Badan Amil Zakat Nasional Baznas meluncurkan portal Start Zakat yang diperuntukkan untuk melayani pembayaran zakat, infak, dan sedekah masyarakat secara digital. Platform ini diklaim sebagai platform zakat inklusif pertama di dunia yang salah satu fiturnya adalah Islamic Crowdfunding, yang fokus pada pengelolaan dana keagamaan islam seperti zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf agar sesuai dengan ketentuan syariah. Dalam pelaksanaannya Start Zakat dibantu kantor Badan Amil Zakat Nasional di seluruh Indonesia.
Transaksi digital perlahan mendapat tempat di masyarakat, baik itu transaksi jual beli, sedekah dan pembayaran lainnya. Hal lain yang membuat Start Zakat menjadi salah satu tempat beramal modern adalah adanya pemberitahuan melalui email
“Kelebihan lainnya adalah semua yang membayar zakat di Start Zakat akan mendapatkan email berupa BSZ (Bukti Setor Zakat) yang mana hal tersebut bisa digunakan untuk pengurang pajak anda [zakat sebagai pengurang pajak]. Seluruh [donasi] yang menggunakan crowdfunding di StartZakat akan dimoderasi langsung BAZNAS dan diberi Zakat Certified dan memiliki kekuatan hukum sama seperti relawan Baznas lainnya. Jadi tidak perlu khawatir dananya lari ke mana, karena dikontrol langsung oleh negara melalui Baznas,” terang CEO Start Zakat Muhammad ishaq.
Diperkenalkannya Start Zakat ini diharapkan juga mampu menaikkan jumlah dana yang dihimpun Baznas. Ketua Baznas Bambang Sudibyo dalam rilisnya menyampaikan bahwa target penghimpunan Baznas tahun ini diharapkan bisa mencapai 6 triliun Rupiah. Rencananya lebih dari 70% dari dana tersebut akan disalurkan ke pemberdayaan fakir miskin.
”Kami mendukung inovasi-inovasi anak muda untuk terus menyuarakan zakat terutama dalam kebangkitan zakat,” terang Bambang.
Menurut Ishaq, Start Zakat akan membangun 3 fitur utama, yang pertama adalah fitur Islamic Crowdfunding yang menerapkan 0% charge fee platform, yang kedua mengembangkan API Zakat payment gateway yang bisa digunakan di banyak payment gateway yang ada, dan yang ketiga adalah mengembangkan fitur “zakat analytics” yang bisa memberikan identifikasi mengenai perilaku pengguna zakat.
“Sekarang Start Zakat masih fokus untuk mengembangkan platform dari sisi distribusi zakat, pengelolaan relawan, dan integrasi dengan lembaga amil zakat. Mereka semua memiliki banyak relawan yang ‘idle’ karena cost pengelolaannya sngat besar. Fokus kita menjadikan Start Zakat berbasis O2O (online to offline) platform agar pengelolaan dana umat ini bisa sangat sangat murah dan kalau bisa CAC (Cost of Accuaring Customer) itu 0%, dan cost of distribution itu 0%. Ini bisa dilaksanakan hanya dengan teknologi,” pungkas Ishaq.