahwa orang-orang membuat perbandingan antara dia dan Anda. Akibatnya, rasa iri ini, adalah bibit kematian dari proses belajar Anda. Alih-alih berusaha untuk mendengarkan, menelisik, serta memikirkan solusi bersama, otak Anda sudah menutup semua itu. Anda lebih sering meremehkan pendapatnya, dan lebih mendengarkan bahkan mendukung ide yang lain selain darinya.
Dalam satu studi, Thompson dan rekan menemukan bahwa orang-orang lebih bersedia untuk mengadopsi ide-ide, dan bersedia membayar lebih untuk memperoleh ide-ide, dari pihak eksternal dibanding dari orang internal yang dianggap sebagai rival.
Mengolah iri menjadi petunjuk arah ambisi Anda
Untungnya, sangat mungkin untuk meminimalkan efek dari rasa iri yang Anda rasakan. Bahkan, jika ditangani dengan benar, Anda bisa mendapatkan beberapa pengetahuan.
Perasaan iri menawarkan wawasan yang penting tentang diri Anda. Jika promosi seseorang menimbulkan percikan cemburu, jangan jadikan ini sebagai alasan untuk ‘patah arang’, tetapi sebagai motivasi. Anda bisa lebih membuka diri untuk mencari peran dan tanggung jawab baru, untuk dapat menonjol.
Terkait keadaan psikologis, Thompson dan rekan menemukan bahwa ketika orang melakukan latihan penguatan diri sederhana, mereka akan bisa mengatasi rasa iri dengan baik dan justru termotivasi untuk belajar dari sukses saingannya. Untuk memulai latihan ini, buatlah daftar singkat dari prestasi yang membanggakan Anda.
Jika Anda dapat melihat semua hal bagus yang telah Anda capai selama ini maka, Anda tidak lagi akan merasa terguncang dengan prestasi orang lain. Pikirkan saja satu atau tiga hal, setelah itu Anda dapat fokus kepada diri Anda dan kehidupan Anda, dibanding membuat perbandingan dengan orang lain.
Seperti semua emosi dalam diri, perasaan iri bukan sesuatu yang bisa Anda hindari. Tetapi biar bagaimana pun Anda bisa mengatur reaksi Anda jika perasaan itu mulai bebas bergerilya. Jangan biarkan hal ini lama-lama menggerogoti rasa percaya diri Anda.
Dalam hidup (bisnis), kadang rasa percaya diri hadir akibat dari keberhasilan-keberhasilan yang telah diraih. Namun, percaya diri juga berarti jika Anda kerap gagal, namun Anda bisa menerimanya tanpa menderita berkepanjangan.