Cloud computing atau komputasi awan saat ini memang sudah bukan hal yang baru lagi. Berbagai varian produknya sudah banyak digunakan dan dipasarkan. Namun bagi banyak bisnis, terutama di level bisnis mikro, kecil dan menengah, masih banyak yang masih di tahap awal dalam implementasi teknologi ke dalam bisnisnya. Dalam artikel ini akan dijelaskan apa saja yang membuat cloud computing menjadi solusi yang cocok diterapkan untuk bisnis dengan kultur yang masih dinamis.
Salah satu karakteristik umum dari layanan cloud computing adalah terkait dengan skalabilitas dan aksesibilitas. Skalabilitas merujuk pada penentuan volume layanan yang lebih fleksibel. Hal ini menjawab tantangan bisnis yang sebelumnya ada, yakni dalam penggunaan teknologi bisnis harus dituntut untuk memiliki layanan yang fixed, sementara kebutuhannya masih bergejolak. Seperti contohnya pada grafik di bawah ini.
Garis putih menunjukkan bagaimana kebutuhan bisnis akan suatu layanan berubah-ubah, sedangkan garis lurus putus-putus menunjukkan kapabilitas layanan. Untuk bisnis pemula, tak jarang apa yang mereka gunakan masih sangat jauh di bawah dari kapabilitas sistem yang dibutuhkan, akhirnya banyak sumber daya yang tidak terpakai. Sementara itu terkadang (karena suatu tren berkala, sering ditemui di kultur Indonesia) suatu layanan bisa mendadak melonjak, dan kala itu sistem tiba-tiba tidak siap, sehingga menjadikan layanan down.
Pendekatan cloud computing mencoba mengantisipasi dengan fleksibilitas tinggi. Pemenuhan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti tersaji pada gambar berikut ini.
Garis putih menunjukkan kebutuhan dan garis kuning menunjukkan sumber daya yang fleksibel mengikuti besar kecilnya kebutuhan bisnis. Tentu akan berdampak pada investasi awal dan juga biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, menyesuaikan kebutuhan bisnis.
Bisnis yang dijalankan UMKM pada umumnya sulit untuk diprediksi
Dengan investasi yang minim, UMKM harus pandai menyiasati anggaran belanja teknologi, agar operasional bisnis tetap berjalan, namun teknologi yang digunakan tetap optimal. Lonjakan atau penurunan traksi secara signifikan adalah hal yang cukup biasa dalam UMKM, dan efisiensi teknologi terbaik adalah menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Ambil contoh bisnis jualan baju muslim, di Indonesia pembelian baju muslim akan sangat ramai menjelang Ramadan atau Hari Raya. Namun di luar itu transaksi sangat kecil.
Bayangkan jika penjualan tersebut ditopang oleh sebuah layanan e-commerce yang dikembangkan secara mandiri. Saat kebutuhan melonjak tiba-tiba tim TI harus sigap melakukan peningkatan sumber daya. Storage harus ditambah, bandwidth juga harus disediakan lebih dan sebagainya, untuk memastikan layanan tetap bisa diakses normal. Cloud computing pada umumnya memiliki menu untuk melakukan upgrade dan downgrade secara cepat untuk hal seperti itu. Dengan demikian UMKM tidak harus selalu menginvestasikan besar di muka untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang besar, akan tetapi bisa dinamis menyesuaikan kebutuhan yang berjalan.
—
Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.